Hello, selamat malam.
Kangen nggak sama flow?
Heheh. Flow lagi pengin liat bulan, tapi di tempat flow kalo malem ujan terus beberapa hari ini, hampir seminggu ada kayaknya ;(
----
"Angkat kenapa si, To? Brisik banget dari tadi." Gerutu gue kesal, pasalnya gue lagi nonton drama Korea, jadi keganggu. Padahal kedatangan Haruto ke rumah gue aja itu udah mengganggu banget.
"Males ah." Balasnya pendek, kembali menoleh ke layar laptop. Lanjut nonton.
Gue meraih ponsel di sisi laptop, membaca nama yang tertera di layar sebagai penelepon.
'pacar 1'
"Anjir diurutin. Lo kira antrean?!"
Haru hanya menoleh sebentar, tak ambil pusing dengan umpatan gue.
"Anjir!" Gue berseru heboh saat layar ponsel menampilkan panggilan telepon dari 'pacar 5'
Haru mendecak kesal, "ck. Lo kalo udah nontonnya minggir, berisik. Gue mau nonton!" Serunya mendorong tubuh gue menjauh.
"Ya itu hp Lo berisik, sat!" Balas gue mengumpat kasar di akhir. "Gue tau Lo suka tebar pesona sana-sini, tapi bukan berarti Lo bisa mainin mereka seenaknya!"
Emosi gue memburu. Haru di samping gue kini tertegun. "Maksud Lo apa sampai pacar lima segala? Atau jangan-jangan masih ada sepuluh? Duapuluh?" Amuk gue.
"Nggak gitu, Na." Balasnya membela diri.
"Apa? Kesepian?! Kayak yang Lo ngomong sebelumnya?"
"Lo mau macarin cewek sebanyak apapun, Lo nggak akan Nemu perhatian yang Lo cari karena mereka nggak akan bisa jadi nyokap di hidup Lo."
Haruto seketika menoleh, membalas tatapan gue tajam. "Lo nggak tau apa-apa. Nggak usah banyak omong!" Bentak Haruto yang langsung tersulut emosi kala gue mambawa nyokap-nya.
Gue menghela napas. Capek juga adu teriak sama rajanya toa.
Di samping gue Haruto juga menghela napas nya panjang.
Hening lama. Gue sibuk menenangkan diri begitupun dia.
"Gue emang nggak tau perasaan Lo gimana, To. Tapi gue harap Lo nggak lupa, kalo gue bahkan nggak pernah ketemu nyokap gue. Kalo gue bahkan harus tinggal sendirian karena papa kerja di luar negeri hampir tiga tahun ini." Balas gue lirih, mendengar penuturan gue Haruto terdiam. Gue beranjak dari duduk.
"Sebagai cewek, gue nggak terima Lo memperlakukan cewek begitu. Dan sebagai sahabat Lo, gue minta maaf." Ujar gue pelan, "maaf karena nggak bisa selalu ada buat Lo sampai Lo masih ngerasa kesepian, To." Gue meninggalkan dia di ruang tengah.
"Lo perlu bersyukur karena masih bisa ketemu nyokap Lo, Uto." Ujar gue amat pelan sebelum menutup pintu kamar. Sempet gue liat tadi Ruto menatap layar laptop dengan tatapan kosongnya. Mungkin sedang mencerna kalimat gue?
Gue nggak mau haru ngelihat gue nangis. Lagi pun gue udah terlalu capek buat nangisin hidup gue yang begini.
Mama yang milih pergi sama selingkuhannya di umur gue yang masih balita. Dan papa yang akhirnya harus ngebesarin gue sendirian sambil kerja.
Papa udah kerja banting tulang buat bahagiin gue, gue nggak boleh terus-terusan meratapi nasib. Papa lebih dari cukup buat jadi alesan bahagia gue. Haru udah lebih dari cukup buat jadi Abang, sahabat dan temen buat gue.
Gue udah punya segalanya, gue nggak perlu nangis cuman karena mama.
"Na," panggil Ruto mengetuk pintu kamar gue. "Laptopnya udah gue matiin. Masih di meja."
"Na. Gue udah putusin semua pacar gue barusan."
"Na, maafin gue."
"Na. Ruto laper belum sarapan."
Gue terkekeh kecil, mendecih heran dengan sikap Haruto.
"Na, Ruto laper. Keluar dong. Ngambeknya pending dulu." Bujuknya masih mengetuk pintu kamar gue.
LU KIRA GUE APAAN PAKE NGAMBEK DIPENDING SEGALA?!
-Flow
![](https://img.wattpad.com/cover/258751746-288-k315457.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Treasure Imagine
Fanfictionyou with treasure member - Flow Start : 20 feb 2021 End : 31 Des 2021 restart : 11 Mei 2024 31,8. 4,41.