[7] Heal /5/ -END-

1.7K 132 3
                                    

-----------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----------------

Seorang wanita paruh baya berdiri didepan Dokyeom. Ia menatap Dokyeom dengan penuh amarah. "Kau bilang pada Eomma akan belajar saat dirumah Appa! Tapi kau malah berkencan dengan seorang gadis" hardik wanita itu.

Ku kira Eomma Dokyeom tidak separah ini saat marah. Ini bahkan lebih parah dari cerita Dokyeom. Aku menelan ludahku, dan bersembunyi. "Gadis itu bukan yang membuat nilaimu turun?!" bentaknya.

Aku bisa melihat Eomma Dokyeom menghela nafas panjang. "Lalu kau akan seperti Hyungmu? Bunuh diri karena gadis?!". Dari sini terlihat jelas raut wajah Dokyeom yang awalnya datar menjadi marah dan sedih.

Ia menatap Eommanya tidak percaya. "Apa Eomma tahu bahwa Wonwoo hyung bunuh diri karena tekanan Eomma?! Apa Eomma tahu?" jawab Dokyeom. Aku sudah akan berlari menghampiri Dokyeom.

Tapi seorang lelaki tua datang. "Lee Dokyeom! Jaga bicaramu pada Eomma!" bentaknya. Itu pasti Appa nya yang tak pernah tau semua yang dialami oleh Dokyeom. Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Dokyeom meninggalkan kedua orangtua nya.

Aku mengikuti Dokyeom segera setelah ia berlari. "Ya! Lee Dokyeom!" panggilku. Tapi ia tidak menoleh sama sekali. Saat aku terdiam memilih jalan untuk menyusul Dokyeom, tiba-tiba ada tangan yang menarikku.

"Kau gadis itu bukan?" tanya seorang pria paruh baya. Yang sepertinya adalah Appa Dokyeom. Aku menelan ludahku ketakutan. "Kau.. ku beri tahu jangan berani-beraninya mendekat pada Dokyeom" ancamnya.

Setelah mengancamku, ia pergi meninggalkanku sendirian. Kakiku melangkah lagi mencari Dokyeom. Aku tak tahu rumah Appa Dokyeom. Aku hanya tahu daerahnya saja.

Langkahku pelan menyusuri taman daerah rumah Appa Dokyeom. Tanganku menggenggam erat ponsel Dokyeom. Berharap ada sebuah panggilan masuk dari Appa nya.

Tepat pukul 8 malam, sebuah telfon masuk dari kontak bernama "Appa Jeon". Aku menyiapkan suaraku dan mengangkatnya. "Y/N-ah?" panggil Dokyeom. Hatiku sedikit lega karena suara Dokyeom tak lagi bergetar.

"Bisa-bisanya kau melupakan ponselmu" ucapku. Aku duduk di ayunan dan berniat pulang setelah Dokyeom menyudahi panggilan suaranya. "Mian, kau sudah mandi dan ganti baju?" tanya Dokyeom.

Aku menatap sekitar, tak ada siapapun. Seharusnya tak apa jika aku berbohong sedikit. "Sudah, kau sendiri?" tanyaku balik. "Aku sudah, sekarang sedang ke supermarket membeli beberapa bahan makanan dengan Appa" jelas Dokyeom.

"Besok saja disekolah kembalikan ponselnya" lanjut Dokyeom. Tapi suaranya terdengar sedikit lebih jelas. Aku menoleh kearah jalan setapak dan menemukan Dokyeom jalan bersama dengan Appa nya.

Long Short Story SeventeenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang