Bestfriend - Kim Junkyu

1.4K 218 1
                                    

Weekend kali ini, gue memilih buat pulang ke rumah Eyang di kampung. Ya sebenernya emang rumah Eyang yang jadi satu-satunya tujuan gue.

Karena semenjak mama-papa pisah dan punya keluarga masing-masing, gue hidup sama eyang.
Bokap dan nyokap tiri gue nggak bisa nerima kehadiran gue di tengah-tengah keluarga mereka.
Mama dan papa juga diem aja, padahal gue anak mereka, gue tanggung jawab mereka.

Its okay. Hidup berdua sama eyang gak seburuk itu kok.
Gue justru jadi ngerasa lebih mandiri. Gue ngerasa keluarga gue baik-baik aja, eyang selalu memenuhi kebutuhan dan kasih sayang ke gue. Dia selalu mewanti gue supaya belajar dengan serius sampai akhirnya gue dapet beasiswa buat lanjutin pendidikan di kota.

Walau berat ninggalin eyang sendirian, gue harus tetep berangkat demi cita-cita gue juga buat bikin Eyang bangga. Jangan lupakan buat balas dendam sama mama papa dengan ngebuktiin ke mereka, bahwasanya gue bisa walau tanpa mereka.

"Eyang, Kanaya pulang." Gue melangkah memasuki rumah dengan ransel di punggung.

Eyang tergopoh dari arah dapur, menyambut. "Kok Ndak ngabarin mau pulang?" Tanyanya, ya memang satu bulan belakangan gue sibuk sama urusan di kampus jadi gak bisa pulang buat jenguk eyang.

"Sengaja, biar surprise." Jawab gue meringis. Eyang menepuk lengan gue pelan, dengan senyum bahagia yang gak bisa dia sembunyikan.

"Sana bersih-bersih, eyang tunggu di meja makan ya kita makan siang bareng. Ada junkyu juga sama Jean, lagi pulang mereka. Seneng banget Yanti, cucunya liburan ke rumah." Cerita Eyang menyebutkan tetangga sebelah.

Gue meneguk ludah, mengangguk. "Kanaya ke kamar ya." Pamit gue segera berbelok memasuki kamar di samping ruang tamu.

Begitu menutup pintu, gue melempar ransel ke atas ranjang. Menjatuhkan diri duduk bersandar ke pintu.

Ah, kenapa pas bareng begini?






"Asik, Teh Aya pulang. Nanti keliling bareng ya Teh. Tadi Bang Ben ngajakin ke kebun strawberrynya, cuman bang Kyu nolak. Mau rebahan aja di rumah, dingin." Jean becerita dengan nada menggebu.

Gue mengangguk, dalam hati merutuki nasib hari ini.

"Kemarin bang Ben cerita, katanya teh Aya kuliah di univ A?" Gue mengangguk menjawab pertanyaan Jean. "Bareng bang Kyu dong. Kalian gak pernah ketemu?"

Junkyu yang tengah melahap makan siangnya melirik Jean tajam, "nggak." Balasnya singkat kembali melanjutkan makan. Jean mencibir, kini memilih diam dan menghabiskan makan siangnya.

"Oh ya, Kyu. Nanti bawaiin ya buat nenek kalian. Dia kan suka sayur asem begini, Eyang mau nganterin tapi kaki eyang pegel, kemarin abis ke kebun." Eyang menyiapkan seporsi sayur asem untuk dibawa pulang junkyu dan Jean ke rumah nenek mereka.

"Iya, Eyang. Nanti Kyu bawa. Nenek pasti seneng, makasih Eyang." Jawabnya dengan manis. Gue menipiskan bibir, meletakkan sendok dan garpu gue di piring. Menikmati menatap wajah yang udah nggak pernah secerah itu di depan gue. Junkyu menoleh, membalas tatapan gue tepat. Garis wajahnya langsung berubah, senyum dan mata berbinarnya lenyap begitu saja.

"Eyang istirahat, biar Kanaya yang beresin ya." Kata gue mencegah eyang yang udah mau bawa tumpukan piring kotor ke wastafel buat di cuci.





Sore itu, sesuai yang diucapkan Jean. Gue, Jean, Junkyu dan Yoonbin udah di kebun strowberi milik keluarga Ben. Kebun ini, salah satu tempat kita berempat main bareng waktu kecil.

Yoonbin berdehem pelan, membuyarkan lamunan gue tentang masa kecil kita. "Gue sama Jean, Lo sama Kanaya. Kita lomba yang lebih dapet banyak yang menang." Katanya sama seperti saat kita kecil dulu.

Gue mendelik, ingin protes. "Kok-"

"Mager. Kayak bocah aja Lo." Potong Junkyu, meletakkan keranjang anyam di tangannya ke tanah. Berjalan meninggalkan area kebun strowberi.

"Jun." Panggil gue, dia berhenti melangkah, masih dengan membelakangi gue. "Gue aja yang pergi. Lo bisa di sini." Kata gue, Yoonbin langsung melotot kecil. Gue berjalan pergi, melewati Junkyu yang masih diam di tempatnya.

"Ya! Kanaya!" Panggil Ben berusaha buat nyegat gue.

"KALIAN MAU SAMPE KAPAN SI KEKANAKAN BEGINI?!" teriak Jean sudah marah besar, meski terdengar bergetar menahan tangis.

Gue menghentikan langkah, mencoba mengatur perasaan yang berkecamuk.

"itu udah tiga tahun lalu. Mau sampe kapan?!" Lanjut Jean makin melirih, dengan isakan kecil yang mulai terdengar.

Junkyu berbalik, menghampiri sang adik yang sudah menangis makin hebat.

"Sumber masalahnya udah nggak ada. Kenapa masih marahan?! Mau sampe kapan?!"

Gue masih bergeming, hingga pergelangan tangan gue ditarik Yoonbin. Dia membawa gue ke Jean yang kini ada dalam pelukan Junkyu. Menangis tersedu di sana, Junkyu hanya diam, menepuk punggung Jean sesekali - menenangkannya.

"Dia yang salah, Jean. Abang udah bilang nggak mau tapi dia maksa." Jelas junkyu ke adiknya yang langsung dapat pukulan di perutnya.

"Kalian sama-sama salah, kan?" Buka Yoonbin, "Lo nggak bilang dari awal, kalo Lo suka sama Naya." Katanya menunjuk Junkyu, membuat cowok itu mengumpat tanpa suara.

"Dan Lo," katanya kini menunjuk gue. "Harusnya, Lo juga dengerin kata hati Lo. Malah milih buat ngejauh dari Junkyu karena temen palsu Lo juga suka ke dia. Dasar bego."

Gue diam, melirik junkyu yang kini juga melirik ke arah gue.

Dia berdehem pelan, melapas Jean dari pelukannya setelah gadis itu sedikit tenang mendapat bantuan dari Ben.

"Mbak Cia nggak ada lagi di sini, nggak ada alasan buat marahan lagi." Ujar Jean sesenggukan, "ayo baikan."



Junkyu berdehem, memecah hening setelah tadi Jean dan Ben pamit lebih dulu ke belakang, mencuci strowberi yang kita petik tadi.

"Gue tau ini telat banget. Gue minta maaf, Jun. Gue nggak tau tentang perasaan Lo." Kata gue lebih dulu membuat Junkyu menegak kaget.

Dia mengangguk kecil. "Hmm, itu udah dulu." Katanya melirih. "Bener kata Ben, andaikan dulu kita saling jujur, nggak akan gini akhirnya."

Gue mengangguk membenarkan ucapannya.

Junkyu berdehem. "Kita beneran baikan?" Tanyanya dengan nada anak kecil khasnya.

Hal yang paling gue rindu dari seorang Kim Junkyu. Kebiasaan khas nya yang hanya dia tunjukkan ke orang-orang terdekat. Gue tersenyum, mengangguk kecil.

"Jadi ini yang hilang. Akhirnya ketemu juga sekarang." Ucapnya bermonolog.

"Ha?"

Namun dia tak menjawab, jadi menghampiri Ben dan Jean yang sudah ke gazebo yang ada di sudut kebun - membawa strowberi yang barusan mereka cuci.

-flow

Treasure ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang