37. Proses

74 12 1
                                    

Jingga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jingga

Awalnya, gue juga bertanya-tanya, sebenernya kayak apa perasaan gue ke Dami. Semua perasaan nyaman, semua perasaan sayang gue ke dia. Tapi makin lama, gue makin ngerasa nyaman aja. Nyaman untuk ada di posisi sekarang sebagai teman dia. Gue gak mau hubungan yang udah senyaman ini berubah dan gue gak mau kehilangan Dami.

Terserah lo mau bilang pikiran gue ini kolot atau terlalu beralasan, pada kenyataannya, gue memang menahan semua rasa gue supaya gak hadir pada Dami dan menghancurkan semua hubungan antara gue dan Dami yang tercipta dengan cara yang berbeda. Bahkan gue merasa kalau hubungan gue dan Dami sekarang lebih deket dari sepasang kekasih.

Dia sahabat gue, dia tempat gue berbagi setiap rasa yang gue punya, setiap kesedihan gue, bahagia gue. Dia lebih daripada segalanya untuk gue dan orang yang akan selalu gue cemaskan saat kehadirannya jauh dari gue.

Kalau ada yang berpikir, alasan gue gak jadian sama Biru sewaktu kurang lebih lima bulan gue deket sama dia sejak bulan Juli sampai Desember, sebelum dia jadian sama Nila, itu cuma karena dia gak mau maju sama perasaannya, maka lo gak sepenuhnya benar tapi gak salah juga.

Gue bisa aja kode ke Biru untuk buru-buru maju nembak gue waktu itu. Dari bulan Juli tahun lalu sampai bulan Desember, gue sama dia tuh udah deket banget. Kemana-mana bareng, kadang-kadang dia nginep, keluarga gue dan keluarga dia deket. Tapi sampai dia jadian sama Nila, apa logis kalau cuma Biru yang gak mau maju?

Gue juga.

Gue masih gak bisa ke tahap lebih serius untuk perasaan gue sendiri karena gue dan Biru itu sama. Sama-sama masih belum selesai sama urusannya sendiri. Dia dengan Nila, gue dengan Dami.

Tapi gue gak pernah mau nyebut Dami sebagai masalah apalagi yang menyangkut hati dan perasaan. Mungkin itu juga alasan gue gak pernah bisa nyelesaiin semuanya.

Karena gue bahkan gak tahu awal mulanya semua ini tuh darimana.

"Itu sebabnya dulu, gue terima lo diantara gue dan dia. Karena gue pikir, dengan adanya lo, lo bisa jadi penengah perasaan Dami ke gue dan perasaan gue ke Dami yang gak berarti apa-apa."

Setelah pembicaraan di lapangan selepas pelajaran olahraga, gue melanjutkan pembicaraan ini dengan Caka sewaktu jam istirahat. Lagi-lagi, Dami gak dateng ke kelas gue dan tentunya membuat gue semakin merasa khawatir.

Dan bersalah.

Bersalah sama perasaan gue sendiri yang gak bisa membalas dia sebagaimana seharusnya.

"Awalnya gue pikir, dengan gue menunjukkan ketertarikan ke Biru, gue gak akan ngasih dia harapan lagi." Gue gak keberatan untuk disebut jahat saat ini karena gue pun merasa kalau gue jahat.

"Tapi ternyata, saat gue bener-bener jatuh cinta sama Biru, rasa itu semakin besar. Rasa bersalah gue sama Dami karena gak bisa membalas perasaan dia." Rasanya semakin besar, semakin kuat, semakin mengganggu gue seiring semakin banyaknya hari yang terlewati.

SWASTAMITA [Jeon Wonwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang