16. Kenangan

94 13 0
                                    

Jingga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jingga

"Widih! Keren amat sih BESTie gue. Apa deh ini namanya? Gelang kopel, ya?"

Benar dugaan gue kalau kemarin gue gak akan bisa tidur dengan cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Benar dugaan gue kalau kemarin gue gak akan bisa tidur dengan cepat. Berbekal beberapa bahan yang gue beli sewaktu menunggu Alma memilih buku di mall kemarin, gue membuat gelang berwarna merah dua buah. Satunya untuk gue, satunya lagi untuk manusia yang kemarin nyuekin gue tanpa gue tahu alasannya.

Gue gak nyangka kalau benda yang gue buat selama dua jam sebelum tidur itu bisa membuat Dami bicara lagi pada gue. Bahkan dia kembali seperti Dami yang gue kenal; yang berisik, heboh dan gak tau terima kasih.

"Couple, bego!" Gak perlu tuh gue capek-capek in tangan sendiri karena sekarang Rakin sudah mewakilkan keinginan gue untuk menoyor kepala Dami.

"Ya, kan, sama aja. Maksud gue itu!" Kalau gak balik sewot, bukan Dami namanya. Udah dikasih tahu malah gak tahu diri.

"Tapi harus merah banget gitu? Terang banget gak sih?" Kan. Gak tau terima kasih emang anaknya. Lagipula warna merahnya gak seterang itu kok. Lebih kayak merah maroon malah.

"Sama-sama." Gue membalas dengan sindiran. Tentunya gak lupa memaksakan senyum gue padanya.

Saat Dami masih sibuk memasang gelang di tangannya, gue mengamati wajahnya diam-diam. Masih mencoba mencari tahu alasan sikapnya kemarin pada gue. Gak paham gue tuh salahnya dimana sampai dia jadi pendiam di hadapan gue kayak kemarin.

Atau jangan-jangan, pembicaraan yang gak gue denger kemarin itu soal masalahnya sama keluarganya lagi sampai dia semarah itu karena gak di denger. Kalau iya, wajar dong dia marah sampai segitunya sama gue. Padahal gue satu-satunya orang yang selalu dengerin dia soal keluh-kesahnya dia di keluarganya. Apalagi setelah gue denger kalau orang tua Dami mulai menentangnya menjadi guru dance.

"Heh! Bengong lagi." Yailah. Ngagetin aja lagi. Orang lagi mikir juga. "Tuh, liat udah jam berapa? Bentar lagi bel masuk."

Gue ikut melihat jam dinding di kelas Dami padahal gue juga pakai jam di tangan gue. Udah pukul 06.39 yang menandakan kalau gak lama lagi bel memang akan berbunyi.

SWASTAMITA [Jeon Wonwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang