43. Mungkin harus merelakan

255 19 0
                                    

Caca, Bagas dan Aldo sampai di rumah dengan selamat. Tapi ketika mereka bertiga masuk ke dalam rumah, mereka tidak mendapati keberadaan Kyla dan Putra, padahal ini sudah sore dan biasanya kedua kakaknya itu sudah pulang dan stay di rumah.

“Kemana mereka?” tanya Aldo dengan meletakkan tas sekolahnya di atas sofa ruang tengah. Begitu juga dengan Bagas dan Caca yang sudah duduk santai di sofa panjang itu.

“Coba lo liat kamar kak Kyla Ca! Gue liat ke kamar bang Putra” ucap Bagas dan mereka berdua pun naik ke lantai dua.

Namun Caca berjalan ke kamarnya terlebih dahulu. Tapi ketika ia tidak sengaja mendengar sebuah suara dari kamar Kyla, Caca pun mengurungkan niatnya untuk kembali ke kamarnya dan memilih menengok Kyla.

"Kak??" panggil Caca mengintip ke dalam kamar Kyla. Membulatkan matanya melihat Kyla yang basah kuyup sedang menangis terduduk di depan kamar mandi.

"Loh kak kenapa??" tanya Caca panik dan segera berlari mendekapnya.

"Hu..hu..huk..huk.. hiks..!!" tangisan Kyla terdengar sedikit lebih keras dari sebelumnya, hingga membuat Bagas dan Aldo berlari masuk ke kamarnya.

"Kenapa??” tanya Bagas panik.

“Iya.. kenapa Kak Kyla, Ca" tanya Aldo gantian dan Caca hanya menggeleng, tidak tahu mengapa kakanya perempuannya itu menangis begitu kenjang.

"Kenapa sih??" geram Caca menyuruh Kyla diam dan Kyla mulai menjelaskan kejadiaanya di rumah Raka tadi.

Flashback on...

"Lo beneran mau ngomong sekarang Ka??" tanya Kyla pada Raka. Dan lelaki itu menganggukinya mantap.

"Assalamuallaikum!! Maa, Raka pulang" ucap Raka sambil berjalan ke dalam rumahnya bersama dengan Kyla yang setia mengekorinya.

"Eh..sayang, halo Kyla. Raka sini bentar deh, mama mau kenalin seseorang" ucap mama Raka, Dinda namanya, menyeret putranya untuk menemui seorang perempuan yang tengah duduk manis di sofa ruang keluarga mereka.

"Hallo, Gue Bunga" kata wanita itu menjabat tangan Raka.

"Raka" ucap Raka dengan sedikit bingung ketika menjabat balik tangan wanita yang memiliki senyum semanis gula, di hadapannya itu.

Kyla hanya tersenyum manis ketika wanita itu tersenyum sopan padanya. “Cantik kan Ky??” ucap Dinda dengan tersenyum lembut kepada Kyla.

Kyla mengangguk "Cantik banget tante. Tapi dia siapa?? Anak temannya tante??" tanya Kyla dan Dinda memperkenalkan siapa gadis itu sebenarnya.

"Dia calon Raka. Cocok kan Ky, dia baru pulang dari Australia minggu kemaren. Dan tante langsung minta dia kesini buat ketemu sama Raka! Hitung hitung kenalan sama Raka gitu" jelas Dinda dengan senyum mengembang.

Kyla langsung membulatkan matanya terkejut. Begitu juga dengan Raka yang langsung mencuramkan alisnya.

"Ma..yang benar aja. Aku kan bisa cari calon sendiri, lagian aku itu bukanya gak mau nikah, cuma belum ketemu jodohnya aja. Lagian Raka udah punya paca..." bantah Raka.

“Gak usah pacar-pacaran! Putusin pacar kamu. Mama udah atur semua buat kamu. Ini yang terbaik” tegas Dinda dan membuat Kyla langsung syok ketika mendengarnya.

Air mata Kyla mulai berkumpul di pelupuk matanya, gadis itu tengah menahan tangisnya walau dadanya sudah terasa amat sangat sesak.

"Saya pulang dulu ya tan. Kasihan anak-anak di rumah sendirian" pamit Kyla dan langsung berlari keluar rumah.

Raka sangat marah pada mamanya yang selalu saja bersikap egois.

"Ma Kyla  itu pacar Raka. Hari ini Raka mau bilang hubungan kita ke mama, tapi mama malah cariin Raka calon, Ya allah ma! Mama gak bisa hargai keputusan Raka apa? Astafirullah.. tega banget sama anak sendiri" ucap Raka menahan amarahnya dan berlari mengejar Kyla, tapi gadis itu hilang dari pandangannya.

Flashback off...

"Sabar ya kak" ucap Caca memeluknya.
Kyla mengangguk sambari tersenyum pahit.

"Yah udah lah relakan aja. Anggap aja bukan jodoh. Ya udah yuk makan, pasti lapar" ucap Bagas ikut menenangkan kakaknya.

Kyla pun menghapus bekas air matanya sambari tersenyum pahit. Dia bangkit dan mengajak ketiganya keluar dari kamarnya.

"Mau makan apa??" tanya Kyla saat mereka menuruni tangga, dan dari arah bawah datanglah Putra bersama Leo yang akan naik ke atas.

"Kak Leo?? Cari kak Kyla ya, uhuy gas mulu" canda Caca berjalan menuruni tangga berdampingan bersama Bagas dan Aldo, sedangkan Kyla mengekor pada mereka.

Leo hanya tersenyum melihatnya. Duk... tiba tiba Kyla seakan kehilangan keseimbangannya dan menggenggam pembatas tangga kuat.

Kepalanya terasa pening. Dan kedua kakinya terasa begitu lemas. Kyla mengerjapkan matanya beberapa kali, ketika menatap apa pun yang di lihatnya menjadi buram.

"Eh.. kenapa kak??" tanya Bagas pada Kyla karna dia yang paling dekat dengannya.

Kyla hanya diam dan mengangkat kepalanya, menatap mereka. Mereka terbelalak kaget melihat Kyla mengeluarkan darah dari hidung.

“Ugh..” Kyla menahan tangannya di depan mulutnya. Perutnya terasa sangat mual secara tiba-tiba.

Leo berlari naik ke atas dan langsung memeluk Kyla, tepat saat gadis itu kehilangan keseimbangannya.

Karna tak terlalu siap, akhirnya mereka meluncur bebas membenturkan diri pada anak tangga.

Dengan sigap Aldo menarik Caca yang berada di tengah agar minggir supaya gadis itu tidak ikutan terjatuh.

Duk.. duk.. duk.. duk..

"Ugh!!" Rintih Leo kesakitan, tangannya berdarah karna melindungi kepala Kyla agar tidak membentur anak tangga.

"Kalian gak papa??" panik Putra langsung menggendong Kyla. Menyingkirkan kakaknya yang menimpa tubuh Leo.

Kyla terlihat pucat pasih, Putra langsung berlari ke kamar dan segera menidurkan gadis itu.

Leo tidak memperdulikan luka di tangannya, dia membatu Putra merawat darah yang merembes begitu deras dari hidung Kyla. Mereka juga langsung memanggil Aulia agar memeriksa keadaan Kyla segera.

🐝 🐝 🐝

Kyla mengedipkan kelopak matanya beberapa kali, seraya dirinya berusaha bangkit dari tidurnya.

Putra yang baru masuk langsung berlari membantu gadis itu dan menatakan bantal untuknya bersandar.

"Mau apa?? Minum??" tanya Putra menatap kakanya dengan raut wajah cemas. Kyla pun mengangguk dan Putra langsung memberinya segelas air, dan membantunya untuk minum.

"Sekarang pusing?? Kepalanya masih sakit??" tanya Putra khawatir.

Kyla hanya mengangguk sambari memijit keningnya pelan. Kepalanya memang benar benar terasa pusing hingga taraf yang tidak wajar.

Untug saja Kyla itu betah sakit, jadi dia hanya diam dan tidak merengek atau mengeluhkan kondisinya.

"Gak sekolah?? Kok di rumah?? Kamu bolos ya??" tanya Kyla menatap Putra.

Putra menggeleng "Tadi sekolah kok cuma pulang siang, soalnya gurunya pada rapat" jelas Putra dan Kyla pun mengangguk singkat.

"Emang jam berapa sekarang??" tanya Kyla lagi.

"Jam 3 sore. Kenapa?? Lo istirahat aja, tadi kita beli nasi buat makan" ucap Putra membuat Kyla lagi-lagi mengaggukkan kepalanya dan kembali menidurkan dirinya dengan memejamkan matanya karna kepalanya benar-benar sangat pusing.

"Ada kak Raka di bawah" kata Putra memberitahu.

“Mau ngapain dia kesini? Ucap Kyla getir dan matanya membulat saat melihat Raka masuk ke dalam kamarnya.

"Raka..."

I Love You KylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang