5. Tuduhan

165 17 0
                                    

Jingga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jingga

"Gimana masakannya Jingga, Ru?"

Sumpah, gue rasanya mau menyelam ke laut aja. Duduk sebelahan sama Biru, makan bareng sama Biru, terus sekarang Bunda malah nanyain soal masakan gue ke Biru. Seandainya aja Bunda tau kalau anaknya ini nge-crush-in Biru, apa beliau bakal tetap menanyakan hal yang sama? Yang jelas sekarang gue harap-harap cemas banget. Takut terluka gue tuh kalau-kalau Biru ngasih penilaian jelek soal masakan buatan gue. Mungkin bisa jadi gue di blacklist dari nama-nama calon istrinya kali, ya?

Dih, jadi pacar aja gak kesampaian apalagi jadi calon istri. Dasar Jingga. Halunya suka ketinggian sampai lupa turun.

"Enak, Bunda."

Lo semua tau apa itu mleyot?

Iya, itu gue merasa begitu. Gue merasa berubah wujud jadi jelly yang kenyel terus goyang-goyang dan gak kuat cuma karena disentuh oleh dua kata penilaian dari Biru. Sampai gue sendiri keheranan kenapa Biru punya peran sebesar ini sama perasaan gue.

"Wah, dipuji tuh sama Biru, Sya," kata Bunda yang semakin membuat gue menunduk tanpa berani menoleh sedikitpun pada Biru. Bunda kayaknya tau deh kalau gue nyimpen rasa ke Biru. Masa gue berasa digodain sih sama Bunda padahal gue gak pernah cerita apa-apa soal rasa ke Bunda.

Dari sudut mata gue menangkap Biru yang sempat menolehkan kepalanya. Gue kagum banget sama Tuhan yang sehebat itu dalam menciptakan segala sesuatu. Masa Biru dari samping aja keliatan indah banget, ya? Kayaknya langit malam aja bakalan kelihatan terang kalau Biru ada dibawah naungannya.

"Sebelum ini, kamu deket enggak sama Jingga, Ru?" tanya Bunda yang sewaktu sampai di telinga gue kerasa kayak lagi wawancara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebelum ini, kamu deket enggak sama Jingga, Ru?" tanya Bunda yang sewaktu sampai di telinga gue kerasa kayak lagi wawancara. Setiap pertanyaan yang keluar dari mulut Bunda untuk Biru selalu penasaran untuk gue dengar meskipun rasanya takut-takut kalau jawabannya akan mengecewakan.

Gue menyudahi makan sekalipun dipiring gue masih menyisakan makanannya. Langsung gak nafsu gue karena mendadak sakit perut kalau memikirkan jawaban seperti apa yang akan Biru berikan. Bunda dan Biru juga nampaknya sudah selesai makan malam karena piring mereka sudah kosong saat gue memberanikan diri melihat mereka. Kepala gue sampai pegal karena kebanyakan nunduk malam ini.

SWASTAMITA [Jeon Wonwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang