kabur

543 110 12
                                        

Tengah malem, Mina mendengar ketukan dari depan. Berhubung Mina belum tidur gegara nungguin Jungkook yang belum pulang sampe sekarang.

Suaminya itu sering pulang larut, katanya perusahaan sedang dalam fase sibuk. Menyusun strategi baru untuk menarik para investor biar berinvestasi dan menanam saham di perusahaan tempat Jungkook bekerja.

Jika dihitung, mungkin sudah seminggu lebih Mina dan Jungkook jarang di rumah jarang bertegur sapa. Palingan kalo ketemu cuma sebentar itu pun saat pagi hari dan sarapan. Sisanya mereka di luar rumah, beraktivitas.

Di sisi lain Mina mengurus kafe dengan Mingyu, Mina juga bolak balik ke rumah sakit jenguk ibu mertua. Kesehatannya makin membaik dari hari ke hari. Jika memungkinkan, lusa ibu mertuanya boleh pulang.

Ketukan di pintu kembali terdengar. Wanita itu melirik jam di dinding. Berpikir siapa yang bertamu ke rumah orang jam segini.

Untuk ketiga kalinya Mina mendengar pintu diketuk.

"buka gak ya?"

Daripada berperang dengan dirinya sendiri, Mina memilih beranjak ke depan. Kakinya melangkah dengan santai.

Sebelum membuka pintu, Mina mengintip dari balik tirai. Di depan pintunya ada bayangan seorang perempuan. Rambutnya dicepol. Kacamata bulat tanpa lensa membingkai wajahnya. Memakai celana training jaket kulit hitam.

Mina hapal betul cara berpakaian Jiya. Unik. Berbeda dari yang lain.

Mina pun membuka pintu. Saat pintu terbuka lebar, barulah Mina bisa melihat dengan jelas wajah Jiya.

"kak," panggil Jiya bertepatan dengan pintu yang terbuka.

"masuk dulu Ji," kata Mina mempersilakan Jiya untuk masuk ke dalam.

"kamu udah makan?"

Bahkan setelah berhari hari gak ketemu sama Mina dalam kondisi marah dan kecewa, kakaknya itu tetap memberikan perhatian sama seperti dulu, jauh sebelum Mina menikah.

"mau makan di sini?"

Jiya menggeleng.

"Jiya udah makan," jawabnya pelan. Dia gak sanggup melihat mata Mina. Terakhir kali Jiya memalingkan wajah, mengusir Mina pergi dari rumah, sekarang malah Jiya yang ke sini menemui kakaknya.

"boleh Jiya tidur di sini?"

Kening Mina mengerut, "kenapa gak tidur di rumah?"

"males." decaknya.

"boleh kan?" sambung Jiya memberanikan diri menatap wajah Mina.

"bukannya kakak gak ngijinin kamu, tapi kasihan mama di rumah,"

"jangan bahas mama di sini." balas Jiya cepat.

"Jiya," panggil Mina lembut. Menyentuh lengan adiknya pelan.

"kakak anter pulang ya?"

"pls kak, gue gak mau pulang ke rumah,"

"pikirin mama di rumah. Dia pasti khawatir,"

"khawatir? Yang mama peduliin cuma Ayu! Ayu gak makan siang aja kalang kabut nyalahin semua orang. Ayu pulang telat aja udah nyari ke sana ke sini. Nyuruh semua orang buat nyariin dia. Ayu gak bisa tidur semua orang gak boleh tidur! Giliran gue pulang telat, mama mana peduli? Gue gak makan seharian, mama mana tahu?"

"bahkan gue masih trauma sama kecelakaan waktu itu. Susah tidur gak mood makan gak mood ngapa-ngapain. Gak selera sekolah. Putus asa, ngerasa gak punya semangat buat hidup! Tapi apa yang mama lakuin? Dengan gampangnya mama bilang lupain semuanya. Emang trauma bisa dilupain dalam satu kedipan mata?! Enggak kak! Gue menderita tapi mama gak peduli!"

FAMILLE✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang