***
Tiga hari berlalu cepat seperti biasa tanpa ada sesuatu yang spesial. Hari inilah yang akan menjadi spesial bagi seluruh santri putra di Pesantren Darussalam. Siapa yang hatinya tidak berbunga ketika akan bertemu dengan kekasih hatinya? Tidak akan ada.
Sejak pukul 02.00 dini hari, kami sudah bersiap-siap untuk berangkat tour religi. Kami akan berangkat sesaat setelah melaksanakan salat tahajud dan salat subuh. Sebenarnya tidak banyak yang aku siapkan karena tour religi ini hanya berlangsung dua hari dua malam.
"Jazil, cepet!" perintahku.
"Iya, Mi. Ente bisa sabar sedikit, kan?" kata Jazil yang masih sibuk memasukkan barang ke dalam tasnya.
Seseorang di luar berlari-lari kecil menuju kamarku. Aku memperhatikan wajahnya yang samar-samar terlihat. Bukan orang asing, dia hanya Azhar. "Kenapa balik, Zhar?" tanyaku saat dia sudah berhenti berlari.
"Kalian ngapain sih lama banget? Udah ditunggu semua orang tau ngga? Udah pada kumpul disana. Senior bukannya jadi teladan, malah lambat kaya gini," gerutunya dengan kedua tangan diletakkan di depan dada bawah.
"Dia sumbernya." Aku menunjuk Jazil.
"Ngapain, Ja?!"tanya Azhar dengan tegas.
"Ada panggilan alam. Jadi, mending ke kamar mandi sekarang daripada di jalan," jawab Jazil dengan santainya.
"Santai banget jawabnya."
"Iya lah, buat apa buru-buru?"
"Tapi kita sudah ditunggu, Jaaa!... Sudahlah ayo cepat!" Aku menggiring Jazil dan Azhar keluar dari kamar, lalu menutup pintu rapat-rapat dan menguncinya. Kami berlari kecil menuju tempat bus dan motor-motor kami terparkir.
Saat tiba disana, sebagian besar santri sudah masuk ke dalam bus masing-masing. Rombongan kali ini bernar-benar tidak ada orang perempuan, karena tour religi khusus putri akan dilakukan setelah putra beberapa hari lagi. Tapi dalam perjalanan tour religi putri, tetap ada orang laki-laki dewasa untuk mengontrol dan melindungi.
"Wih, baju baru nih, Mi?" Syafiq melirikku.
"Kamu kaya ngga tau Azmi aja, dia kan kalau balik dari rumah bawaannya sekarung," canda Azhar.
"Mau juga?" tanyaku.
"Mau dong."
"Nanti kalau pulang tour religi mampir aja ke toko, banyak kok," jawabku.
"Huh!"
"Untuk semua yang naik motor, harap berhati-hati dan selalu mengikuti kemanapun jalur bus-bus di depan kalian. Jangan menerobos melalui jalan pintas, ini demi keamanan dan keselamatan kita. Tetap berjajar satu sama lain. Untuk parkirnya juga harus berjajar dengan bus-bus rombongan kita, jangan memisah! Mohon kerjasamanya," kata Abah Hasyim.
"Nggih, Abah," jawab kami serentak.
"Mi, adikmu di bus mana?"
"Di bus 6, kursi nomor 12 katanya."
"Okelah, bergegas jalan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I'm Santri [End]
Teen FictionApa yang membuatku rapuh hari ini adalah pelajaran tentang bagaimana bisa menjadi pribadi yang kuat di hari esok. *** Muhammad Hisyam Ulul Azmi. Sebuah nama dengan berjuta harapan. Aku sama sekali bukan manusia sempurna, bukan pula manusia yang sela...