Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-------------- Cast:
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jeon Wonwoo --------
Aku mengikat rambutku sebelum memakai celemek kafe. Seperti biasa kafe tak terlalu ramai saat hari kerja. Hingga pukul 12 siang saat jam istirahat, tak terlalu banyak pengunjung.
Ada sebuah mobil mewah yang terparkir didepan kafe lalu 4 orang pengunjung tampan turun dari mobil itu. Mereka memasuki kafe dan memutuskan salah satu saja yang memesan.
"Eum.. americano 2 caffe latte 2" ucapnya. Aku mengangguk kemudian mengulangi pesanannya. "Mau bayar pakai cash atau kartu?" tanyaku. Ia mengeluarkan kartu kreditnya.
Entahlah mungkin aku terlalu sering melihat pengunjung tampan, jadi aku tak terlalu tergila-gila. Atau mungkin karena aku masih cinta pada teman kecilku. Aku tak tahu.
"Ya! Kau kenapa bisa sesantai itu berbicara pada orang tampan sepertinya?" pekik temanku, Nara—setelah aku mengantar pesanan mereka.
Aku mengangkat bahuku "Entah, memang kalau kau yang dikasir apa yang akan kau lakukan?" tanyaku. "Tentu saja aku akan meminta nomornya!" jawabnya senang.
Suara temanku mungkin terlalu besar. Mereka menoleh kearah kami sesaat. "Ya, sssh.. kau membuat semua pengunjung menoleh" bisikku. Nara menggaruk tengkuknya.
"Kata Appa mu, hari ini anak pemilik mansion yang dirawat Appa mu datang?" tanya Nara. Aku mengangguk "Iya, sudah 10 tahun aku tak bertemu dengannya" jawabku.
Ingatanku kembali ke 15 tahun yang lalu. Saat kita pertama kali bertemu aku masih berumur 5 tahun dan dia berumur 7 tahun. Appa bekerja sebagai penjaga kebun di sebuah mansion besar milik keluarga Jeon.
Aku ikut Appa sejak umurku yang masih 5 tahun. Karena pada saat itu Eomma meninggalkan kami berdua. Akhirnya, aku dan anak pemilik mansion itu sama-sama menganggap kami memiliki 2 Appa.
Bahkan hingga saat ini aku masih memanggilnya Appa Jeon. Ketika anaknya pergi ke LA ketika aku berumur 10 tahun, aku mencoba untuk berhenti memanggilnya Appa. Dan beliau menolaknya karena menganggapku adalah anaknya juga.