6. Gadis Cantik

6.5K 334 4
                                    

Putra berjalan ke luar kelasnya dengan bersenandung ria. Setelah pelajaran b inggris yang diajar oleh miss Ana yang begitu cantik dan sabar. Mood Putra menjadi naik 50%. Dan sekarang dia sedang kelewat bahagia.

Jadi ia memutuskan untuk berjalan jalan di lapangan sepak bola. Siapa tau ada temannya yang sedang latihan futsal dan mengajaknya bermain. Karena kondisi mental yang prima dapat membuatnya mencetak gol dengan lebih banyak.

“Weh.. mblo, bahagia amat muka lo” pekik temannya yang ada di dalam lapangan basket, menyapa Putra dengan terkikik geli melihat wajah Putra yang riang gembira.

“Kampret.. baru aja gue bahagia. Lu ancurin mood gue aja nyet” protes Putra dengan mengejar temannya itu. karna tiba tiba Putra masuk ke dalam lapangan ketika anak-anak yang lain sedang bermain basket, alhasil sebuah bola melesat ke arahnya.

“Kakak awas.. bruk..” Putra tersungkur di atas lapangan. Seorang gadis yang tiba tiba mendorongnya juga tersungkur di atas perutnya. 

“Aduh.. emangnya lo banteng ya? main seruduk aja” kesal Putra, bangun dari tidurnya dan membantu gadis yang tengah tengkurap di atas perutnya itu duduk.

“Ada bola. Nanti kalau kakak kena bolanya terus gegar otak kan malah berabe” ujar gadis itu dengan mengaduh sakit, memegangi lututnya yang berdarah.

Putra menatap luka tersebut dan ikutan meringis melihat darah yang keluar lumayan banyak. “Makasih. Lo gak papa? Gue bantu ke UKS, oke?!” ucap Putra dengan menghela nafasnya besar.

“Lo gak papa bro?” tanya Bagas, orang yang tak sengaja melempar bola ke arah Putra tadi.

“Gue sih gak papa, tapi nih anak luka kakinya. Gue bawa ke UKS dulu lah” ucap Putra dan Bagus melihat luka yang ada di lutut adik kelasnya itu dengan mengerutkan keningnya.

“Sorry ya dek. Bisa bangun gak? Kalo gak bisa biar di gendong sama Putra?” ujar Bagas langsung mendapatkan tatapan kesal dari Putra.

“Kok gue sih?” omel Putra menatap Bagas dengan pandangan tak suka.

“Yakan dia nolongin lo onta. Lagian gue masih ada latihan, jadi lo aja yang bawa dia ke UKS” oceh Bagas dengan menaik turunkan kedua alisnya. 

Bagas mendekat pada Putra. “Mayan.. adik kelas cantik nih Put” goda Bagas berbisik di telinga Putra.

Putra memukul lengan Bagas kuat. “Apaan sih lu..” omel Putra judes.

“Em.. gak papa kok kak. Gue bisa ke UKS sendiri, kalo gitu permisi” ucap gadis itu dengan berjalan pincang, meninggalkan kedua lelaki tersebut.

Putra dan Bagas saling bertukar pandang. “Bantuin gih, gue masih ada latihan. Nanti gue nyusul deh” ujar Bagas dan Putra pun menghela nafasnya lelah. 

“Ya udah, gue susul dulu” Putra pun menyusul langkah gadis itu.

“Dek.., gue bantuin” ucap Putra dengan menggenggam tangan gadis tersebut pelan. 

Gadis berambut sebahu itu pun menoleh dan memandang Putra dengan senyum kikuk. “Ga.. gak usah kak. Gue bisa sendiri kok” ucapnya dengan malu malu. 

Putra menaikan sebelah alisnya. “Gak papa, lo luka kan karna gue juga. Ayo gue anterin ke UKS” ucap Putra lagi. Dan kali ini gadis itu tak lagi menolaknya.

“Pegangan gue aja kalo susah jalan” ujar Putra lagi. Dan gadis itu menuruti perkataan Putra dengan patuh.

“Makasih” ujar gadis tersebut dengan suara lembut.

“Sama sama, gue yang makasih kok. Oh.. boleh liat buku lo?” Putra mengintip pada buku yang dibawa oleh gadis tersebut.

“Ini? Buat apa kak? Kakak suka novel fiksi??” tanya gadis itu dengan menyerahkan bukunya kepada Putra.

Putra menggelengkan kepalanya pelan. Lalu ia mengambil ponselnya dari dalam saku celananya.”Mau gue ganti. Tadi kan rusak pas lo jatoh” ucap Putra membuat gadis itu panik.

“E.. eh.. gak usah kak. Gak papa serius. Itu buku udah lama banget kok” ucap gadis itu dengan tak enak hati.

Putra menengok ke arahnya sejenak. Menatap name tag yang ada di dada kirinya. “Syasya, lo kelas berapa?”

“10-B”

“Oke.. besok gue anterin bukunya ke kelas lo” ujar Putra dan mengembalikan buku tersebut ke pada Syasya. 

Mereka pun masuk ke dalam UKS bersama-sama. Guru yang sedang menjaga UKS pun langsung menyambut mereka dan lekas mengobati Syasya yang terluka.

“Serius nggak usah diganti.. kan cuman lecek dikit” ucap Syasya bersikeras menolak ganti rugi dari Putra.

“Gak papa. Kalo lo nolak, malah gue yang gak enak sama lo. Lagian itu buku kesayangan lo kan? Gue tau dari sampulnya! Basipun itu buku lama yang dalamnya sudah hampir mau lepas semua halamannya, tapi sampulnya masih bagus. Pasti karna lo jaga buku itu baik baik” jelas Putra panjang.

Syasya pun tak ingin membantah perkataan Putra, karna memang itu benar adanya. Buku itu adalah pemberian almarhum ayahnya. Dan ia juga sangat menyukai ceritanya. “Ya.. ya udah kalo kakak maksa. Makasih”

“Belum juga dikasih. Udah bilang makasih duluan"

“Ah.. em.. ya udah gak jadi” ucap Syasya gugup.

Putra pun menahan senyumnya yang hampir menyembur keluar karna melihat ekspresi Syasya yang dikiranya lucu. “Kenapa sih lo? Grogi? Gagap mulu dari tadi?” tanya Putra dengan menahan tawanya.

Syasya menundukan kepalanya semakin dalam. Memang benar jika ia malu. Tapi ia malu bukan karena suka dengan Putra melainkan ia jarang berinteraksi dengan lawan jenisnya. Apa lagi sampai mengobrol dan berjalan sedekat ini seperti yang mereka lakukan sekarang.

“Iya.. maaf. Konyol ya?” tanya Syasya mencoba untuk menatap mata Putra yang sedari tadi ia hindari.

Putra menggeleng “Engga. Cuman lucu aja kok haha... kayak gue ini apa aja. Santai aja dong” ujar Putra akhirnya ia mampu melepaskan tawanya.

Syasya tertegun dengan senyum Putra. Wajahnya bahkan lebih tampan ketika tertawa seperti sekarang ini. 

Tanpa sadar pipi Syasya sedikit memerah. “Loh.. merah mukanya? Jangan naksir gue ya Sya.. gue udah suka sama seseorang” ucap Putra dengan menggoda Syasya dan berhasil.

Wajah Syasya semakin memerah. Syasya yang malu memilih untuk menundukan kepalanya dalam dalam dan tak berani menatap wajah Putra, yang masih setia dengan tawa menawannya. Bisa gawat jika Syasya mendongkak dan menatap wajah tampan kakak kelasnya ini.

“Udah.. udah... gue gak bakalan kerjain lo lagi. Jangan nunduk terus. Sayang cantiknya, gak kelihatan nanti” ucap Puta menghentikan tawanya. 

Sekarang ia yang malah di buat terpesona dengan wajah polos Syasya yang terlihat begitu manis ketika sedang malu malu seperti sekarang.

Syasya pun menengok ke arahnya dan detik itu juga Putra membulatkan matanya beberapa saat. Merasakan getaran yang tiba tiba terasa begitu nyata di dadanya. 

Aduh.. jantung gue kenapa??

I Love You KylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang