15. Kejutan

35.4K 4.6K 134
                                    

Jeya tidak pernah menyiapkan hadiah ulang tahun selain untuk orang tua dan juga Rista--karena dia yang selalu meminta dari jauh-jauh hari.
Apalagi untuk lawan jenis. Jeya benar-benar tak punya pengalaman untuk itu.

"Otak gue kok nggak bisa dipake mikir sih, atau emang sebelumnya juga nggak bisa dipake buat mikir?"

Jeya menghela napas. Ia mengubah posisi tubuhnya yang berbaring di sofa panjang itu menjadi menyilang. Membiarkan kepalanya menjuntai ke bawah agar darahnya mudah mencapai otak. Konon posisi seperti ini membuat otak bekerja dengan baik. Khususnya ketika mencari solusi.

Namun, hingga kepalanya terasa panas, yang mana kalau itu margarin pasti sudah cair. Tapi tidak dengan otak Jeya, inspirasinya masih tetap buntu. Entah terbuat dari apa otaknya.

Jeya memutuskan untuk bangkit. Ia mengusek rambutnya kesal. Jeya mulai meragukan apakah dirinya benar punya otak atau tidak.

"Ngapain si Je, dari tadi Mama perhatiin rusuh banget. Lagi ada masalah ya sama Ganesh?"

"Kok Mama tau?"

"Hah? Jadi beneran ada masalah sama Ganesh?" Wanita itu terlihat kaget. "Cepetan minta maaf, Je. Jangan sampe Ganesh lepas. Orang sabar kayak dia yang bisa mahami kamu itu nyaris mustahil ada duanya di dunia ini."

Jeya tak mengerti kenapa Mamanya selalu beranggapan dirinya kekurangan dan Ganesh adalah kesempurnaan yang ketika disandingkan menjadi sebuah keajaiban.

"Ih bukan ada masalah. Maksud Jeya tuh kok Mama tahu ini ada hubungannya sama Ganesh?"

Ratih terlihat menghela napas lega. Seolah bersyukur kemungkinan buruk yang ia pikirkan sudah tertepis jauh.

"Ya kalo bukan sama Ganesh, paling Rista. Mama cuma perlu nebak 2 itu. Orang yang deket sama kamu dan bakal kasih pengaruh buat pikiran kamu cuma dikit, Je," jelasnya seolah mengingatkan bahwa Jeya tak banyak punya teman dekat.

"Kesannya aku seburuk itu buat deket sama orang lain." Jeya mencebikkan bibirnya.

"Mama yang lahirin kamu, Mama yang paham banget sifat kamu. Berada di sisi kamu itu nggak mudah. Kecuali orang yang bener-bener sayang sama kamu."

Ratih menaruh mangkuk berisi buah yang sudah ia potong-potong di hadapan Jeya. Dia selalu siaga menyiapkan nutrisi baik untuk Jeya. Apalagi putrinya itu yang kadang lupa waktu karena kegiatannya.

"Apa aku sebegitu nyebelinnya?"

"Dari luar emang gitu, tapi kalo udah kenal, kamu itu bisa ngejabak orang itu buat tetep stay di sisi kamu. Sayangnya aja orang keburu kesel duluan sebelum nyoba kenal sama kamu."

Jeya memegang kepalanya. Otaknya dari tadi Jeya suruh berpikir dan belum juga mendapat solusi. Dan Mamanya menambah dengan wacana panjang lebar yang tentu ditolak begitu saja oleh otaknya untuk dicerna.

"Nanti deh bahas itu, Jeya lagi mikirin harus ngasih hadiah apa ke Ganesh."

"Hadiah?"

"Besok Ganesh ulang tahun."

"Oh ya? Berarti kamu sama dia itu beda 42 hari dan ... jam berapa dia lahir?"

"Ngapain nanya gitu? Mama dukun?"

"Bukan dukun tapi Mama mau ngitung seberapa kecocokan kalian."

Udah putus, Ma. Udah putus. Apa lagi yang mau dicocokkannya. Jeya ingin sekali berteriak seperti itu. Hanya saja ia belum punya mandat dari Ganesh.

"Kira-kira yang biasa cewek kasih ke cowok itu apa?" Jeya pernah tahu bahwa Mamanya punya 9 mantan sebelum menikah dengan Papa. Jadi pasti Mama sudah berpengalaman soal ini.

Katanya Mantan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang