Manik mata Ari terus mencuri-curi untuk melirik Janu. Sikap Janu ini yang membuat Ari merasa aneh sekaligus jengkel sendiri. Bagaimana tidak? Sepanjang koridor sekolah apa Pria aneh itu akan terus menggandeng tangannya seperti anak kecil?
Sudut bibir Janu tertarik sedikit. Ia selalu saja menyadari hal apa yang sedang Ari lakukan, tanpa melihatt ke arah Perempuan itu. Tanpa peduli juga, Janu terus menggandeng tangan Ari sejak mereka turun dari mobil.
"Apa Kak Janu sarapan yang aneh-aneh hari ini?" tanya Ari, sesekali menoleh ke arah Janu yang juga menoleh ke arahnya.
"Hm? Sarapan yang aneh itu, contohnya apa? Gue sarapan dengan makanan yang lo nggak bisa beli karena lo nggak punya apa-apa."
Ucapan Janu memang tidak pernah di saring. Ia bicara sesuka hatinya. Tidak memikirkan bagaimana perasaan seseorang yang sudah mendengar ucapan menyakitkannya itu.
Tapi Ari sudah tidak heran lagi itu. Ia sudah tidak kaget, karena Janu terbiasa melakukan hal seperti itu kepadanya. Hal itu sudah seperti sarapan dan makanan wajib Ari setiap harinya jika di dekat Janu.
"Kalau gue cerita tentang hal yang lo nggak tahu, mungkin kata-kata kaya gitu nggak akan pernah terucap dari mulut lo yang kotor," cibir Ari.
"Jangan sok suci. Gue benci cewek sok suci padahal kenyataannya kotor."
"Tapi gue suka sama cewek yang katanya kotor, tapi sebenarnya suci," sahut Alan. Membuat Janu memutar bola matanya malas dan mereka berdua berhenti.
Alan menatap Ari, tapi Ari hanya diam saja tak merespon. Ia justru menunduk dan tidak ingin menatap wajah Alan. Ya, kejadian kemarin masih ada di ingatan Ari.
"Ada yang ingin gue bicarakan dengan lo, Ri. Ikut gue sebentar bisa?" tanya Alan hati-hati. Sepertinya ia sadar, jika kemarin ia sedikit kasar kepada Ari. Meskipun itu tidak di sengaja.
Tanpa mendengar jawaban Ari, Alan meraih tangan Ari dan hendak menariknya. Tetapi Janu menoleh tajam dan mencegatnya dengan meraih tangan Ari yang sebelahnya. Membuat Arii kebingungannya dan melihat keduanya saling bertatapan tajam.
Janu dengab wajah datarnya, menatap Alan dengan tajam. Ia melihat bagaimana tangan Ari yang Alan genggam seenaknya. Ntahlah, Janu itu sebenarnya maunya apa. Di satu sisi ia membenci Ari, tetapi di sisi lain, ia tidak suka jika seseorang bertingkah laku berbeda kepada Ari.
"Lo butuh izin dari gue, karena gue pacar Ari. Jangan lupakan itu, Lan," peringat Janu tegas.
"Cuma pacar kontrak kan? Lo nggak benar-benar tulus pacaran sama Ari. Jadi, gue nggak butuh izin lo hanya untuk bicara berdua sama Ari," elak Alan kekeh.
Dua-duanya adalah manusia yang keras kepala. Itu yang Ari simpulkan. Jadi, sebelum ada perang dunia ketujuh, ia melerai keduanya dengan melepaskan tangannya yang di genggam oleh dua manusia yang sudah di penuhi kobaran api.
KAMU SEDANG MEMBACA
JanuAri [COMPLETE]✔
RomanceBagaimana jika kamu mendapatkan seorang pacar, yang tidak benar-benar menyayangimu? Sakit bukan? Itulah yang dirasakan Ari Gwent Arsita. Ketika ia mengetahui alasan di balik Janu Bara Ardithama saat ingin Ari menjadi pacarnya. Tapi apakah itu sebuah...