7. Udah Putus?

48.2K 5.5K 197
                                    

"Gue berasa nyawa gue berceceran deh." Jeya berucap lemah seraya melihat wajah lelahnya pada cermin bedak milik Rista. Ia menepuk-nepuk pipinya agar sedikit bersemu, minimal tak terlalu seperti orang yang menderita anemia.

"Itu nyawa apa eek kucing? Bisa berceceran segala." Rista yang tengah melahap sandwich yang dibawa Jeya itu berseru santai. Yang langsung dihadiahi geplakan dari tangan Jeya.

"Sumpah ya lo sesantai itu bahas eek kucing padahal lagi makan." Jeya menggeleng-gelengkan wajahnya, bahkan sekarang dirinya malah merasa mual.

"Loh kenapa emang? Enak kok?"

"Eek kucing?" Jeya melirik kian ngeri.

"Sandwich-nya Jeya...." Rista mecubit pipi Jeya gemas.

"Gue manusia eh, berhenti cubit-cubit."

"Lo gemesin Je, asal lo tahu."

"Loh tumben muji."

Rista menurunkan sandwich yang hendak digigitnya lalu menatap Jeya datar. "Lo itu kehilangan sel peka lo di mana sih, Je?"

"Hah?" tanggap Jeya yang tidak mengerti pada yang diucapkan Rista. Dari eek Kucing, kok malah ke sel? Jeya tahu itu sama-sama masuk ke ranah Biologi, tapi sambungannya di mana?

"Maksudnya, kalo ada orang yang sebelumnya nggak suka muji terus tiba-tiba muji, artinya orang itu ada maunya. Nggak soal muji aja, intinya kalo ada orang yang tiba-tiba baik sama lo, berarti dia ada maksud tertentu. Ngerti nggak? Sumpah ya masa yang kayak gini pun harus gue jelasin."

Jeya terdiam sejenak, mencerna. "Oh, jadi lo mau apa?"

Rista yang tadi sudah memasang wajah kesal itu kembali memasang senyuman manis nun cerah. Ia mengacungkan kotak sandwich Jeya.

"Oh ... makan aja semuanya, gue nggak selera."

"Aaa ... baik deh Jeya."

Jeya hanya menggeleng kecil kemudian berpindah ke bangku depan, bangkunya bersama Sica karena bell masuk baru saja berbunyi.

"Pagi, Sica," sapa Jeya yang dibalas dengan senyuman manis yang ramah. Khas Sica. Meskipun tak bisa diajak bergosip seperti Rista, Sica itu termasuk orang yang baik padanya. Senantiasa membantu apalagi kalau Jeya tak mengerti dengan penjelasan guru di depan. Membantu ya, bukan kasih contekan. Sica ini orang yang jujurnya wajib dikasih nilai plus.

"Sorry ya Je, semalem gue udah tidur, gue baru liat chat lo tadi pagi." Wajah ceria Sica sedikit mengeruh.

"Nggak papa kok, bukan salah lo ini, kenapa harus minta maaf? Gue udah dapet kok."

"Oh ya? Dari siapa?"

"Ga--" ucapan Jeya terpotong karena ia merasa tangannya diraih seseorang yang kemudian sesuatu disimpan pada telapaknya.

"Eh Nesh," ucap Jeya begitu menoleh dan melihat siapa orang itu.

"Nggak fokus ya, padahal udah dipanggilin dari tadi," jelas cowok itu. Tempat duduk mereka bersisian, hanya terseka lorong biasa guru galak mondar-mandir mengawasi.

"Emang gitu ya?"

Ganesh mengangguk.

"Hehe ... Sorry. Nyawa aku belum ngumpul."

"Yaudah makan dulu, siapa tahu bisa bantu." Ganesh meletakan tangan Jeya yang tadi digengamnya pada atas meja hingga Jeya pun bisa melihat benda apa yang Ganesh berikan itu.

"Wah ... permen kopi yang dimakan Song Jongki!"

Ganesh mengernyit tak mengerti atas seruan antusias Jeya itu.

Katanya Mantan [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang