6. Curiga

158 19 2
                                    

Seperti biasa, gue duduk di tepi lapangan sambil menunggu Dami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti biasa, gue duduk di tepi lapangan sambil menunggu Dami. Kali ini, gak ada Biru di lapangan karena hari ini bukan jadwalnya anak basket latihan. Justru di lapangan adanya anak paskibra yang lagi sibuk latihan baris berbaris. Dulu gue sempat mau bergabung. Cuma kemauan doang. Tapi langsung sadar diri selain mager, cepat lelah, gue juga anaknya suka mengeluh, gak suka ditekan, dan keras kepala. Gue orangnya suka berbuat semaunya sampai akhirnya pilih-pilih ekskul yang keberadaan gue gak akan merugikan anggota yang lain. Kasian kalau gue masuk paskibra terus kerjaannya cuma buat masalah. Pasti yang kena bukan gue doang tapi teman-teman gue.

"Hai, Jingga."

Coba tebak sudah berapa orang yang memanggil gue hari ini. Banyak sih pasti. Tapi dua lelaki yang masih asing untuk gue turut ikut menyebut nama gue. Pertama, si Dito. Lalu yang kedua, lelaki di hadapan gue ini yang sama sekali gak gue kenali. Kepala gue sempat men-scan wajah lelaki itu agar bisa mencari nama-nama diingatan gue mengenai lelaki bertubuh tinggi di hadapan gue. Tapi sayangnya gak gue temukan satupun nama yang cocok sekalipun wajahnya familiar untuk gue.

"Siapa, ya?" tanya gue dengan hati-hati. Gue merasa kayak anak kecil yang disamperin om-om gitu deh. Soalnya sekarang gue lagi makan permen terus lelaki di hadapan gue mukanya mencurigakan banget.

Dia gak bakal nyulik gue kan, ya? Kalau iya, kayaknya harus gue kasih tau seberapa ruginya nyulik spesies cewek ngeselin semacam gue ini.

"Caka." Lelaki itu mengulurkan tangannya kepada gue. "Caka Radhitya Irfandi." Ia memperkenalkan diri.

Gue menyambut uluran tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue menyambut uluran tangannya. Niatnya mau memperkenalkan diri juga tapi dia langsung menyela ucapan gue.

"Jingga, kan? Aurantiasya Jingga Maheswari, kelas MIPA 1?" Rada menakutkan sih pas denger. Kayak penguntit yang tahu semuanya tentang gue. Tapi gue gak mau nethink ke dia. Kali aja hanya gak sengaja kenal gue meskipun gue gak tahu dari mana.

"Iya, bener. Kenapa, ya?" tanya gue. Pingin to the point aja biar gak lama-lama bicara sama orang asing ini. Walaupun ganteng tapi gue tetep aja gak nyaman.

Ini juga kemana sih si Dami. Dia mah giliran ditungguin gak dateng-dateng. Tapi kalau gak di tunggu suka nongol sendiri.

Lelaki bernama Caka itu mengulum senyumnya yang tertuju untuk gue. Dia berujar kemudian, "yang sering duduk di pinggir lapangan pas anak basket latihan, kan?"

SWASTAMITA [Jeon Wonwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang