Rista berjalan di koridor rumah sakit dengan tenang. Jenazah atau pun korban berdarah-darah yang lewat sama sekali bukan masalah lagi untuknya. Sebagai anak dari pemilik Rumah Sakit ini, tentu Rista harus terbiasa, karena di masa depan dia yang akan mengelolanya.
Rista baru saja menengok Dhea, sepupunya yang tengah dirawat di sini. Niatnya baik, namun ia diusir sepupunya itu karena dianggap terlalu berisik. Padahal Rista hanya mengingatkan Dhea, tapi cewek itu malah mengatai Rista emak-emak rombeng.
Memang, apa salahnya sih punya jiwa keibuan?Rista mendengkus kesal yang kemudian langkahnya memelan begitu melihat cowok yang tengah tertidur dengan posisi duduk dan kepala menunduk. Rista meringis, saat bangun cowok itu pasti akan sakit leher sampai punggung.
Eh tunggu, itu Ferdi 'kan?
Rista melihat nomor kamarnya, kemudian ingat bahwa itu memang kamar inap Mamanya.Rista memikirkan cara bagaimana membangunkan cowok itu, namun begitu Rista sampai cowok itu sudah terbangun sendiri.
Rista meringis ngeri begitu Ferdi menggerakkan leher dan menghasilkan bunyi kretek-kretek yang mengilukan.
"Eh, Ta. Lo ada di sini," ucap Ferdi dengan suara serak khas bangun tidurnya.
"Iya, abis nengok sepupu."
Rista memerhatikan penampilan Ferdi yang semakin memprihatinkan saja. Mata pandanya semakin jelas. Rambutnya acak-acakan. Jangankan memakai minyak rambut, sisiran saja sepertinya tidak. Meskipun kalau diperhatikan masih kece lah. Matanya yang setengah mengantuk itu malah membuatnya terlihat seperti badboy dingin yang ada di novel.
"Lo belum makan?"
Menurut hasil pengamatan Rista, Ferdi ini orang yang sangat menyayangi Mamanya. Belakangan ini kondisi Mamanya memang memburuk. Meskipun suster sudah berkata mereka akan memprioritaskan Mamanya, namun Ferdi tetap bersikukuh menungguinya.
"Belum 'kan?" tebak Rista karena Ferdi tak menjawab dan malah sibuk mengucek matanya yang memerah.
"Ck! Ini emang Rumah Sakit, tapi bukan berarti semua yang ke sini harus sakit." Rista meraih tangan Ferdi lalu membawanya pergi dari sana meski belum mendapat persetujuan. Tidak penting baginya.
"Eh, Ta." Ferdi yang ditarik itu berjalan dengan terbungkuk karena Rista lebih pendek darinya. Dan cewek itu tak mau mengalah dengan membiarkan tangannya terangkat. Dia tetap tegap, seolah dengan cara begitu langkahnya bisa menjadi lebih cepat.
"Ta, anjir. Lo kira gue anak TK?" Ferdi memprotes, apalagi beberapa perawatan yang mereka lewati terlihat menatap aneh.
"Yang suka lupa makan sampe harus dipaksa dulu, ya emang anak TK namanya!" Rista membalas dengan kalimat menohok.
"Ta lo kok kayak emak-emak?"
"Ya lonya jangan kayak bocah!"
Rista terus berjalan dengan langkah super. Dia tidak berlari namun cepat, Ferdi saja sampai keteteran untuk mengimbangi.
"Suster Veli, tolong jagain Mama Ferdi bentar ya," ucap Rista begitu berpapasan dengan seorang suster muda. Suster itu tersenyum dan menunduk hormat.
"Tuh udah ada yang jagain, jadi lo harus santai."
Ferdi mengernyit tidak mengerti. Dulu ia pikir Rista itu terlihat seperti emak-emak karena di sampingnya Jeya yang kekanakan. Tapi sekarang Ferdi tahu bahwa Rista seperti emak-emak, karena memang sifatnya seperti itu.
Rista membawa Ferdi ke kantin khusus pegawai di sini. Dia menyuruh Ferdi duduk. Sementara dia mengambil makanan dengan nampan.
Bibir kiri atas Ferdi terangkat. Serius nih Rista benar-benar memeperlakukannya seperti anak TK?
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Mantan [TAMAT]
Teen Fiction"Je, lo beneran nggak pacaran lagi sama Ganesh?" "Iya, kan gue juga udah bilang putus sama dia 30 Januari." "Terus kenapa dia masih suka perhatiin lo?" "Oh mungkin dia lupa." "MANA ADA JEYA ORANG LUPA JADI MANTAN!" Lula Thana, 7 Maret 2021 - 4 Novem...