Drap...drap...drap...
Tasya berlari di sepanjang lorong kelas 11... cittt..., masuk ke dalam salah satu ruangan kelas, dia memukul kepala seorang pria keras dengan menggunakan tangannya.
Buakk...
"Adww...sakit. Napa sih nyet, rese bener hari ini" omel Putra memegang kepalanya Yang seketika nyut nyutan.
"Hihhh lo tuh kan ketua osis, yang bener napa sih. Anak buah lo pada jungkir balik buat ngurusin lomba jumat ini. Lo malah santai santai disini. Cepetan bantuin dasar anak orang" omel Tasya menyeret Putra menuju ke lapangan.
"Huh... kan mereka sudah ada tugas masing masing, lagian tugas gue cuma buat proposal sama ngurusin pas hari H-nya kok" protes Putra membuat Tasya semakin jengkel dengan lelaki yang menjabat sebagai generasi osis setelahnya.
Yah.. bisa disebut, Putra adalah junior Tasya, karna Tasya dulu adalah ketua osis yang sudah vakum dari organisasi tersebut.
"Bodo amat, bantuin dikit kek. Lihat!! pada kelaparan sama kehausan tuh. Beliin minum kek, lo tuh punya rasa tanggung jawab nggak sih Put" marah Tasya karena melihat Putra yang tak becus. Sebagai mantan ketua Osis, Tasya kesal dengan perilaku Putra yang semena mena ini.
"Iya iya ah berisik, Woy istirahat dulu. Kita kantin gue yang traktir" Sorak riuh anggota osis pun terdengar ramai membanggakan Putra. Sedangkan Tasya hanya menghela nafasnya kasar lalu pergi dari sana tanpa sepatah kata pun.
"Loh.. malah ngambek dia?? Kak!! Gue traktir woy, ayo makan" teriak Putra tak di hiraukan oleh Tasya. Tasya hanya menolehnya sekilas dengan pandangan tajam dan mempercepat jalannya.
“Dih.. doi marah” gumam Putra acuh dan segera menyusul teman temannya yang sudah berhamburan ke kantin.
🐝 🐝 🐝
Tok..tok..
Kyla mengetuk pintu kamar Afkar pelan. “Kakak..” panggil Kyla pelan sambil terus mengetuk pintu kamar kakak lelakinya, pelan.
Tak lama setelahnya, daun pintu itu terbuka.
Cklek...
Kakaknya itu membukkan pintu dengan raut wajah yang tak enak untuk di lihat. “Kenapa?” tanya Afkar dengan mengusap wajahnya yang nampak kacau dengan kasar.
"Kenapa muka lo??" tanya Kyla karna melihat mata panda kakaknya yang semakin menghitam.
Afkar mempersilahkannya masuk. Dan Kyla pun masuk, dan duduk di sebuah sofa yang tak jauh dari ranjang berukuran queen size.
"Biasalah orang sibuk. Mau apa??" Afkar mengosok gosok hidungnya yang gatal.
"Aku keluar sama Putra, kakak titip sesuatu gak??" tanya Kyla dengan menelisik pemandangan kakaknya yang penuh dengan kertas putih berserakan dimana mana.
"Oh.. susu campur es batu?!" sahut Afkar seketika membuat adiknya mendelik kesal.
"INI SESUATU KAKAKKU SAYANG... BUKAN SESUATU, Hadehhhh..." teriak Kyla tepat di depan wajah kakaknya tercinta.
"Woy.. hujan woy. Muka kakak kamu raupin pake air ludah. Gak sopan kamu Ky" protes Afkar mengelap wajahnya yang terkena ludah Kyla dengan menggunakan tisu yang ada di atas nakas.
"Huh.. terserah deh. Gue pergi aja. Kakak ngeselin amat, huh.." ujar Kyla ngambek, dan berjalan keluar kamar Afkar, dan lekas menuruni tangga dengan menghentakan kakinya kesal.
"Woy Ky, nasgor aja deh satu" teriak Afkar dari balik pembatas lantai 2. Kayla tersenyum manis dan melemparkan bantal sofa yang tak jauh darinya ke wajah kakaknya, kesal. “Maless!!” pekik Kyla.
"Lo kira gue babu lo apa, huh..." teriak Kyla lalu pergi menyeret Putra yang sedari tadi hanya bengong melihat aksi kedua kakaknya.
“Dek.. abang satu pokoknya, awas aja gak kamu bawain. Gak gue bukain pintu, titik” lengking Afkar berteriak keras.
“Bodo amat, Kyla bawa kunci sendiri wekkk...” balas Kyla dengan menjulurkan lidahnya, mengejek kakaknya yang seketika menampakan wajah jeleknya, balasan mengejek adiknya yang tengil tersebut.
“Hduh.. bertengkar mulu” omel Putra, dengan menyalakan motornya. Kyla yang selesai memakai helm pun, menoyor kepala adiknya pelan.
“Bawel amat” omel Kyla. Dan Putra hanya mampu menghela nafasnya, mengalah dari kakaknya yang sedang kumat menyebalkannya.
Sesampainya di perempatan komplek dekat taman kota, Kyla turun dan berjalan menyebrang. Menuju ke abang penjual nasi goreng. Sementara Putra sedang memutar motornya.
"Bang nasgornya 3 ya" pesan Kyla pada penjual nasi goreng tersebut.
"Iya, tunggu sebentar ya mbak. Habis mbak ini, baru mbak, oke!" kata abang nasgor di angguki oleh Kyla. Kyla pun beranjak duduk di kursi plastik yang ada di dalam warung si abang penjual nasi goreng tersebut.
Tak lama kemudian Putra duduk di sebelahnya, masih dengan helm yang setia di pakai di kepalanya.
"Kak.. comblangin gue sama kak Tasya napa" pinta Putra dengan muka memelas membuat Kyla jijik melihatnya.
"Lo kan banyak di kejar-kejar cewek, ngapain susah-susah ngejar Tasya sih, kalo ada yang gampang" Kyla mengeluarkan hpnya dan membaca beberapa artikel tentang kopi.
Biasa, Kyla itu memang pencinta kopi, bukan pecinta cowok, coba aja kalo dia pencinta cowok pasti udah gak jomblo sekarang hahahaha..
"Lah gue sukanya sama kak Tasya"
"Tasya udah punya cowok, lo mau PHO hubungan mereka??" ucap Kyla membuat Putra berpikir sejenak.
"Kalo bisa sih mau-mau aja" sahut adiknya itu seenak udel.
Kyla pun menatapnya dengan pandangan jengoh. "Hah?? Gak usah pulang lo kalo kek gitu. Sorry aja! tapi rumah gue gak menerima seorang PHO" ketus Kyla membuat Putra cemberut.
"Pliss deh yaw, gak usah sok imut. Sana ambil nasinya, sudah selesai tuh" Kyla memberinya selembar uang 50 ribu dan mendorong adiknya menuju penjual nasi goreng tersebut.
"Nih, udah ayo pulang" kata Putra ngambek. Kyla memukul helm Putra hingga membuat adikknya memekik kesakitan.
"Sakit woy, kepala bukan samsak" protes Putra.
Kyla memukulnya lagi "Ya sorry, mirip sih.." ucapnya membuat Putra menatapnya dengan pandangan datar.
"Ayo pulang, ngapain liatin gue. Cantikkah aku malam ini, bawwanggg!" kata Kyla mulai alay. Putra hanya memutar bola matanya malas dan melajukan motornya pulang ke rumah.
“Lah.. lah kenapa motor lo Put??” tanya Kyla, ketika motor Putra tiba tiba ngadat di tengah jalan. Untung saja jalanan sedang sepi, jadi mereka bisa leluasa mendorong motor itu minggir ke tepi dengan santai.
“Abis bensin gue kak, lupa tadi mau beli tapi bablas aja pulang hehehe” ucap Putra dengan tersenyum kecut melihat raut wajah kakaknya yang seketika menjadi kesal.
“Dorong dong kita??” pekik Delia dengan nada jengkel.
“Engga, di umbulin. Ya dorong lah.. dah ayo bantuin. Di depan ada orang jual bensin kok” ujar Putra dengan mendorong motornya. Kyla pun ikut membantunya dengan mulut yang tak berhenti komat kamit menyumpahi adiknya.
“Cocok lu jadi dukun kak” ucap Putra menyarankan, matanya pun di buat berbinar seperti ia menemukan ide yang sangat cemerlang.
“Putraaa... lo ngeselin banget sih... akhh..!”
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Kyla
Teen Fiction(We Love My Sister. Judul aku ganti karena persiapan diterbitkan) Punya kakak yang kayak lemari es berjalan and punya adik yang kayak bawelnya ngalahin pak khatib yang lagi ceramah dimasjid, pak khatib mah berguna ceramahnya, lah ini...hadeh nambahi...