11- Terimakasih Kak Janu

93 6 0
                                    

Suara gemuruh hujan begitu terdengar menakutkan bagi Ari yang sendirian di hutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara gemuruh hujan begitu terdengar menakutkan bagi Ari yang sendirian di hutan. Baju Ari sudah basah kuyup, rambutnya sudah berantakan, di tambah pergelengan tangannya yang sedikit tersayat semak belukar.

Ari meluruskan kakinya karena lelah, di tambah ia menangis terus sejak tadi. Ini sudah malam, wajar Ari merasa begitu ketakutan dan lelah. Ia teriak pun belum ada yang menjawabnya.

Ari memukul dengkul kakinya dengan kesal, "Lain kali nggak usah percaya sama Sella, Ri! Goblok sih lo!"

"Aish! Goblok emang lo tuh!" lanjut Ari.

"Pasti rencana Kak Janu sama Sella! Tuhan, Ari nggak nuduh sembarangan, tapi Ari yakin! Karena cuma mereka yang nggak suka Ari hidup!" teriak Ari sambil menangis merengek.

Ari menatap ke atas langit yang gelap. Tidak ada bintang, hanya cahaya bulan yang redup. Hujan membasahi wajah Ari terus menerus, menambah rasa kesal Ari kepada dirinya sendiri.

"Kenapa sih? Kak Janu berubah jadi jahat? Salah gue apa?" Ari terus menanyakan hal itu jika ia sudah terlanjur prustasi.

"Ari nggak mau ada lagi salah paham, apalagi berharap sama Kak Janu!"

"Hiks ... Hiks ..."

Sementara Ari mengoceh karena kesal, Janu sudah berdiri tak jauh dari tempat Ari terduduk saat ini. Janu tak sengaja menemukan pohon rindang. Niatnya ia hanya ingin berteduh, tapi tak sangka kalau Ari ada di sana.

Janu mendengar semua teriakan dan ocehan Ari. Janu hanya diam saja menatap Ari dari jauh. Gadis itu sekarang kedinginan dan sedikit menggigil. 

Rasanya Janu ingin menghampiri Ari, tapi melihat Ari masih menangis cengeng seperti itu, Janu jadi tidak ingin menghampirinya. Itu mengingatkan Janu akan masa kecilnya dengan Ari.

Flashback on

"Ari! Hujan, ayo neduh!"

Anak kecil tampan bernama Janu menarik lengan gadis sebayanya bernama Ari. Mereka baru saja pulang sekolah dan kehujanan.

Kebetulan ada halte di ujung jalan, Ari sempat memberontak untuk tidak meneduh, tapi Janu kekeh menariknya.
Saat sampai di halte itu, Janu kecil memarahi Ari karena gadis itu sangat nakal dan tidak mau mendengar.

"Hujan. Nanti kamu sakit," lirih Janu.

Ari kecil mengembangkan senyuman terbaiknya, "Kan ada Kak Janu. Ari nggak akan sakit kalau ada Kak Janu di sini."

Janu tersenyum manis, ia mengangguk setuju dan memakaikan jaket tebal yang ia pakai. Memilih kedinginan, daripada harus Ari yang kedinginan.

"Makasih," ucap Ari senang.

"Sama-sama. Jangan sakit ya."

"Siap Bapak Janu!"

"Dasar kamu!"

JanuAri [COMPLETE]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang