Bestfriend- Park Jihoon

2K 267 3
                                    


"Biar ku lukis senja mengukir namamu di sana~"

Sautan dengan nada yang sengaja di faleskan itu bikin gue kesel bukan main.

Gue tau siapa pelakunya, gue langsung nengok ke arah pager pembatas dengan rumah sebelah.

Ada Park Jihoon yang udah duduk mengayunkan kaki dengan songong di atas sana. Gak si gak tinggi, paling satu setengah meteran.

Gue mencibir, melepas earphone dari telinga, "pagi-pagi udah gangguin aja." Dumel gue, ngebenerin posisi duduk.

Jihoon tertawa, berhasil bikin gue kesel adalah kegiatan favoritnya. "Minggu pagi bukannya jalan malah ngegalau si jomblowati." Komentarnya, langsung meloncat turun dan bergabung bersama gue di ambal teras.

"Dih. Lu aja yang pacar tersebar di mana-mana udah kayak tiang listrik malah nyasar ke rumah gue." Balas gue pedes.

Jihoon menipiskan bibir, "kan hari ini jadwalnya my princces Ayumi Kanemoto."

"Sorry ya, tapi pangeran gue cuman Kanemoto Yoshinori seorang." Gue memilih bangkit buat masuk ke rumah.

Percuma juga mau latian nyanyi di halaman biar gak ganggu orang rumah tapi diganggu tetangga julid.

"Halah, paling lagi ditinggal ngapelin pacar." Balasnya makin pedes.

Ya emang si, pagi-pagi gini Abang Yoshi tersayang udah pergi, mau jogging katanya. Dan gue yakin sama gebetannya pasti.

"Kalo gak bisa diem mending pulang sana. Ganggu aja orang mau latian." Omel gue, memasuki rumah.

"Latian apa? Nyanyi? Biar gue ajarin yuk. Ceritanya gue jadi Anang Hermansyah dan Lo peserta LIDA nya." Jihoon mengikuti gue masuk ke rumah.

"Di LIDA adanya Nasar, kenapa jadi Anang." Gue menahan diri buat gak ngegas saat ini juga, anak cewek bunda kalem gak boleh bar-bar.

"Oh udah ganti?"

ASTAGA PARK JIHOON.

Gue mendelik, Jihoon langsung mengusap tengkuknya, berbalik badan melipir ke area dapur menghampiri bunda, meninggalkan gue yang masih coba menahan emosi.

Sabar banget gue tuh pagi-pagi udah ngadepin makhluk julid satu itu.

"Pagi bunda." Sapanya sok manis ke bunda gue.

"Pagi, Hoon. Udah sarapan? Mau sarapan bareng?" Tawar Bunda yang langsung dibalas anggukan oleh Jihoon. "Boleh bunda, kebetulan Jihoon belum sarapan." Dia tersenyum manis, langsung sigap bantuin bunda nyiapin sarapan pagi ini.

"Jin-a gak masak?"

"Jin-a lagi di rumah nenek si Bun, kemarin jihoon anter ke bandara." Jawab Jihoon membawa beberapa piring kosong ke meja makan.

Gue cuman duduk ngeliatin jihoon dan bunda bolak-balik di depan gue.

"Nenek sehat kan? Itu gakpapa Jin-a ke Busan sendirian?" Bunda emang biasa sekhawatir itu sama Kakak beradik ini, selain karena Jihoon dan Jin-a lebih sering di rumah cuman berdua ya karena bunda udah nganggap Jihoon dan Jin-a seperti anaknya sendiri. Dari kecil Jihoon dan Jin-a sering dititipin ke bunda.

"Gakpapa bun, tenang aja. Jin-a udah sering ke Busan sendiri. Di sana juga nanti di jemput sama sepupu." Bunda mengangguk paham mendengar perkataan Jihoon.

Selesai menyiapkan makanan untuk sarapan, jihoon duduk di depan gue dengan bunda yang membentuk sudut dengan gue dan jihoon.

Kita memulai sarapan bertiga. Diiringi candaan garing Jihoon yang bisa bikin bunda ketawa, gue cuman mencibir kesal.

"Biar Ayumi aja yang cuci, bunda nonton gosip aja sana di tivi." Ucap gue membereskan bekas makan, gantian.

"Kamu ini. Yaudah bunda mau nyiram bunga aja." Balas bunda, kini berjalan ke halaman depan.

Jihoon sudah membawa tumpukan piring kotor ke wastafel. "Nih lu nyuci, gue yang ngelap." Katanya, menggeser tubuh.

Gue melangkah ke arahnya di depan wastafel, mencuci piring kotor tadi. "Tau gak si, Yum?"

"Gak." Balas gue cepet, "gak mood gosip, mending diem aja, lap yang bener piringnya." Kata gue menyerahkan piring yang baru selesai gue bilas. Jihoon menipiskan bibir. "Bukan gosip elah."

Gue melirik, jihoon yang mendapati lirikan gue jadi berdehem, "gue baru putusan kemarin. Terus mantan gue udah punya pacar lagi dong."

"Karma buat buaya rawa kayak Lo."

"Tap-"

"Diem park julid." Gue menyerahkan gelas terakhir ke tangannya. "Gue mau latian nyanyi buat pagelaran bulan depan, kalo gak mau bantuin mending pulang gak usah gangguin gue dulu."




"GAK YA GAK GITU." Protes gue saat jihoon menirukan gue saat nada tinggi yang gue ambil gak sampai. Dia ketawa ngakak.

"IH KESEL BANGET. BUNDA, BANG YOSHI. JIHOONNYA!" Teriak gue lagi, dan Jihoon makin puas ketawa.

"Ululu. Ayo sekali lagi," bujuknya saat gue udah ngambek dan gak mau latian sama dia lagi.


Sampai sore, gue dan jihoon menghabiskan waktu di halaman belakang, berulang kali menyanyikan lagu yang sama diselingi julidan jihoon dan nyanyian merdunya.

Jihoon mengusak rambut gue, "nah gitu keren." Katanya saat gue berhasil menyanyikan lagunya dengan benar.

Iya gue akui Park Jihoon berbakat, dan dia emang sangat amat bisa diandalkan dalam setiap situasi tapi ya itu selalunya ngeselin dulu.

Tapi kalo gak ngeselin ya bukan PARK JIHOON namanya.




A/n : Flow lagi sedikit sibuk, tapi akan diusahakan tetep update kok. Tunggu ya?

Byee~

Treasure ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang