Prolog

731 30 0
                                    

“Perahu kertasku 'kan melaju
Membawa surat cinta bagimu
Kata-kata yang sedikit gila
Tapi ini adanya

Perahu kertas mengingatkanku
Betapa ajaibnya hidup ini
Mencari-cari tambatan hati
Kau sahabatku sendiri

Hidupkan lagi mimpi-mimpi (cinta-cinta)
Cita-cita (cinta-cinta)
Yang lama kupendam sendiri
Berdua 'ku bisa percaya

'Ku bahagia kau telah terlahir di dunia
Dan kau ada di antara miliaran manusia
Dan 'ku bisa dengan radarku menemukanmu."

Lelaki dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya memetik senar gitar dengan lihai. Kedua mata yang nampak tajam serupa rubah dibalik kaca mata itu tidak mengacuhkan keramaian orang-orang di hadapannya. Suara beratnya memasuki pendengaran setiap orang yang hadir di sana dengan sopan. Bahkan beberapa teriakan yang terdengar sama sekali tidak membuatnya berhenti untuk melanjutkan lagu yang berjudul perahu kertas milik Maudy Ayunda itu.

"Siapa namanya?"

"Biru."

"Adhyastha Biru Mahawira."

°°°

"Biasanya, senja — ketika warna jingga hadir di langit biru — adalah bukti bahwa yang indah juga bisa tenggelam. Tetapi bagi saya, hal itu tidak berlaku pada Jingga. Karena untuk Jingga, yang indah sebenarnya takut untuk tenggelam."

°°°

1. Adhyastha Biru Mahawira

 Adhyastha Biru Mahawira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. Aurantiasya Jingga Maheswari

 Aurantiasya Jingga Maheswari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Karakter-karakter yang lain akan muncul seiring dengan waktu.

Selamat bergabung untuk kisah sederhana ini.

If you read this and like it, let me know you've been a part of this story by voting it.

06/04/21

SWASTAMITA [Jeon Wonwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang