27. Merasakan

88 12 1
                                    

Jingga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jingga

Sejak awal masuk SMA, gue selalu punya ekspektasi besar soal kisah hidup gue. Percaya atau enggak, masa SMA adalah masa yang ditunggu-tunggu oleh setiap anak yang penasaran akan seperti apa hidupnya sewaktu dia besar nanti.

Apakah akan menyenangkan? Apakah akan banyak dicintai? Apakah akan penuh sama kisah-kisah soal persahabatan dan cinta?

Selama gue menjalani pendidikan sebelum SMA mulai dari tadika, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, semuanya penuh sama kisah gue soal keluarga, kisah gue soal pertemanan meskipun itu cuma sama Dami karena pertemanan sama orang lain gak pernah berujung baik.

Sampai SMA ini, waktu pertama kali gue lihat Biru, gue pikir gue cuma kagum. Gue pikir, ya, gue cuma main-main kayak anak remaja biasanya. Gue cuma menyematkan nama seseorang untuk gue sukai sampai pada akhirnya gue gak sadar kalau rasa itu beneran ada.

Untuk dia.

Dia yang gue pikir cuma bakal sekedar nama yang gue kenal, wajah yang gue lihat dari kejauhan, tapi gak tau kenapa ternyata kenyataan cukup baik untuk gue karena mempertemukan gue dan dia dalam jarak yang dekat; melalui Bunda, Ayah dan Om Miko.

Waktu awal-awal kedekatan gue sama Biru, hampir setiap hari gue senyum-senyum sendiri karena merasa kalau, "wah, hubungan gue menunjukkan tanda-tanda berhasil gak sih?" Di saat ini adalah pertama kalinya gue menyukai orang sebesar ini padahal sebelum-sebelumnya cuma suka lewat doang alias beneran main-main.

This is my first time falling in love — yang sebelumnya katanya gak terhitung karena main-main dan cinta monyet doang.

Jatuh yang bener-bener jatuh tanpa pernah hati-hati dan tanpa pernah takut untuk jatuh, untuk sakit terlalu dalam.

Karena gue pikir, gue gak perlu hati-hati untuk seseorang yang memang sejak awal dipikiran gue, gue gak akan bisa dapetin dia. Dia sesuatu yang gue gak bisa jangkau seberusaha apapun gue untuk mendapatkan dia.

Tapi waktu takdir seakan bilang, "ini kesempatan lo untuk berjuang dan lari mengejar apa yang lo suka," gue merasa kalau memang waktunya gue untuk jatuh cinta.

Saat itu, gue gak pernah mikirin soal, cewek siapa yang deket juga sama Biru, seberapa terkenalnya Biru, atau seberapa besar kemungkinan gue untuk gagal mendapatkan hatinya karena gue pikir cinta pertama gue ini akan berhasil.

But in reality I was wrong.

Salah besar untuk itu karena ternyata katanya cinta pertama itu selalunya gagal.

Dan itu terbukti saat ini.

Saat gue kecewa padahal gue gak ada hak untuk ngerasain itu di saat dia bukan siapa-siapa gue.

Saat gue marah padahal gue gak seharusnya marah sama dia.

Karena kalau orang lain menyakiti lo, lo gak akan pernah sesakit itu. Lain kalau orang itu berarti besar buat lo, buat hidup lo, semua yang dia lakukan akan sangat berhubungan dengan perasaan lo termasuk saat dia melukai lo. Lo pasti akan merasa sakit yang sakit banget karena ya itu. Mereka orang penting di hidup lo.

SWASTAMITA [Jeon Wonwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang