7- Janjinya Janu

81 12 1
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*

"Annyeong As ..."

"Huhuhu," umpat Piya.

Harusnya ia menelepon Ari lebih dulu kalau ia sudah sampai di depan rumah keluarga Ardithama. Piya lupa, kalau Janu kan tinggal di sana juga. Bisa-bisanya Piya main mengetuk pintu, dan saat pintu terbuka, malah Janu yang muncul lebih dulu.

Jujur, dari Piya masuk sekolah saja, ia sangat takut kepada Janu. Takut menjadi korban bullying yang tidak akan mendapat pertolongan apapun jika ia mengadu ke pihak sekolah.

"Mau apa lo?"

Suara Janu yang berat karena jakunnya itu, membuat Piya kesusahan untuk menelan ludahnya. Aura Janu memang sangat tajam. Padahal ia kan most wanted boy di sekolah Piya.

Piya kelihatan gugup, tapi kalau ia diam saja dan tidak menjawab, itu urusannya malah jadi panjang dan bertambah rumit. Piya merasa serba salah atas ulahnya sendiri.

"Eum. Gue, ada urusan sama Ari ..., Kak," ucap Piya takut.

"Mau kemana?"

"Lo nggak usah tahu, Kak," potong Ari.
Ari keluar memakai baju putih dan celana jeans pendek. Rambutnya terkuncir rapi, dengan poni yang sedikit terjepit di samping telinganya. Ari memegangi tas kecilnya sambil menatap Janu yang menatapnya dengan tatapan aneh.

"Gue mau keluar sebentar sama Piya."

"Selamanya kalau bisa," tukas Janu.

Helaan napas dari Ari dapat terdengar jelas oleh Piya. Piya jadi merasa bersalah karena harus mengetuk pintu. Harusnya Piya menunggu saja di tempat yang agak jauh dari rumah Ardithama.

Piya menatap Ari yang sudah tidak mood untuk pergi. Mereka padahal, sudah berjanjian akan pergi bersama untuk menyiapkan kebutuhan acara Persami nanti.

"Bilang sama gue, lo berdua mau kemana. Atau, gue nggak akan izinin kalian pergi," ucap Janu, suka sekali mengatur.

Ari membuka matanya lebar, "Apaa sih lo Kak! Jangan ngatur gue," protes Ari. Ari sudah besar, jelas ia tidak suka di atur-atur.

"Gue berhak ngatur lo!" kekeh Janu.

"Seterah, tapi gue mau pergi!"

Ari menarik lengan Piya, hendaknya ingin pergi dari sana, tapi Janu menarik lengan Ari yang satunya, hingga Ari melepaskan tangan Piya, dan tubuhnya kini berhadapan dengan Janu.

Mata Ari membelalak terkejut ketika ia dan Janu sangat dekat. Ari tak pernah sedekat itu dengan Janu. Janu menatap mata Ari dengan datar. Seperti yang biasa ia lakukan.

"Kasih tau gue, lo mau kemana?" ulang Janu dengan mempertegas ucapannya itu.

"Bukan urusan lo!" Ari tetap kekeh dengan pendiriannya. Tangannya sedikit lecet dan terasa perih karena Janu terlalu menggenggamnya dengan erat. Di tambah, Ari terus saja berusaha memberontak.

JanuAri [COMPLETE]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang