Brother - Bang Yedam

2.4K 337 10
                                    

Ini versi terbaru dari Brother - Bang Yedam.


Gak seperti weekend-weekend yang lain, Sabtu ini gue bangun pagi. Setelah membersihkan tempat tidur dan bergegas mandi. Gue mengacak lemari. Mencari outfit mana yang cocok di pakai hari ini.

"Mba tumben udah bangun. Mau kemana?" Tanya mama yang akan membangunkan gue sepertinya, mengamati gue dari atas ke bawah. "Udah rapi gini, mau jalan ya?"

"Iya, Ma. Abang kan janji mau ngajakin adek ke taman hiburan kalau ranking adek naik." Jawab gue gembira.

Yaa bener, ranking gue di kelas sebelas ini berhasil menggeser posisi Jeongwoo di ranking 5. Dan itu sejarah karena pada akhirnya gue bisa masuk lima besar.

"Yaudah, turun gih. Sarapan dulu. Biar mama yang panggil Abang sekalian." Kata mama sebelum keluar dari kamar gue.
"Siap, Ma!"

Di ruang makan sudah ada papa yang sedang menikmati kopi pahitnya. "Pagi, Pa." Sapa gue, mendudukkan diri di salah satu kursi.

"Pagi, Dek. Tumben udah rapi gini." Komen papa. Gue mendengus sedikit kesal. Tapi berusaha menjauhkan kekesalan itu karena gue mau hari ini sempurna dan jadi good day buat gue.

"Mau ngedate sama Abang." Jawab gue sebelum meneguk susu yang udah mama siapin.

"Hm? Sama Yedam?" Tanya papa terlihat heran. Gue menganggukkan kepala, masih sibuk meneguk habis susu di gelas.

"Adek nggak tau?" Tanya papa bikin gue heran. Gue mengusap atas bibir dengan tisu. "Tau apa?"

Papa menghela napasnya panjang bikin gue makin bingung. "Kenapa si pa?"

"Abang kan semalem berangkat ke luar kota."

"Apa si papa becandanya gitu banget." Ucap gue santai, diakhiri tawa pelan.

"Sama itu anak-anak treasure, dobby juga kan? Kemana ya kemarin kok papa lupa."
Gue menghela napas, jadi menyandarkan punggung dengan lemas.

"Mama lupa dek." Ucap mama mengusap bahu gue. "Abang kan kemarin sore izin ya pa mau ke Bogor."

"Kan Abang udah janji," lirih gue membuat mama dan papa saling pandang.

"Yaudah lha adek mau ke rumah dobby aja." Kata gue meninggalkan meja makan.

"Dobby juga sama Abang kamu, Dek." Perkataan papa membuat gue menghentikan langkah.

Dengan mood yang sudah terjun bebas ke Palung Mariana gue berbelok menaiki tangga, kembali ke kamar.


Minggu sore, gue lagi nonton Upin & Ipin episode baru. Eh gak baru si kayaknya. Tapi gue baru nonton.

Abisnya gara gara semester lalu nilai gue gitu-gitu aja dan bisa berpengaruh buat masuk ke kampus impian nantinya, Abang jadi lebih tegas sama gue. Gak ada lagi marathon drakor. Hang out sama temen-temen setiap weekend. Bahkan buat nonton kartun-kartun favorit gue dari kecil setiap Minggu siang.

Abang ngawasin gue belajar, latihan soal, ya dia ajarin juga si. Jadi nggak terlalu pusing. Kadang juga diajak ke Gramedia buat beli buku pelajaran lagi - dan setiap ke rak fiksi gue selalu di tarik nggak boleh mampir-mampir ke sana - juga beberapa kali belajar di cafe.

Treasure ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang