"Dia Janu?"
"Seriously?"
"Apa dia serius? Menggandeng tangannya? Apa dia nggak gila? Apa dia hilang ingatan?"
"Kayanya Janu Bara Ardithama mulai kesemsem sama kecantikan Ari."
"Sepertinya, Ari memang cantik."
Itulah beberapa celotehan para murid lainnya saat Janu menggandeng tangan Ari sepanjang koridor sekolah. Mata Ari terus menatap Janu bingung. Bahkan Ari nampak mencoba melepaskan genggaman tangan Janu, tapi mata Janu langsung menoleh sinis.
Gadis yang nasibnya malang itu kini diam saja. Walaupun ia sangat risih ketika banyak orang melihat ke arah mereka. Apalagi sesaat sebelum berangkat sekolah, Janu meminta Sella merias dirinya dengan riasan yang terlihat natural.
Ari tak pernah sekalipun merias wajahnya. Apalagi kalau harus merias wajah untuk pergi ke sekolah. Tentu ia tak biasa dengan hal itu. Di tambah, ia tidak mahir dalam urusan merias wajahnya.
Tak lama, akhirnya mereka sampai di depan kelas Ari. Ari menatap Janu masih dengan kebingungan. Ia menghela napas gusar dan berusaha melepaskan genggaman tangan Janu.
"Lepasin Kak. Kita udah sampai," ucap Ari malas.
Janu menatap Ari, ia mengenyampingkan tubuhnya, lalu menangkup tubuh Ari dengan kedua tangannya. Tubuh mereka kini saling berhadapan. Ari sedikit menjauhi wajahnya karena pikirannya sudah traveling kemana-mana.
"Jangan pernah hapus riasan lo. Lo akan tahu akibatnya," ucap Janu.
"Hm." Ari hanya membalasnya dengan dehaman.
Semua orang masih saja memperhatikan mereka berdua. Ari merasa ingin hilang atau masuk saja ke dalam kelas sekarang. Lagipula apapun yang dilakukan Janu kepadanya, tidak akan mempengaruhi Ari. Ia sudah menegaskan pada dirinya, bahwa mereka berpacaran, karena Janu ingin lebih mudah menjatuhkannya.
Saat Ari tengah diam menatap ke arah lain. Janu menangkup wajah Ari hingga gadis itu terkejut dan mematung. Pupil mata Ari membulat, ketika Janu semakin mendekatkan wajah mereka.
Tapi bukan untuk melakukan hal apapun. Janu hanya mengecup kening Ari tidak sampai tiga detik. Hal itu tentu membuat para fans Janu yang melihat menjadi panas seperti cacing kepanasan. Mereka jadi mengumpat tentang Ari.
"Ari si sialan!"
"Kenapa harus cewek yang awalnya musuh Janu!"
"Kayanya dia yang centil. Nggak mungkin Kak Janu langsung ketempelan sama dia kalau dia yang nggak mulai!"
Beberapa omong kosong itu hanya Ari diamkan saja. Ia memutar bola matanya malas. Ari tidak peduli dengan apa yang mereka katakan soal Ari, ataupun soal dirinya dengan Janu. Mereka tidak tahu, tujuan Janu hanyalah membuat Ari jatuh saja.
"Ya udah, sana masuk!" usir Janu.
Ari mengangguk, ia berbalik badan, baru saja selangkah masuk ke kelas. Tapi Ari kembali menghentikan langkah Janu.
"Hei Kak tunggu!"
Janu berbalik badan, "Hm?"
Ari mendekati Janu, Janu pikir Ari akan mencium dirinya.
"Apapun yang lo lakukan. Tidak akan menjatuhkan gue. Jangan pernah berpikir gue sebodoh itu. Jadi, gue kasih tahu dari sekarang, kalau lo mau, putusin gueㅡsecepatnya," bisik Ari di telinga Janu. Sangat terdengar panas di telinga Janu.
Setelah mengatakan hal itu, Ari mengembangkan senyuman tulusnya. Itu mengartikan bahwa Ari akan selalu sabar jika menunggu Janu benar-benar berubah. Dan sabar, walaupun sikap Janu yang seenaknya.
"Belajar yang rajin. Paㅡcar? Babay!" Ari masuk ke dalam kelasnya tanpa menatap Janu kembali.Kini Janu berdiam diri di depan kelas Ari. Gadis itu membuatnya kesal sekaligus tidak tahu harus berbuat apa. Tapi dia Janu, Janu Bara Ardithama yang tidak akan menyerah semudah itu. Meskipun Ari seperti meremehkannya, Janu memastikan kepada dirinya sendiri dan kepada Ari, kalau dirinya pasti akan berhasil.
"Apa mereka pacaran?" Alan ada di sana. Ari bahkan tadi tidak menyadarinya bahwa ia sudah melintasi Alan begitu saja.
"Kalau iya, lo mau apa?" sahut Sella. Ditemani oleh para prajuritnya.
Alan menoleh, "Bukan urusan lo!" balas Alan lebih menohok. Ia menerobos dua prajurit Sella, dan juga Sella.
"Huft! Gue belum melihat kejutan hari ini? Tapi sepertinya akan segera berlangsung," ucap Sella. Thea dan Rwin menoleh, mereka saling bertatapan satu sama lain, karena mereka tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Sella.
🌙🌙
I
stirahat kali ini terlihat agak berbeda. Sedari awal Ari masuk ke kelas, Piya hanya diam saja. Ia bahkan makan sangat lahap hari ini. Ari merasa ada yang aneh dengan Piya. Padahal niatnya Ari ingin membicarakan apa yang ia alami kemarin.
Tetapi, sepertinya waktunya kurang tepat. Jadi Ari memilih menghabiskan makananya saja. Mereka saling diam. Ari ingin bicara duluan tapi ia terlalu takut jika Piya nanti terganggu.
"Kalian pacaran?" tanya Piya.
"Hm?" pekik Ari pelan.
"Siapa?" tanya Ari.
Piya menghela napas. Ia menggeser mangkuk mie ayam yang sudah habis. Lalu menyeruput minumannya.
"Lo sama Kak Alan."
Ari terbatuk, ia segera meminum minumannya. Matanya menatap ke arah Piya. Lalu Ari tertawa kecil mendengar apa yang Piya katakan tadi. Bagaimana bisa Piya kepikiran ke sana? Piya kan sudah tahu kalau Ari bukan siapa-siapa Alan.
"Apa lo lupa kejadian dimana gue tanda tangan surat perjanjian sama Kak Janu? Di sana tertulis jelas kalau gue harus berpacaran sama cowok brengsek itu. Jadi, mana mungkin gue berpacaran sama Kak Alan," ungkap Ari. Ia di buat terkekeh-kekeh karena perkataan Piya.
Piya terdiam, ternyata ia salah. Mengapa ia bisa terpikirkan ke sana?
"Ah, jadi gue salah. Maaf ya, mianae."
Ari tersenyum hangat, ia menganggukan kepalanya, "Ye."
"Kenapa lo terlihat murung?" tanya Ari pada Piya.
Piya menggeleng, "apa lo pernah menyukai seseorang? Apa dia menyukai lo juga? Gue menyukai seseorang, tapi dia nggak menyukai gue. Apa menurut lo, gue harus menyerah?" Piya mulai bercerita mengapa hari ini ia sedikit murung. Ya, memang, persoalan cinta memang kadang menjadikan kita tidak riang lagi seperti biasanya.
Bibir Ari mengerucut, ia meneliti Piya, apakah sahabatnya memang sedang menyukai seseorang? Mengapa Piya baru cerita sekarang ini.
"Kenapa lo baru cerita? Mau menyebutkan siapa orang yang udah memikat hati sahabat gue ini?" goda Ari. Menyenggol lengan Piya dengan tangannya..
Piya hanya terkekeh kecil, "Ani-a. Gue hanya bertanya. Ayo jawab!" paksa Piya menunjukan keseriusan di wajahnya, tapi seketika ia mencairkan dengan tertawa kecil.
"Lo di larang menyerah! Lo harus terus berusaha untuk mendapatkan dia jika perlu!"
"Lo serius?" tanya Piya memastikan.
"Dua rius! Lakukan apapun yang lo mau. Tapi jangan ada yang lo sakiti. Karena lo harus tahu, sakit rasanya jika ada orang lain yang ikut tersakiti karena usaha lo. "
"Gue akan melakukannya perlahan. Dia nggak mungkin tersakiti."
"Siapa orang yang lo suka?" goda Ari.
"Lo akan tahu. Jangan kepo!"
"Dasar!"
🌙🌙
KAMU SEDANG MEMBACA
JanuAri [COMPLETE]✔
RomanceBagaimana jika kamu mendapatkan seorang pacar, yang tidak benar-benar menyayangimu? Sakit bukan? Itulah yang dirasakan Ari Gwent Arsita. Ketika ia mengetahui alasan di balik Janu Bara Ardithama saat ingin Ari menjadi pacarnya. Tapi apakah itu sebuah...