12. Menjauh

109 15 1
                                    

Jingga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jingga

Dari sekian banyak hal yang gue alami akhir-akhir ini terutama menyangkut Biru, kejadian beberapa hari lalu masih terus bersarang di kepala gue. Meskipun gue berusaha untuk gak mengingatnya dan membiarkannya begitu saja karena lelaki itu jelas-jelas menolak kedatangan gue. Perihal nada bicaranya di telepon yang sangat kentara menaruh kecewa, soal usaha gue yang berujung sia-sia untuk menemuinya, juga perihal Biru yang gak sedikitpun menghubungi gue lewat telepon padahal semenjak kedekatan kita dia selalu aja cari momen supaya gue dan dia bisa ketemu.

Gue beneran ngerasa bersalah. Gue terus-menerus kepikiran karena ngebayangin, gimana kalau gue yang ada diposisi Biru. Gue ngajak dia pergi tapi dia malah lupa sama janji itu sendiri. Kecewa itu rasanya wajar aja Biru rasain. Apalagi marah dan kesel yang pastinya berbarengan dengan rasa kecewa tapi Biru lebih memilih gak meluapkan dua hal itu pada gue. Dia malah milih diam dan itu membuat posisi gue serba salah.

Biasanya kalau liburan sekolah, gue paling males mandi pagi-pagi. Sekalipun gue bangun lebih awal, gue akan lebih memilih menghabiskan waktu di atas kasur sambil memainkan ponsel gue. Tentunya setelah bantu-bantu Bunda beres-beres rumah. Gue masih amat paham kalau peran gue di rumah sebagai anak perempuan juga penting untuk membantu beliau.

Sewaktu gue beres-beres lemari baju, tiba-tiba gue menemukan sebuah benda yang beberapa bulan lalu gue bawa pulang dan gue cuci sampai dua kali supaya benda itu benar-benar bersih.

Sapu tangan Biru.

Sudah lima bulan berlalu, baik Biru ataupun gue, gak ada satupun yang membahas soal benda ini. Gue pun cuma bisa merutuki diri karena menyimpan benda ini begitu lama. Biru pasti beranggapan kalau gue sudah menyematkan benda ini sebagai milik gue karena gak kunjung gue kembalikan.

Meskipun begitu, keberadaan benda ini jelas memberikan manfaat untuk gue saat ini. Benda ini bisa jadi alasan gue untuk datang ke rumah Biru kalau Biru gak menerima kedatangan gue untuk minta maaf.

Drrttt,

Drrttt,

Drrrtt.

Getaran di ponsel gue membuat gue mengalihkan perhatian sebentar. Benda yang beberapa hari terakhir cuma gue gunakan untuk menghubungi Ayah, Bunda dan ponsel baru Dami, kini menampilkan nama orang lain dia layarnya.

"Halo, Kak Jing!"

Memang cuma satu orang yang bakal memanggil gue dengan nada cempreng seperti itu. Gue bisa langsung mengenali si penelepon bahkan kalau tadi gue gak melihat namanya di layar ponsel.

SWASTAMITA [Jeon Wonwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang