Brukk..!!
Ckittt!!!!!!!!!!!!!.....
Riko spontan menengok kebelakang. Ia langsung memutar balik motornya ketika tak sengaja melihat Kyla dari spion, tumbang di depan rumahnya.
Riko segera berlari ke arah Kyla yang terkapar di depan pintu gerbang. Saat itu keadaan kompleks sangat sepi, dan tidak akan ada orang yang bisa membantunya.
"Kak Ky bangun dulu??” ucap Riko berusaha menggendong Kyla ke dalam.
“Bangun kak! Pliss.. jangan buat orang panik dong” keluh Riko dengan membawa Kyla ke dalam kamar Kyla.
Karna Riko sudah beberapa kali main di sini dan akrap dengan penghuni rumah ini, maka dari itu Riko tahu setiap kegunaan ruangan yang ada di dalam rumah ini.
Sruk..
Riko menidurkan Kyla di atas ranjang dan menyelimuti Kyla. Lantas ia menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
“Aduh udah telat! Ada ada aja lagi. Ya Allah, bangun kak.." ucap Riko mulai panik karna Kyla seperti sangat susah untuk di bangunkan.
“Ya Allah kak, bangun!” keluh Riko dan segera menelpon Caca.
“Ha.. halo Ca. Kakak lo pingsan! Gue harus gimana ini?!”
Hah? Sumpah lo Rik?! Ya udah lo telfon kak Aulia ya.. bentar gue minta izin dari guru piket buat pulang sama bang Bagas. Gue dah kirim nomernya kak Aulia. Tolong jaga kakak bentar ya Rik.. gue juga izinin lo kok..
“Oke.. oke.. buruan balik pokoknya. Gue deg-deg an bangke” keluh Riko mulai frustasi sendiri.
Setelah beberapa saat Kyla pun sadar dengan tubuh yang bergemetaran hebat. Keringatnya bahkan sudah mengucur dengan begitu deras dari pelipisnya.
“Ri.. Riko.. kenapa lo masih disini dek?! Berangkat aja, gue gak papa kok” ucap Kyla dengan senyum yang dipaksakannya.
Riko menggelengkan kepalanya. Wajahnya sangat tegang. Ia bahkan menggenggam tangan Kyla dengan erat erat. Seakan wanita di depannya akan meninggalkannya jika ia tidak menggenggamnya dengan erat seperti ini.
Ting tong..
“Kak.. gue bukain pintu dulu ya! Kakak disini sebentar, jangan kenapa kenapa ya” ucap Riko, seakan sangat berat meninggalkan Kyla sendirian disana.
Kyla hanya mampu menganggukan kepalanya pelan. dan pergilah Riko keluar dari kamarnya.
Aulia yang baru saja datang langsung berlari menghampiri Riko yang baru saja keluar dari kamar.
"Dia kenapa dek??" Tanya Aulia, mengagetkan Riko.
"Buset udah kayak jelangkung aja dah, datang nya gak kedengeran" ucap Riko masih saja sempat bercanda. Aulia langsung menoyornya dan mengulangi pertanyaannya.
"Dia kenapa??"
"Gak tahu. Tadi tiba tiba pingsan" jawab Riko dan langsung mempersilahkan Aulia masuk ke kamar Kyla.
Aulia langsung berlari ke arah Kyla yang terkapar di atas ranjangnya dengan senyum manis ketika melihat kehadirannya. Aulia pun segera mengeluarkan peralatannya dan memeriksa keadaan Kyla.
"Udah kamu berangkat sana. Nanti tambah telat, ini biar gue yang urus"
“Gak papa kak! Caca udah izinin gue kok.. nanti dia sama Bagas juga bakalan balik kesini. Gue balik sama mereka aja nanti siang” ucap Riko dan beranjak duduk di sebuah kursi yang ada di tempat belajar Kyla.
“Owh.. ya sudah kalau gitu” ucap Aulia dan terus memeriksa kondisi Kyla. “Sakit banget kah Ky?” tanya Aulia meringis pedih, saat melihat Kyla yang berusaha menjaga suaranya agar tidak meringkuk kesakitan.
Kyla tersenyum masam sambil mengangguk pelan. “Ma..maaf ya kak Aul, gue nyusahin lo mulu” lirih Kyla sudah mirip berbisik.
Aulia meneteskan air matanya. Entah mengapa mendengar suara Kyla yang biasanya hampir memecahkan gendang telinganya, dan sekarang berubah menjadi lemas itu membuat hatinya terasa ngilu.
“Gak papa dek.. sekarang kamu minum obat terus tidur ya”
Kyla hanya mengangguk dan menuruti setiap arahan dokter wanita sekaligus kakak wanita yang sangat akrab dengannya ini.
Tok.. tok..
Ketuk Afkar di ambang pintu kamar Kyla. Riko dan Aulia pun langsung menoleh ke arahnya. Afkar pun kebingungan dengan suasana yang ada di dalam ruangan tersebut.
"Ul?? Dia kenapa??" Tanya Afkar langsung berlari mendekat ketika melihat adiknya yang sudah tertidur pulas setelah Aulia memberikan obat padanya.
"Gak papa!! Dia cuma kecapek an aja. Lo tolong belikan obat ini buat dia ya, sekarang!!" pinta Aulia memberi Afkar selembar kertas resep obat.
Afkar pun langsung melakukan permintaan Aulia, padahal dia datang kerumah hanya ingin menaruh makanan yang dibuat istrinya sekalian menengok adik-adiknya karena dia jarang sekali menengok mereka. Tapi apa daya jika ada tragedi seperti ini saat ia datang kemari.
Beberapa jam kemudian...
"Uhh!!" Rintih Kyla membuka matanya.
Kyla mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan terdiam ketika menatap Afkar yang tengah terlelap di samping ranjangnya sambari menggenggam sebungkus obat. Dan itu adalah obat yang biasanya Kyla konsumsi.
Kyla menatap sedih lelaki itu. Melihatnya yang tertidur pulas, membuat Kyra merasa sedikit bersalah karena telah merepotkan orang orang di sekitarnya akhir akhir ini. Kyla mendekat dan mengecup pipi kakaknya sayang.
“Kakak capek ya?! Maaf ya, Kyla jadi sering ngerepotin kalian” gumam Kyla sambil menyingkirkan rambut depan Afkar, yang menutupi wajah tampan kakaknya.
Merasakan pergerakan tersebut, Afkar pun terbangun ketika merasakan tetesan air yang terjatuh di pipinya.
Afkar menatap Kyla yang tengah mencium pipinya sambari menangis dalam diam. Seketika Afkar kembali memejamkan matanya karena matanya masih terasa berat. Dan tanpa sadar ia kembali tertidur.
"Maaf!!"
Klap..
Kyla keluar dari kamarnya dan lekas turun ke lantai satu. Di sana ia bertemu dengan Putra yang langsung menghamburkan pelukannya kepada Kyla.
“Jangan sakit sakitan” ucap Putra memukul punggung Kyla beberapa kali.
Kyla merintih kesakitan dan mencium pipi adiknya yang tengah menangis karna terlalu mengkhawatirkan dirinya.
“Iya.. maaf ya Put. Janji gak sakit-sakit lagi kok” ucap Kyla dengan menepuk nepuk punggung Putra yang gemetaran karena menangis.
“Awas aja lo sakit sakitan lagi! Gue ninggalin lo di kolong jembatan, biar sekalian lo mati ngenes di sana! Gue gak peduli lagi” marah Putra dengan wajah lucu.
Entah mengapa Kyla merasa sangat sedih ketika mendengar bagaimana suara serak adiknya menyerukan sebuah protes untuk dirinya tersebut. “Maafin gue ya Put!”
“Gak mau! Gak bakalan gue maafin!” elak Putra dan kembali memeluk kakaknya dengan erat.
Kyla hanya terkekeh geli melihat bagaimana manjanya lelaki yang biasanya membentaknya ini.
“Dasar manja lo Put! Kalau mau manja manjaan di pangkuan Syasya sana” ucap Kyla dan tiba tiba pipi Putra memanas.
“Asem lo kak” pekik Putra jengkel dan menenggelamkan wajahnya di tengkuk kakaknya.
Kyla terbahak nyaring “Mikir apaan lo anjay wkwkwkwk. Muka lo merah banget wkwkwk. Dasar mesum wkwkwkwk”
“Nyebelin banget sih lo. Mati aja sana cih”
“Alah alah kemalan. Entar kalo gue mati betulan mewek lu”
“YA JELAS LAH!”
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Kyla
Teen Fiction(We Love My Sister. Judul aku ganti karena persiapan diterbitkan) Punya kakak yang kayak lemari es berjalan and punya adik yang kayak bawelnya ngalahin pak khatib yang lagi ceramah dimasjid, pak khatib mah berguna ceramahnya, lah ini...hadeh nambahi...