[4] We Can

2.8K 223 14
                                    

---------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---------------

Ucapan Mingyu rasanya bagai ribuan anak panah menghujam hatiku. Aku menatapnya "Kenapa?". Mingyu menghela nafas lalu menunduk. "Aku selalu membuatmu kecewa bahkan di hari pernikahan.. aku merasa aku tak pantas untuk mendapatkanmu" ucapnya.

"Aku tidak bertanya alasannya, aku bertanya kenapa kau berpikir seperti itu?" tanyaku. "Aku kecewa dan marah, tapi aku tidak berpikir sampai kesana.. kenapa malah kau berpikir kesana?" imbuhku.

Ia menatapku dengan matanya yang berkaca-kaca. "Aku pun sayang padamu, tapi aku takut aku tak tahu diri jika minta kesempatan lagi padamu.. aku takut kita tak bisa mempertahankan semuanya" ucapnya.

"Aku hanya butuh kau hargai, bukan kau tinggalkan. Lalu jika kita bisa mengerti satu sama lain, kita bisa melewatinya". Perkataanku menyudahi malam itu. Kami kembali ke hotel dan tak ada perbincangan lagi hingga tidur.

"Chagii-yaa, ayo bangun.. kau harus bergerak". Aku mengerjapkan mataku. Mingyu terus menggerakkan tubuhku. Melihatku yang sudah membuka mata, ia tersenyum.

Aku duduk diranjang dan menatap jam dinding. Masih pukul 6 pagi, ada apa ia membangunkanku. Mingyu membawakanku segelas air dan baju olahragaku. "Ayo lari pagi, kau dirumah sudah banyak diam.. disini harus bergerak" ajaknya.

Aku menerima gelas yang ia berikan dan meminumnya. Betul juga aku tak pernah bergerak lebih dirumah. Tanganku meraih baju yang ia letakkan diatas kasur dan pergi ke kamar mandi.

Karena hanya perlu cuci muka dan gosok gigi, aku tak terlalu lama berada di dalam kamar mandi. Saat keluar, Mingyu terlihat menyiapkan sepatu untukku didepan pintu kamar.

"Sudah? Ini sepatumu.. kau bahkan membawa sepatu olahraga tapi tak berniat olahraga" ledek Mingyu. Aku tersenyum lalu duduk disebelahnya untuk memasang sepatu. 

Mingyu memegang tanganku lalu duduk didepanku. Ia membantuku untuk mengikat tali sepatu. "Kalau kau ikat seperti tadi, kau bisa jatuh" ucap Mingyu. 

Udara dipagi hari benar-benar menyejukkan. Kami berlari mengikuti jogging track yang dibuat oleh pihak hotel. Karena masih pagi juga lautnya surut.

"Waah, indah sekali lautnya dipagi hari" ucapku. Aku yang tadi terasa sangat lelah kini merasa senang melihat karang-karang cantik yang terlihat akibat surut.

Mingyu memegang tanganku lalu mengajakku melanjutkan lari. "Didepan ada yang lebih cantik pemandangannya" kata Mingyu.

Hatiku yang semalam kesal dan kecewa kini luruh melihat ia semanis ini. Aku tidak salah bukan jika berharap Mingyu seperti ini setiap hari.

Long Short Story SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang