24. Menghindar

42K 4.8K 33
                                    

Jeya menghindarinya.

Jeya bukanlah orang yang mudah mengabaikan orang lain. Bahkan ketika ada adek kelas yang berbasa-basi menyapa ketika ia lewat, Jeya pasti akan menyempatkan untuk berhenti dan menyapanya balik.
Jadi, ketika ia pergi bahkan di saat Ganesh belum menyelesaikan kalimatnya, sudah jelas dia menghindarinya.

Atau mungkin Ganesh terlambat menyadari. Soal Jeya yang tak mengangkat teleponnya, datang ke kelas setelah bell, juga tiba-tiba minta tukar tempat duduk.

Apa ada yang salah dengan, Ganesh?

Apa ada tindakan Ganesh yang membuat cewek itu marah?

Kalau begitu, bukannya lebih baik dibicarakan baik-baik?

"Nesh!"

"Eh, iya, Za?" Ganesh menoleh pada cowok yang berdiri di sisi kirinya

"Lo nggak papa? Kayak nggak fokus gitu." Dari nada bicaranya, Reza terlihat sedikit khawatir.

"Ah sorry-sorry," ungkap Ganesh. "Udah siap semua? Yaudah kita berangkat sekarang."

"Yaudah."

Mereka berdua pun berjalan ke arah parkiran. Ganesh dan Reza memang ada jadwal untuk mengunjungi sekolah lain hari ini. Karena acara Ulang Tahun sekolah itu besar-besaran, yang mana tak hanya pihak intern yang terlibat malainkan juga mengundang sekolah-sekolah tetangga. Maka untuk mewujudkannya tentu mereka butuh berbicara dengan OSIS-OSIS terkait.

"Anak-anak heboh katanya Jeya yang potong rambut bikin dia mirip kayak orang Korea," ucap Reza mengisi hening dalam perjalanan mereka.

"Gue sih awalnya nggak terlalu peduliin, tapi setelah liat lo barusan, gue kepikiran sesuatu, lo sama Jeya...." Reza menjeda ucapannya, ia khawatir jika terlalu gamblang malah terkesan lancang.

"Gini maksudnya, bagi cewek potong rambut itu nggak sekedar potong aja. Tapi itu tuh simbol dia ninggalin hal di masa lalu dan mulai hidup dengan lembaran baru." Reza memainkan tangannya.

"Maksudnya, meski nggak semua, cewek suka ngelakuin itu kalo habis putus."

Ganesh menghentikan langkahnya. "Putus?"

"Iya, maksudnya dia tuh kayak udah nggak mau urusan lagi sama mantannya, sama masa lalunya."

Reza menatap Ganesh sungkan. "Lo sama Jeya ... udah putus?" tanyanya hati-hati. Menyeruakan apa yang bercokol di dalam otaknya.

Ganesh merasa tiba-tiba ada sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya. Sesuatu yang membuat dirinya kesulitan menjawab pertanyaan Reza.
Bukan karena jawabannya sulit, karena jawabannya sudah ada dan jelas. Namun, entah mengapa terasa berat.
'Udah Putus.' Hanya itu.
Padahal sudah lama, dan kemarin-kemarin Ganesh merasa mudah mengatakan itu. Namun, kenapa sekarang berbeda?

"Nesh?" Reza menyadarkan Ganesh yang kembali melamun.

"Iya." Ganesh menghela napas. "Gue sama Jeya udah putus."

oOo

"Sopan nggak sih ninggalin orang yang lagi ngomong?"

Jeya meringis dan mengusap wajahnya. Jawaban dari pertanyaannya sudah jelas tidak sopan. Tapi bagaimana pun Jeya harus berusaha menghindar dari Ganesh agar tak menjadi benalu untuknya lagi, termasuk menjadi sedikit kurang ajar.

Jeya memasuki kelasnya, berjalan ke arah bangku paling belakang lalu menatap bangku sampingnya dengan raut bersalah. Ia bahkan sampai meninggalkan Bella di toilet. Semoga nanti dia tidak marah.

"Je, urusan sama Bellanya udah?" Feryn dari arah depan bertanya.

"Eu ... kenapa?"

"Kalo udah 'kan tinggal pindah lagi."

Katanya Mantan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang