44- Titik terendah Sella

54 4 0
                                    

Perjalanan Ari dan Janu di suguhi dengan pemandangan kota yang ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perjalanan Ari dan Janu di suguhi dengan pemandangan kota yang ramai. Meskipun begitu, di dalam mobil sangat terasa dinginnya. Bagaimana tidak? Mereka berdua saling diam bahkan tidak mengobrol sama sekali.

Ari bukannya tidak mau mengobrol, hanya saja Ari jadi teringat terus dengan perkataan Janu, yang mengatakan kalau Janu kini menyukai Ari. Seperti hal yang sangat mustahil untuk Ari percaya. Tapiㅡsaat melihat mata Janu saat itu, Pria itu cukup tulus mengatakannya.

Sesekali Ari terus mencuri pandang untuk menoleh ke arah Janu. Ia masih penasaran dengan seorang Janu yang awalnya membencinya, bisa menyayangi Ari begitu cepat. Membuat pikiran Ari jadi kacau hanya karena memikirkan perkataan Janu yang kini selalu terbesit di hati dan kepalanya.

"Kak," panggil Ari.

Janu menoleh, "ada apa?"

"Jangan pernah sakiti gue ya. Kehilangan kedua orangtua dan kehilangan sahabat sudah mematahkan separuh hati gue. Jadiㅡjangan patahkan sisa hati gue dengan kebohongan yang nggak gue tahu," kata Ari dengan lirih.

"Apa lo nggak percaya akan omongan gue di rumah sakit? Gue nggak pernah seserius itu, Ri."

Ari tersenyum ke arah depan. Melihat jalanan saja membuat Ari tenang. Perkataan Janu tidak sepenuhnya bisa di percaya. Ari hanya takut kembali dipatahkan dengan keadaan. Keadaan yang selalu tidak sesuai dengan ekspetasinya.

"Ah, ntahlah Kak. Bagaimana pun juga, hati adalah salah satu pemberian Tuhan yang harus di jaga, bukan untuk di patahkan dan disakiti," ucap Ari kembali.

Ari bukannya pasrah dengan semua yang akan terjadi. Ia hanya mengikhlaskan apapun masalah dan risiko yang akan ia hadapi di hari esok. Hanya saja, hati adalah bagian paling sensitif bagi Ari. Ia belum siap jika harus di patahkan hatinya yang hanya tersisa separuh.

Melihat Ari yang berusaha tersenyum membuat Janu terdiam. Janu pernah berpikir apa ia sejahat itu dengan mematahkan hatinya? Janu sadar bahwa ia salah. Tapi, karena kebencian selalu ada di saat rasa kasih sayang hadir, jadi, rasa kasihan itu tertutupi oleh kebencian Janu.

Membenci Ari adalah pilihan Janu. Tapi Ari tidak pernah memilih membenci Janu meskipun orang yang tidak ia benci, malah membencinya. Janu dewasa menghalalkan segala cara agar harta warisan Ardithama, sepenuhnya jatuh ke tangan Janu dan Sella.

Percayalah, Ari tidak pernah menginginkan harta yang sebenarnya bisa ia dapatkan dengan kerja kerasnya sendiri nanti. Namun, Ari tahu, harta ituㅡjuga menyimpan rahasia kelam bagi Ari. Oleh karena itu Ari pikir, ia tidak sangat membutuhkannya.

Mata Ari mengedar ke segala penjuru jalan. Suasana kota yang cukup ramai mulai sepi saat mobil melintas sebuah kafe yang cukup minimalis, elegan dan juga mewah. Ari tersenyum ketika melihat banyak pasangan muda dan tua yang tersenyum bahagia sambil mengobrol di luaran kafe.

Tak lama, senyum Ari memudar, ia menyipitkan matanya untuk melihat orang yang sepertinya ia kenal baru saja keluar dari mobil dan bergandengan tangan masuk ke dalam kafe.

JanuAri [COMPLETE]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang