Seumur Jeya menginjakkan kaki di sekolah ini, Jeya belum pernah yang namanya ikut rapat atau hal sejenisnya. Jeya memang anak mading, tapi kerja dia hanya mengirim karya, hal lainnya tak diikuti dengan alasan ia butuh waktu untuk mengurus usahanya, meski kenyataannya tak se-hectic itu. Dan sekarang, untuk pertama kalinya Jeya harus mengikuti rapat karena sudah setuju menjadi bagian panitia acara ultah sekolah itu.
"Ayo, Je. Udah siap?"
Jeya menggigit bibirnya. "Bentar deh, Ca. Nanti gue di sana harus ngapain?" tanyanya yang seperti orang demam panggung.
Sica tersenyum. "Duduk manis aja dan dengerin. Nggak perlu ngelakuin hal aneh-aneh kok,Je." Sica yang punya sisi malaikat itu berucap penuh pengertian.
Jeya menghirup udara dalam. "Bener ya gue enggak perlu ngapa-ngapain?"
"Iya, yuk keburu telat."
Akhirnya Jeya pun menggerakkan kakinya, berjalan beriringan dengan Sica ke tempat yang sudah ditentukan.
Begitu sampai, ternyata di sana sudah ada banyak orang. Beberapa yang mengenal Jeya lewat jalur order gelang menyapanya. Setidaknya Jeya tak terlihat seperti anak baru-baru banget, hingga tak perlu canggung.
"Duduk di mana aja, Je. Gue kesana ya," ucap Sica sebelum ia berjalan ke arah depan, pada baris yang Jeya tebak itu tempat para petinggi. Oh iya, di sana juga ada Ganesh yang tengah sibuk mencatat. Wajahnya terlihat serius. Ini pertama kalinya Jeya melihat Ganesh dengan kesibukannya secara langsung. Jeya tersenyum, Ganesh terlihat berkarisma kalau seperti itu.
"Kak Jeya!"
Jeya menoleh ke sumber suara dan mendapati seorang cewek melambai-lambai senang serta menunjuk kursi di sampingnya yang masih kosong secara bergantian. Jeya mengamati wajahnya hingga akhirnya dia teringat, cewek itu adalah si adek kelas yang memberikan roti dan air dari Ganesh waktu itu. Dia yang berkata ngefans sebelum tiba-tiba pergi dengan raut ngambek.
"Aku speechless banget kak Jeya ikut jadi panitia." Cewek itu langsung berceloteh begitu Jeya berhasil duduk di sampingnya. Seolah mereka memang sudah kenal sedekat itu. Jeya melirik nametag di bajunya, nama dia Jola.
"Penasaran aja sih."
"Tapi bagus sih, Kak. Ini pertama kalinya Kak Jeya sama Kak Ganesh dalam satu Project. Beruntung banget aku bakal banyak lihat kalian dalam satu frame." Jola membuat kedua telunjuk juga ibu jarinya menjadi bingkai kemudian di arahkan pada Jeya dan Ganesh di depan sana bergantian.
"Biasanya 'kan aku cuma bisa lihat kalo pagi sama istirahat doang. Kak nggak ada niatan masuk OSIS gitu?"
Jeya menunjuk dirinya, sebelah bibirnya terangkat sebelum menggeleng penuh kengerian.
Jola terkekeh lucu. "Nggak papa Kak, kalo pusing nanti bilang Kak Ganesh, terus Kak Ganesh nanti bakal usapin kepala Kakak terus..." Cewek itu tak melanjutkan ucapannya, ia malah membekap mulutnya untuk menahan agar tidak berteriak sementara tangan yang lain sibuk memukul-mukul
Jeya menatap aneh, otaknya bertanya-tanya apa yang terjadi pada adik kelasnya itu.
"Ah, pokoknya pasti seru liat kalian sering bareng-bareng," ujarnya dengan wajah berseri-seri mencurigakan.
"Aku sama Ganesh tuh--"
"Udah putus?" sela Jola. "Ultahnya udah lewat, Kak Jeya masih mau nipu pake cara itu lagi?"
"Aku nggak--"
Ucapan Jeya terpotong karena si Adek Kelas yang agak tak tahu malu itu tiba-tiba menghadapkan tubuh Jeya ke arah depan, menghadap Ganesh yang melihat ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Mantan [TAMAT]
Teen Fiction"Je, lo beneran nggak pacaran lagi sama Ganesh?" "Iya, kan gue juga udah bilang putus sama dia 30 Januari." "Terus kenapa dia masih suka perhatiin lo?" "Oh mungkin dia lupa." "MANA ADA JEYA ORANG LUPA JADI MANTAN!" Lula Thana, 7 Maret 2021 - 4 Novem...