"Selamat datang kembali kehidupan sebagai rakyat jelata."
Rista merentangkan tangan lalu memeluk Jeya, dia bahkan melakukan cipika-cipiki hingga Jeya yang masih berdiri di ambang pintu kelas itu hanya bisa melongo.
"Akhirnya temen gue yang nggak luar biasa ini bisa kembali ke habitatnya," ucapnya dengan tangan yang menggerakkan tubuh Jeya ke kanan dan ke kiri seolah boneka.
"Kok gue kangen banget lo ya, Je. Jarang-jarang nggak sih." Rista tersenyum yang di mata Jeya agak aneh dengan senyuman itu
"Ta, jangan aneh-aneh!" Jeya memperingatkan ketika ia mulai berfirasat tidak enak. Dan detik berikutnya hal itu terbukti.
"Enggak Rista! Cukup cipika-cipiki aja, jangan cium pipi beneran!" Jeya berusaha mendorong dahi Rista, mencoba menjauhkan cewek yang sudah memanyunkan bibirnya itu.
"Je, ini itu salam penyambutan lo lepas dari urusan OSIS itu." Rista mencoba juga tak kalah berusaha mencium pipi Jeya. Hingga terjadilah aksi ribut di ambang pintu, untungnya belum banyak yang datang.
"Tapi nggak mau!" Jeya terus mendorong dengan raut kengerian.
"Je, ih diem. Lo lucu banget loh."
"Ta, pergi! Gue bukan anak TK tau yang bisa gemes diciumin!" Jeya sangat mengenal Rista dia punya sindrom gemas terhadap hal-hal lucu, di situasi tertentu rasa gemas dia bisa sangat parah. Dan itu cukup berbahaya bagi Jeya
"Selama lo masih belum punya pacar, lo masih bocah."
"Gue pernah pacaran, jadi gue udah gede!"
"Tapi 'kan sekarang nggak."
"Ta gue teriak loh!"
"Je, cuma--HUWA...." Rista berteriak kaget ketika tiba-tiba tubuhnya terbang ke belakang. Melayang sampai melewati 3 kramik sekaligus. Matanya mengerjap-ngerjap sementara Bella dengan santai melepas tangan yang baru saja digunakan untuk mengait perutnya itu
Mulut Rista sedikit menganga. Kalau diseret ke belakang normal saja, tapi barusan tubuhnya berpindah dengan kaki yang tak menapak lantai. Rista tak mau menyebut dirinya gendut, tapi kalau diangkat pasti akan tetap berat, apalagi dengan hanya menggunakan satu tangan.
"Ta, jangan bikin hal geli," ucap Bella kemudian menghampiri Jeya yang sudah memasang wajah haru penuh terima kasih karena Bella menjadi pahlawannya. Bahkan Bella menepuk-nepuk kepala Jeya sebelum berlalu keluar.
"Je, Bella berpower," ucapnya dengan nada masih tidak percaya. Sementara Jeya memiringkan wajah. Ia merasa tak ada yang aneh kok. Bella, ya seperti itu.
"Maksud gue, dia comeback."
"Billa jadi Idol? Sejak kapan? Kok gue nggak tau." Cantik, tinggi, langsing, putih. Ya, Bella memang punya modal yang bagus menjadi artis.
"Ck! Bukan gitu maksudnya!" Rista menghentakkan kaki kesal. "Bella berubah, Je. Masa lo nggak sadar?"
"Ta. Billa ya Billa, emang mau berubah jadi apa? Iron Man?"
"Bukan gitu maksud gue Markonah!" Rista yang tak tahan pun hanya menggerakkan tangannya gemas.
"Apa sih?" Jeya menatap heran. Ia pun memilih pergi ke arah bangkunya. Takut-takut Rista kembali aneh.
"Pagi Sica...." Sapa Jeya pada Sica yang sudah stay dengan buku di tangannya.
"Eh, Je. Pagi."
"Lagi baca novel ya?" tanya Jeya seraya duduk dan menyimpan tasnya.
"Bukan kok, ini materi ringkas soal Matematika."
Senyum cerah Jeya perlahan pudar. "Ah iya, sekarang pelajaran Bu Agni ya," ucapnya dengan semangat yang anjlok secara ekstrim.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Mantan [TAMAT]
Dla nastolatków"Je, lo beneran nggak pacaran lagi sama Ganesh?" "Iya, kan gue juga udah bilang putus sama dia 30 Januari." "Terus kenapa dia masih suka perhatiin lo?" "Oh mungkin dia lupa." "MANA ADA JEYA ORANG LUPA JADI MANTAN!" Lula Thana, 7 Maret 2021 - 4 Novem...