[1] Unrequited Love. (END)

5.1K 302 14
                                    

-----------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----------------

"Duduk disini, aku akan menemanimu menikmati udara sore ini" ucap Jeonghan. Aku menurutinya dan duduk lagi. Jeonghan mematikan ponselnya dan menyimpannya.

"Apa tidak masalah kau tidak mengangkatnya?" tanyaku. Jeonghan menatapku kebingungan. "Dia kan kekasihmu, sepertinya dia menghubungimu karena ada sesuatu" lanjutku.

Jeonghan sepertinya terkejut mengetahui bahwa aku mengerti semuanya. Matanya tak lepas menatapku. "Kau sejak kapan tahu?" tanya Jeonghan.

Aku tersenyum tipis "Ya kau tahu, rumor beredar cepat sekali sejak aku sering ke kantormu, dan tadi siang ia memberikanku minuman kaleng" jelasku. Raut wajahnya seakan menggambarkan hatinya yang terkejut.

"Apa yang ia katakan padamu?". Aku berdiri "Ia bilang terimakasih karena sudah menjaga Jeonghannie" jelasku. Aku mengulurkan tangan padanya "Ayo masuk saja, pasti Eomma dan Appa menunggu" ajakku. Jeonghan menerima uluran tanganku dan menggenggamnya dengan erat.

"Lihat kedua pengantin ini, mereka tampak saling menyayangi satu sama lain" goda Appa Jeonghan. Aku hanya tersenyum lalu meninggalkan Jeonghan yang terdiam di ambang pintu rooftop.

Sebisa mungkin aku berusaha terlihat baik-baik saja. Tapi aku tetap menghindari minum, aku takut nanti saat mabuk mulutku malah melontarkan rasa sakitku.

Hari mulai beranjak malam. Eomma dan Appa ku akan segera pulang. Begitu juga aku dengan Jeonghan. "Kalian bisa tidur dikamar Jeonghan kalau mau" ucap Eomma Jeonghan. Aku menggeleng "Lain kali saya akan tidur disini bersama Jeonghan" jawabku. Aku merogoh ponselku untuk menelfon Pak Kim.

"Ayo pulang, kenapa harus pulang sendiri-sendiri?" tanya Jeonghan. Mulutku sudah terbuka dan akan menjawab, namun Appa menyelanya. "Iya, kalian pulang berdua saja" perintah Appa. Mau tak mau aku mengikuti langkah Jeonghan menuju mobilnya dan duduk dikursi sebelah supir.

Selama perjalanan aku diam, hanya terkadang mengajak Jeonghan berbincang tentang apa yang kami lihat di jalanan. Di tepi jalan disebuah perhentian bus, ada seorang gadis mengenakan blus pink. Ia sendirian dan matanya sembab seperti menangis.

"Oh, Jeonghan-ah.. minggir sebentar" pintaku. Jeonghan meski kebingungan ia menurutiku dan meminggirkan mobilnya. "Sepertinya Jinsoo menelfonmu karena ada sesuatu, ia menangis di perhentian bus sebelumnya" ucapku sambil melepas seatbelt. "Antar kekasihmu pulang, aku turun disini dan menelfon Pak Kim".

Aku turun dari mobil Jeonghan. Aku bisa mendengar ia memanggilku, tapi aku memutuskan untuk masuk kedalam sebuah minimarket. Saat aku keluar, Jeonghan tampak membantu Jinsoo masuk kedalam mobilnya. "You did a good job, Y/N-ah" gumamku.

Long Short Story SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang