Bestfriend - So Junghwan

972 165 7
                                    

Hello!!!

Ini chapter terakhir dari series 'Bestfriend'.

Terimakasih banyak untuk semuanya.
Makasih karena udah mau baca karya Flow. Karena selalu dukung Flow, makasih yang udah mau vote dan komen.

Makasih juga karena udah mau nunggu Flow buat update setiap chapternya😉

Flow mau nanya. Jawab yaa?

Ada yang mau usul series apa berikutnya?

Atau udah cukup book ini sampai sini aja?

Sekali lagi, terimakasih banyak.

Yuk ketemu dedek Wawan🐄

_______

"Dek, panggil Wawan sana. Itu mas masak banyak, kesukaannya Wawan." Ujar mba Ais yang sedang sibuk membantu mas Yoyo masak - menyambut datangnya gue ke dapur dengan perintah bukannya ucapan selamat pagi atau menanyakan keadaan gue. Gue menghela napas, tak menyahut. Mengambil air minum hangat di dispenser.

Mas Yoyo bekerja sebagai asisten chef di restoran bintang lima yang ada di pusat kota. Apa ya namanya, gue lupa.
Jadi jika hari libur kerja, yang akan memasak di rumah bukan mama, mba Ais apalagi gue. Khusus hari itu mas Yoyo yang akan mengambil alih dapur.

Dengan muka khas bangun tidur, gue keluar rumah. Memasuki gerbang rumah yang tepat berada di sisi kanan rumah gue. Tak peduli dengan rambut yang masih acak-acakan dan basah di ujung-ujungnya, bekas cuci muka tadi. Juga mata yang bengkak dan sembab karena menangis semalaman. Ah, nggakpapa. Lagian cuman junghwan. Udah biasa mah dia liat gue ileran juga.

"Assalamu'alaikum, Wan!" Gue menggedor pintu depan. Tante dan Om lagi ke luar kota, nenek junghwan lagi sakit, tapi karena di sekolah kita sedang ujian semester, junghwan terpaksa ditinggal sendirian di rumah.

"Wan!" Gue berteriak, melempar kerikil kecil ke jendela kamar atas. Berharap sang penghuni akan terbangun dan cepat cepat turun ke bawah.

"Iya bentar!" Teriaknya marah-marah. Gue menghela napas. Jadi duduk selonjoran di teras. Menunggu junghwan yang sedang bersiap.

Tak lama suara kunci pintu yang di buka membuat gue menoleh.
"Lha tumben udah ganteng." Gumam gue tanpa sadar, junghwan yang sudah keluar dan akan kembali mengunci pintu jadi mendelik sebal. "Rapi di komen, ngegembel apalagi." Balasnya sewot.

"Ayo sarapan dulu. Mas Yoyo masak banyak tuh!" Ujar gue semangat, langsung menggandeng tangan kekar junghwan dan menariknya keluar halaman.

"Tadi ngapain lempar kerikil ke kaca si elah. Untung gak pecah." Protesnya kesal. Gue menoleh, membuat junghwan yang berjalan di sisi gue ikut menghentikan langkah. Padahal tinggal dua langkah lagi kita masuk ke halaman rumah gue.

"Lo ada jadwal ya?"

Junghwan melengos, menghela napas kasar. "Padahal gue udah bilang, gue lagi ada ujian di sekolah." Kesalnya, kini melangkah pelan. Gue mengikuti di sampingnya. "Subuh tadi manager telepon, suruh siap-siap pemotretan jam delapan."

Gue mengangguk paham, melirik pergelangan tangan kiri junghwan melihat pukul berapa sekarang.
"Yaudah ayo sarapan dulu, biar mood Lo bagus lagi." Ujar gue mencoba ceria. Junghwan menoleh, tersenyum kecil mengusak rambut gue. "Mas Yoyo masak apa si? Harumnya sampe depan gini." Ujarnya saat kami memasuki ruang tamu.
"Gak tau juga. Tadi mba Ais bilang masakan kesukaan Lo, tapi gak tau yang apa. Kan semua makanan Lo suka." Ujar gue heran sendiri.

Treasure ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang