Bola mata Shena terus menunduk. Hingga sesekali ketika ia bosan, ia menoleh ke arah Janu yang terduduk di kursi yang di sediakam pihak rumah sakit. Kini Janu hanya diam sambil sesekali ia menghela napas gusar dan juga kepalanya terus pusing dan sakit.
Meskipun di sana sudah ada Arumi dan juga Ardithama, tetap saja Shena masih merasa ada yang kurang. Shena ingat ketika Janu sangat marah pada Ari sampai menariknya begitu keras.
Tetapi sekarang, Shena merasa sedih karena sepertinya Janu tidak peduli dengannya. Janu bahkan tidak menanyakan apakah dia merasa baik atau tidak sekarang. Shena merasa semua yang sudah ia lakukan tidak membuat Janu berubah. Pria itu masih sama cueknya dengannya.
"Om nggak percaya Ari lakukan itu. Apa kamu yakin, Shena?" tanya Ardithama tiba-tiba.
Shena menoleh kaget, namun ia tetap berusaha mengontrol keterkejutannya itu. Shena menarik napas pelan dan berusaha memikirkan apa jawaban yang tepat untuk pertanyaan Ardithama.
"Ntahlah, Om. Akuㅡnggak ingin bahas itu dulu. Rasanya aku juga nggak percaya itu," jawab Shena dengan menampakan wajah sedihnya.
Ardithama diam, ia menatap dengan detail Shena, sehingga gadis itu hanya diam dan bahkan ia membaringkan kembali tubuhnya dan menarik selimut dengan pelan. Karena meski ia melakukan itu sendiri, tapi lukanya memang cukup sakit.
"Ari adalah anak yang baik. Om masih sangat ingat ketika dia menolak harta warisan yang akan Om berikan atas namanya. Ia menolaknya karena ia pikir ia tidak pantas menerimanya. Ari bahkan meminta Om untuk bilang sama Tuhan, tolong kembalikan orangtuanya."
"Dia anak yang baik. Rasanya tidak mungkin kan jika dia melakukan bal sejahat itu kepada Kakak kandungnya sendiri?" pikir Ardithama. Pikirannya hanya buntu sampai di sana. Ia tidak dapat berpikiran negatif pada Ari, karena yang Ardithama kenal hanyalah kebaikan gadis itu.
Mendengar itu, Arumi hanya menghela napas dan pergi keluar. Ia pun sama dengan Ardithama, tidak percaya jika Ari akan tega melakukan hal sejahat itu.
Dalam hati Shena, ia muak karena semua orang menyukai Ari. Janu iya, Sella pun iya, bahkan juga orangtua mereka. Meski di satu sisi Shena iba karena Ari adalah adiknya, tapi ia pikir Ari sudah banyak merasakan kebahagian di bandingkan dengan dirinya yang selalu saja menderita.
"Istirahat. Om pergi dulu ya?"
Shena tersenyum, "iya, Om."
Ardithama pergi keluar. Sementara keadaan di dalam sangatlah canggung. Janu tampak tidak bersemangat, sementara Shena merasa jengkel melihat dinginnya Janu padanya.
"Jan, kamu nggak pergi? Apaㅡkamu mau nemenin aku di sini?"
Janu menoleh dingin, "gue nggak ada waktu nemenin lo di sini. Gue akan ikut ujian untuk beasiswa. Ada suster kan? Jadi dia yang akan merawat lo di sini."
"Jan," panggil Shena pelan.
"Apa?"
"Masihkah ada ruang buat aku masuk lagi ke kehidupan kamu? Kitaㅡbisa memulainya lagi dari awal. Dan anak yang aku kandung sekarang jadi memiliki ayah, kan?" ungkap Shena, meski ada rasa takut, tapi ia muak jika terus menyimpan perasaannya yang sesungguhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JanuAri [COMPLETE]✔
RomantizmBagaimana jika kamu mendapatkan seorang pacar, yang tidak benar-benar menyayangimu? Sakit bukan? Itulah yang dirasakan Ari Gwent Arsita. Ketika ia mengetahui alasan di balik Janu Bara Ardithama saat ingin Ari menjadi pacarnya. Tapi apakah itu sebuah...