11. Frustasi

136 16 0
                                    

Jingga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jingga

"Maaf, nomor yang anda hubungi sedang berada di luar jang-"

Gue gak tahu harus pulang naik apa. Menelepon Bunda tapi nomornya gak aktif. Kalau mau nelepon Ayah, gue takut beliau yang lagi kerja itu khawatir. Selepas keluar dari rumah Biru, gue bersusah payah mencari angkutan umum yang jelas-jelas gue gak tahu tempat pas untuk menemukannya dimana karena gak ada satupun angkutan umum yang melewati depan rumah Biru. Biasanya gue memesan ojek online dari rumah lalu begitu pulang dari rumah Biru, lelaki itu akan bersedia mengantar gue ke rumah. Tapi sayangnya hari ini, jangankan gue bisa diantar Biru. Lelaki itu bahkan gak mau melihat gue sedikitpun.

Suhu udara sudah mulai mendingin diikuti matahari yang mulai mendekati kaki langit. Paling nggak, kalau gue gak bisa menemukan angkutan umum di sekitar perumahan elit rumah Biru, gue harap gue bisa menemukan penjual pulsa untuk mengisi paket internet gue saat ini yang benar-benar kosong gak bisa digunakan.

Kaki gue sudah pegal berkeliling sana-sini dan pada akhirnya gue memilih berjalan lebih dulu tanpa arah dari rumah Biru sambil mencari kendaraan untuk pulang. Untungnya saja, begitu gue sampai di keramaian jalan raya, gue menemukan taksi. Kalau nggak, gue mungkin gak tahu harus bagaimana lagi. Hari ini gue gak peduli lagi soal harga yang penting gue bisa pulang selamat sampai rumah.

Bodohnya Jingga tuh, ya, gitu. Gak mikirin seberapa besar uang yang dibawa padahal uangnya tadi gue gunakan untuk belanja. Terpaksalah gue naik kendaraan itu hanya setengah jalan dan gue turun di daerah yang gue sudah kenal dengan jaraknya gak begitu jauh dari rumah gue. Sampai rumah nanti, pokoknya gue mau baringan di kamar karena kaki gue rasanya sudah gak kuat untuk dibuat berjalan.

Mungkin karena kepala gue lagi banyak pikiran, gue malah gak sempat memikirkan jalan mana yang harus gue lalui. Harusnya saat menemukan persimpangan tadi, gue gak mengambil ke kanan karena beberapa hari sebelumnya gue mendapatkan kabar bahwa ada kasus pembegalan di daerah situ. Tapi gue mana kepikiran sih. Setelah sampai pertengahan jalan gue baru sadar kalau gue mengambil jalan yang salah. Meskipun jalur kiri di persimpangan tadi lebih jauh, paling nggak jalur itu aman untuk gue lewati sendirian. Kayaknya kaki dan otak gue aja yang sudah mau cepat-cepat sampai rumah hingga tanpa sadar mengambil jalan yang lebih dekat.

Setelah sadar, gue baru menyiapkan kewaspadaan. Berkali-kali gue menengok ke kiri, ke kanan, lalu ke belakang untuk memastikan gak ada orang yang mengawasi gue apalagi mengikuti gue. Jalan ini juga baru gue sadari sangat sepi hingga gak ada orang yang gue kenali lewat. Hanya beberapa pengendara motor saya yang melintas. Itupun bisa dihitung oleh jari.

Gue kalau takut bawaannya was-was gitu. Jantung gue berdetak abnormal padahal saat ini gue hanya sedang berjalan santai. Capek banget lah gue hari ini. Salah gue juga sebenarnya hingga gue gak bisa menyalahkan siapapun. Gue yang lupa soal janji dengan Biru. Gue juga yang lupa mengisi kuota internet hingga habis diwaktu yang gak tepat. Lalu sekarang, gue juga yang salah mengambil jalan hingga harus cemas selama berjalan.

SWASTAMITA [Jeon Wonwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang