11. Keanehan

42.1K 4.8K 129
                                    

"Lo serius, Nesh?" Ferdi menatap dengan pelototan penuh setelah menangani tenggorokannya yang tersedak. Saking kagetnya ia mendengar cerita dari sang sobat karib.

Ganesh mengangguk, ada sedikit raut seperti rasa bersalah pada wajahnya.

"Jadi Mama Jeya ngira lo ngapa-ngapain anaknya? Padahal lo cuma usapin jidatnya yang kepentok?"

"Iya, meskipun Mamanya nggak bahas apa-apa lagi soal itu. Tapi tadi Jeya bilang kalo Mamanya nyuruh dia nggak bikin sesuatu yang mancing gue."

"Mungkin nggak enak, yakali langsung dilabrak. Ya tapi itu maknanya lo nggak bisa lari gitu aja, Nesh. Lo bisa bayangin nggak seberapa buruknya nanti bayangan Mama Jeya kalo dia tahu lo putus padahal belum lama dia liat lo macem-macemin anaknya--meskipun salah paham?" Ferdi mengerang. "Ini kenapa makin rumit sih!" kesalnya kemudian meremas kaleng soda yang tadi sempat membuatnya tersedak itu.

"Ya makanya gue pikir buat nggak ngomong dulu soal putusnya gue sama Jeya."

"Terus maksudnya lo masih mau tetep lanjutin peran lo sebagai pacar yang baik buat Jeya itu? Lo masih bakal tetep datang kalo diajak ke rumahnya."

"Bukannya kalo gue ngehindar setelah ke-gap itu lebih bikin Tante Ratih ngira gue brengsek?"

"Astaga, astaga, otak gue rasanya lagi dikeroyok ini." Ferdi memegangi kepalanya mendramatisir.

"Padahal belum lama gue ngerasa lega kalian putus."

"Ya, mau gimana lagi."

Ferdi memejamkan matanya kemudian mengurut pelipis. "Soal Sica, udah sejauh mana usaha lo?" tanya Ferdi yang mengganti topik. Tak hanya orangnya saja yang membuat pening, namun segala hal yang berhubungan dengan seorang Jeyana Trinity membuatnya pusing.

"Gue...." Ganesh menggantungkan ucapannyan. Dari intonasi pun terlihat tak ada kepercayaan diri di sana.

"Jangan bilang lo sekedar chatting sama dia pun lo sama sekali belum?" Ferdi menepuk dahinya ketika melihat apa yang ia duga ternyata nyata.

"Gue 'kan baru putus sama Jeya, bukannya bakal terlihat bajingan kalo langsung deketin cewek lagi? Apalagi dia temen sebangku," papar Ganesh membela diri. Bukan ia tak usaha, namun keadaan membuatnya harus mempertimbangkan dengan matang-matang.

"Bagian itu lo ngerti banget ya apa itu bajingan." Bibir Ferdi mencebik. "Giliran perhatiin cewek yang bukan siapa-siapa lagi, apalagi di depan cewek yang mau lo gebet, lo nggak paham namanya apa," papar Ferdi dengan segala kejulidannya. Padahal dulu dia tergolong cowok cool. Hanya saja karena misi mengganggu Jeya, akhirnya ia terbiasa seperti ini. Atau mungkin sebenarnya orang-orang lah yang sedemikian ekstrim berubah menjadi makhluk menyebalkan.

"Jangan bahas Jeya lagi, gue 'kan udah bilang alasannya waktu itu. Lo sendiri tahu seberapa cerobohnya dia. Gue cuma--"

"Bantu? Kasihan?" sela Ferdi. "Iya-iyalah, terserah lo." Ferdi bangkit dari duduknya. Tangannya hanya mengambil botol minuman soda kemudian berlalu meninggalkan tempat itu. Ia benar-benar tak mengerti dengan jalur pikiran Ganesh. Mungkin selama ini guru salah ngasih rangking. Ferdi bahkan sekarang ingin mengumpat kedunguan Ganesh itu.

"Kemana Fer?"

"Mempersulit hidup!" jawabnya tanpa menoleh sedikit pun.

oOo

Pandangan Rista sama sekali tak teralih dari Jeya yang kini tengah memakan Burger--atau kata Jeya yang selalu keukeuh memanggilnya Krabby Patty. Mungkin ini pertama kalinya Rista melihat orang sakit dengan wajah pucat bisa makan selahap itu. Namun, tak perlu dibahas terlalu jauh karena keheran kecil itu sama sekali bukan apa-apa dengan pertanyaan yang kini bercokol di kepalanya. Hal yang jauh lebih penting.

Katanya Mantan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang