[2] Ephemeral

2.6K 196 1
                                    

------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

------------------

"Apa aku boleh bercerita?". Pertanyaan Jun sukses membuatku terkejut. Aku menatapnya "T..tentu, ceritakan saja" jawabku. Jun menghela nafas panjang. "Hari ini aku merasa aneh" ucapnya. 

"Seperti biasa aku mengincar orang-orang yang merugikanku dan membunuh mereka.. tapi tanpa mengerti, aku membunuh sebuah keluarga yang bahagia dan menyisakan anak laki-laki mereka saja". Jun menyandarkan tubuhnya dan memejamkan mata.

"Hal itu membuatku teringat akan masa laluku sebelum menjadi mafia sedingin ini, orangtuaku terbunuh karena memiliki hutang dan mereka menyisakan aku seorang... Karena itulah aku mulai tak memiliki perasaan.." jelasnya. 

Dari setiap kata yang Jun ucapkan, aku bisa merasakan rasa sakitnya yang terpendam begitu lama. Tanganku mencoba meraih pipi Jun, namun ku urungkan. "Aku merasa bersalah pada anak laki-laki itu..".

"Ia memeluk adik perempuannya dan berkata, bahwa ia juga akan membunuh orang terdekatku yang memiliki senyuman semanis adiknya.. aku langsung teringat padamu dan terburu-buru menghampirimu" imbuhnya. "Aku? kenapa aku?" tanyaku.

"Kau.. memiliki senyuman yang sama manisnya dengan adikku, maka dari itu aku menginginkanmu" kata Jun sambil menghela nafas panjang. "Entah kenapa, senyumanmu dan kehadiranmu sama-sama membuatku lebih tenang seperti adikku".

"Aku kira, aku membutuhkanmu karena kau mirip.. Tapi ternyata aku membutuhkanmu karena apa adanya dirimu..". Jun membuka matanya dan menatapku lekat.

Ia melepas jasnya dan memakaikannya padaku. "Aku ingin menjagamu, tapi caraku salah.." ucapnya. Aku tersenyum "Kau tahu Wen Junhui, selama aku disini.. kau bisa bercerita padaku" jawabku.

Jun melayangkan senyumannya, senyuman yang tak pernah terlukis diwajahnya. Ia tampak tampan dan manis sekali tersenyum seperti itu.

"Aku tak bisa mengatakannya dengan benar.. tapi terimakasih karena kau selalu menepis rasa takutmu padaku dan mencoba mendekat padaku" ucapnya.

Kami saling bertatapan cukup lama. Aku ingin sekali mendapat kepercayaannya dan kabur diwaktu yang tepat. Tapi, jika ia seperti ini aku tak tega untuk meninggalkannya.

"Mari kita pulang, atau kau ingin beli sesuatu?" tanya Jun yang kemudian memecah lamunanku. "Ah, eskrim.. aku ingin beli eskrim" jawabku asal.

"Dimana?" Jun membantuku berdiri dan masuk kedalam mobil. "Aku tahu, ikuti saja arahanku" ucapku riang. Sudah lama sekali sejak aku datang ke toko eskrim favoritku.

Dulu sepertinya aku sering kesini bersama Seungkwan. Kami berhenti di sebuah toko di pojok jalan dekat rumah Jun. "Kau turun dulu.. aku perlu mengangkat telfon" pinta Jun.

Long Short Story SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang