Beberapa suara langkah kaki memenuhi indera pendengaran Ari. Kantin adalah tempat tujuan dimana anak sekolah sangat nyaman berada di sana ketika bel istirahat di bunyikan. Satu persatu murid bersama teman mereka pergi ke kantin untuk makan siang. Hanya Ari seorang di dalam kelas.
Gadis itu memasukan beberapa buku catatan yang ia keluarkan di pelajaran sebelumnya. Sendirian, dan tidak ada siapapun di sana. Kesepian yang sangat jelas Ari rasakan ketika buku terakhir ia masukan ke dalam tasnya. Ari meresleting tasnya sambil menghela napas berat.
"Ri, lo istirahat nanti ya, sekretaris kelas lagi sakit hari ini, jadi tolong bantu gue kumpulin absen dan tugas ini ke ruang guru ya?"
Ketua kelas Pena menghampiri Ari dan membuat Ari menoleh lalu bergegas menaruh tasnya kembali. Ari menatap Pena dan hanya mengangguk lemas.
"Jangan terlalu sedih. Nggak baik. Bisa merusak kesehatan," kata Pena tiba-tiba saat Ari mengangkat buku yang sudah tersusun rapi di atas meja guru di kelasnya.
Ari terdiam dan menoleh, "untuk sekian lamanya, gue akhirnya merasa kesepian lagi. Itu hal yang agak sulit untuk gue jalani."
Pena menghampiri Ari dan membantunya membawa tumpukan buku satunya lagi. Ia menoleh sebentar ke arah Ari lalu pergi duluan ke luar kelas. Ari hanya diam lalu mengikuti dari belakang. Hingga langkah mereka kini sejajar.
"Gue agak kaget sih, waktu tahu katanya Piya yang sebar aib lo di sosmed osis. Bahkan gue bingung dia punya keberanian sebesar itu darimana," ungkap Pena sambil terus berjalan bersama Ari.
Ari menoleh juga ke arah Pena sambil menatapnya. Selama sekelas dengan Pena, Ari juga tidak pernah melihat gadis itu akrab ataupun mengobrol dengan teman kelas lainnya. Meskipun ada wakil ketua kelas, tetap saja kadang Ari menyadari bahwa Pena lebih suka mengerjakan apapun sendirian.
Yang Pena katakan juga membuat Ari sempat berpikir mengapa Piya bisa melakukan hal seperti itu. Ari juga memiliki rasa rindu yang sebenarnya ada di dalam hatinya, hanya saja tertutup oleh masa lalu yang sudah terjadi saat itu.
"Tapi sekarang, dia malah pindah ke sekolah lain setelah sebar aib lo. Gue rasa dia masih sayang sama lo. Dia masih menganggap kalian berdua bersahabat," kata Pena lagi.
Ari hanya mendengarkan sambil sesekali menoleh dan fokus ke depan.
"Gue juga heran, hal lain apa yang membuat dia berubah," sahut Ari bingung, sedih, dan semua bercampur menjadi rasa yang membuat hati Ari merasa tidak karuan.
"Nggak ada yang membuat dia berubah. Dia yang memilih buat jadi orang yang seperti itu."
"Hm, ntahlah Na," pasrah Ari.
Namun, saat di perjalanan menyusuri koridor sekolah, Ari dan Pena menoleh secara bersamaan ke arah kantin yang terlihat dari koridor sekolah. Terlihat beberapa anak perempuan berkumpul dan memegang sebuah air dan mengguyurkan air itu ke seseorang yang terduduk sambil menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
JanuAri [COMPLETE]✔
RomanceBagaimana jika kamu mendapatkan seorang pacar, yang tidak benar-benar menyayangimu? Sakit bukan? Itulah yang dirasakan Ari Gwent Arsita. Ketika ia mengetahui alasan di balik Janu Bara Ardithama saat ingin Ari menjadi pacarnya. Tapi apakah itu sebuah...