Bestfriend - Bang Yedam

1K 177 16
                                    

"Lo kenapa? Ada masalah apa?" Tanya Yedam bertubi, menggeser laptopnya yang lagi gue pake buat nonton Doraemon stand be my 2.

Gue nggak langsung menjawab, malah kini beralih membuka jajan lain karena yang tadi udah habis.

"Flow, tadi mama Lo udah telfon nyuruh pulang cepet." Peringatnya geregetan. Yaudah biasa si, soalnya nanti yang kena marah nyokap gue juga nggak lain dan nggak bukan ya Yedam.

"Males, Dam." Balas gue pendek. "Ada acara keluarga, gak mau ikut gue." Lanjut gue dengan lirih.

Yedam menghela napas, kini duduk di sisi sofa yang gue duduki. "Lo mau dijodohin?"

"GAK LHA! GILA KALI." Balas gue ngegas.

"Yaudah bukan kan, kenapa males?" Tanyanya bingung sendiri. "Bukannya Lo udah lama nggak pulang ke Iksan? Kan Lo setiap abis mudik kegirangan, pamer Lo ke gue dapet THR banyak." Cerocosnya panjang. Ya bener yang dia bilang semuanya.

"Ya itu si seneng. Gue juga pengin ikut mudik. Tapi hati gue nggak siap anjir." Balas gue sewot.

"Ya makanya siapin, sekalian lu siap-siap packing sana. Gue diteror sama mama tuh!" Tunjuknya pada ponsel yang tergelatak di atas meja, menampilkan panggilan masuk dari 'mama sebelah'.

"Nggak bisa dam nggak bisa. Dah lha. Bilangin aja sama mama, gue nggak dikasih izin sama dosen, mau ada praktikum atau apa kek."

Yedam menggelengkan kepalanya cepet. "Nggak, gue nggak mau boong."

Gue mendengus. "Kayak gak biasa boongin cewek-cewek aja lu."

"Yaa beda Flower! Cewek-cewek di kampus mah calon korban ke pakboy-an gue. Nyokap Lo mau gue jadiin korban juga?"

Dih pakboy.

"Kalo siap di tebang sama papa ngomong aja."

"Nah itu. Kalo gue udah siap ngadepin galaknya bokap Lo udah gue ajak Lo pacaran kali." Ucapnya dengan nada serius.

"Gak mempan bego. Lo liat-liat kalo mau nyari korban." Balas gue sewot. "Dah ah, sana gue mau nonton Sizuka nikah!"

"Itu gue jawab apa ke nyokap Lo, astaghfirullah!"

Gue cuman diem, ngadep layar laptop yang udah gue play lagi videonya.

"Flow." Panggilnya lembut. "Sini cerita coba, biar gue ngerti masalah Lo itu apa." Katanya membujuk.

Gue menoleh, menatapi wajah si buaya kampus.

"Sepupu gue mau nikah." Ujar gue membuat Yedam mengangkat satu alisnya tak mengerti. "Sama mantan gue pas SMA." Lanjut gue.

Yedam menghembuskan napasnya pelan, "emang Lo masih suka? Masih ada rasa sama mantan Lo itu?" Tanya dia menatap mata gue dalam. Gue menggeleng yakin.

"Cuman rasanya.. beda aja, Dam." Ujar gue mengalihkan tatapan dari matanya.

Menatapi frame foto di dinding ruang keluarga rumah Yedam. "Orang yang pernah Lo sayang, banget. Orang yang pernah bikin Lo bahagia. Orang yang pernah matahin hati lo, dan yang pernah nyakitin Lo segitu dalamnya. Sekarang mau jadi keluarga Lo? How do you feel?" Papar gue, menoleh lagi ke Yedam yang sekarang malah menatapi gue lamat-lamat.

"Gue nggak yakin bisa welcome ke dia. Gue takut malah ngerusak acara dengan datengnya gue ke sana."

Yedam menarik gue ke dalam dekapannya. Tangannya menepuk punggung gue beberapa kali, "awalnya mungkin bakal susah flow." Ujarnya pelan, "tapi Lo belum nyoba kan? Lo belum ngasih kesempatan ke diri Lo sendiri buat Nerima kehadiran dia sebagai bagian dari keluarga Lo? Lo belum ngasih diri Lo kesempatan buat mengenal sosoknya yang baru." Ujarnya.

Treasure ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang