Ganesh memutar-mutar gelang di tangannya. Ada dua manik berukir huruf J dan T yang menjadi peran utama di sana. Warna dominan hitam dengan campuran silver membuatnya terlihat kuat dan manis secara bersaamaan. Harus Ganesh akui jika kemampuan Jeya patut diacungi jempol. Meskipun Ganesh pun tak menaruh ekspektasi karena sama sekali tidak mengerti, Jeya benar-benar memberikan hasil yang maksimal.
Sayangnya benda bagus itu hanya bisa Ganesh simpan sendiri hingga sebulan lebih lamanya. Ganesh juga tak mengerti mengapa dirinya sepengecut ini. Ia selalu tenang berbicara di depan semua warga sekolah, namun jika menghadapi seorang Sica, nyalinya benar-benar menghilang.
Ganesh takut melakukannya. Takut jika Sica tak memiliki rasa yang sama dan kekagumannya yang sudah lama pun menjadi sebuah patah hati."Nesh, Nesh!"
Ganesh segera memasukkan gelang itu pada saku ketika Ferdi datang menghampiri dengan tergesa.
"Ada apa? Kenapa buru-buru?"
Ferdi terlihat menunduk, mencoba menarik napas dan menormalkan paru-parunya yang terengah.
"Sica masuk UKS, dia pingsan karena demam."
"Hah? Beneran? Serius lo?" tanya Ganesh beruntun.
Ferdi mengangguk. "Udah cepet sana, sekarang waktu yang tepat buat lo mulai PDKT, jangan jalan di tempat mulu."
"Eu ... Oke." Ganesh pun bangkit dan mulai berjalan. Namun sebelum jauh Ferdi memanggilnya.
"Eh Nesh serius lo mau ke sana pake tangan kosong?"
"Ya terus? Gue harus bawa apa?"
Ferdi berdecak. Ia meraih jaket Ganesh yang tersampir di meja kemudian melemparkannya pada cowok itu.
"Lo beneran cupu ya urusan begini. Pokoknya lo harus belajar sama gue nanti," ucap Ferdi yang terlihat begitu kesal.
Ganesh meringis. "Oke-oke. Tapi ini jaketnya buat apa?" tanyanya yang masih tak mengerti.
"LO PINJEMIN KE DIA, TERUS NANTI DIA BALIKIN, LO ADA KESEMPATAN BUAT DEKET-DEKETAN, SUMPAH ANJIR INI GUE KESEL!"
Ganesh menggerak-gerakkan tangan memberi intruksi Ferdi untuk menarik napas agar emosinya mereda. Untungnya kelas sepi karena sekarang sudah masuk jam pulang dan hanya anak-anak eskul yang masih berdiam di sekolah.
"Sabar ya, Pak. Saya pergi dulu," pamit Ganesh karena menurut firasatnya akan ada emosi susulan jika dirinya tetap di sana.
"Eh bentar." Ferdi menghampiri Ganesh, mengambil jaketnya sebentar, entah melakukan apa, dan mengembalikkannya lagi.
"Udah, sana pergi."
oOo
Jarak kelasnya dan UKS begitu jauh, nyaris berada di sisi yang saling berseberangan. Sebenarnya mudah saja kalau lapangan tidak digunakan anak-anak basket, Ganesh bisa memotong jalan. Namun tak sopan rasanya jika harus melintas di tengah pertandingan.
"Je, sumpah ih ini lucu banget," seru cewek 20 meter di depan Ganesh yang tengah bercengkerama dengan cewek lainnya yang tersenyum tak kalah lebar.
"Gue seneng kalo lo puas."
Jarak yang semakin dekat membuat Ganesh tahu jika itu adalah Jeya. Sepertinya usaha dia tengah lancar.
"Oke, Je. Nanti gue order lagi deh."
"Iya, gue tunggu banget, makasih ya." Jeya melambai, arah yang temannya ambil membuat posisi tubuh Jeya membelakangi arah Ganesh.
Harusnya tak ada masalah, namun Ganesh benar-benar dibuat membelalak ketika melihat bagian belakang rok cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Mantan [TAMAT]
Teen Fiction"Je, lo beneran nggak pacaran lagi sama Ganesh?" "Iya, kan gue juga udah bilang putus sama dia 30 Januari." "Terus kenapa dia masih suka perhatiin lo?" "Oh mungkin dia lupa." "MANA ADA JEYA ORANG LUPA JADI MANTAN!" Lula Thana, 7 Maret 2021 - 4 Novem...