Fantasy - So Junghwan

611 116 4
                                    

Melanjutkan pendidikan di kota orang membuat gue terpaksa untuk tinggal di kost. Sebenernya asik, bebas tanpa pantauan orang tua. Bebas keluar malem, nongkrong, pulang subuh. Tapi enggak buat gue.

Jangankan untuk keluar malam pulang subuh. Nyari makan jam 9 malem ke atas aja gue gak berani. Karena gue nggak punya temen.

Rumah kost dengan 10 kamar ini hanya di huni oleh 9 orang.   6 kamar di lantai dua sudah terisi penuh. Dan 4 kamar di lantai satu cuman terisi 3. Menyisakan satu kamar kosong tepat di sebelah kamar gue.

Kamar sebelah kabarnya udah di booking sama mahasiswa semester akhir yang sekarang lagi KKN. Dia udah dari semester satu di sini, makanya sama ibu kost dibiarin kosong walau ada yang mau nawar nempatin kamar itu.

Malam Minggu gini, penghuni lantai atas yang kebanyakan cowok udah pada keluar dari sore. Dua kamar di depan gue juga pada gak keluar. Gue jadi berasa sendirian di rumah besar ini.

Gue melangkah ke ruang tengah dengan semangkuk mie yang baru gue masak barusan. Nonton sinetron di tv asik kayaknya.

Setelah meletakkan mangkuk di atas meja, gue melangkah ke depan tv. Remotnya udah rusak, dan gue gak ada duit buat beli baterai. Ada. Tapi sayang. Toh cuman gue yang nonton, dan lebih enak maju ke depan mencet tombol. Aaa, kalo di rumah biasanya gue tiduran di karpet, buat ganti Chanel tv cuman tinggal ngangkat kaki.

"Berita hari ini-"

"Mas, mas Al!"

"Dua singgit-dua singgit!"

"Jangan panggil aku anak kecil paman!"

"Ku menangis membayangkan~"

"Dih, gak ada yang secakep duda muda apa?" Gerutu gue kembali memencet tombol mengganti Chanel. "Perasaan dulu sinetron keren-keren dah."

"Slurp."

"Arbani yasiz dulu keren banget pas jadi roman. Sekarang gak ada apa sinetron picisan lagi?"

"Zikri Daulay juga cakep. Huhuuu mas duren."

"Eh asik kali ya dramanya mereka jadiin sinetron. Kayaknya episodenya bakal ngalahin tukang bubur naik haji deh." Gumam gue.

"Slurp-slurp."

"Eh tapi kasian mas duda, gak deh gak usah."

"Slurppp."

Gue termenung. Merasa familiar dengan suara itu.

Bentar.

Kayak suara orang mukbang.

Kayak kalo aktor drama lagi makan ramyeon.

Hmm....

ANJIR MIE GUE!

Gue berbalik. Segera menghampiri mi di atas meja tepat di hadapan sofa panjang yang menghadap ke layar tivi alias belakang gue persis.

"Kok? Tadi mie nya penuh!!!" Teriak gue mendapati mie dalam mangkuk yang kurang dari separuh.

"Ha?" Gue menoleh ke lorong kamar. Semua pintu masih tertutup rapat. Tandanya dua manusia di kamar depan masih dalam ruangannya. Lagi pun kita terlalu asing untuk saling menjahili.

Gue mendesah pelan. "Gue lupa kali ya udah makan.." gumam gue ragu, kini meraih mineral dalam bungkus gelas di tengah meja. Menusuk sedotannya dan meminumnya.

"Huhuu mabok duda ya gini." Gerutu gue sambil menyuap mie.

"Krukkk.."

"Iya lagi diisi, sabar ya perut." Balas gue gitu aja tanpa peduli lebih lanjut kini kembali menyuapkan mie.

"Itu suara perut gue anjir. Bukan elu!"

"Oh Lo laper?"

"Iyaa kenapa mie nya lu ambil?!"

"Dih? Ini mie gue. Masak sendiri dong!"

"Gak bisa.. " lirihnya sendu.

"Eh lu kamar mana deh? Atas ya? Kok gue gak pernah liat elu?"

Cowok itu cuman menggaruk lehernya. "Lo.. Lo liat gue?" Tanyanya dengan wajah cengo yang beberapa saat kemudian mulai berbinar cerah.

"Ha?!" Tanya gue dengan satu alis yang udah naik.

"LO LIAT GUE? LO BISA LIAT GUE??" hebohnya dengan wajah sumringah senang.

"Bisa. Emang Lo hantu apa sampe gue gak bisa liat Lo?" Tanya gue memberikan garpu membiarkan dia untuk menyuap mie gue lagi.

"Iya gue hantu." Jawabnya riang, membuka mulutnya lebar menyuap mie.

________


Kalo di drama mereka.
Menurut kamu, siapa hantunya?

-flow





Treasure ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang