"Jangan anggap ikhtiar baikmu sia-sia! Satu langkah kecilmu mungkin saja akan berdampak besar pada kehidupanmu di masa mendatang."
--• Because I'm Santri •--
***
Pagi-pagi buta, tubuhku sudah mandi keringat. Mungkin bukan hanya aku, tapi semua calon mahasiswa Universitas Al-Azhar yang akan berangkat pukul sembilan nanti. Oleh karena itu, kami harus mengembalikan kondisi kos-kosan yang kami tempati seperti semula saat kami datang. Barang-barang yang tidak perlu dibawa ke Kairo akan dibawa pulang oleh keluarga masing-masing.
Kurang lebih dua bulan berada disini, tentu saja sangat banyak hal-hal baru yang ku kenal. Mulai dari teman sampai tata kehidupan. Rasanya aku baru beradaptasi, tapi ternyata hanya cukup sampai disini kehidupan masa remajaku di Ibukota Negara Indonesia. Mungkin suatu saat nanti, masih ada kesempatan untuk kembali berada disini. Entah kapan. Entah dengan tujuan apa. Entah dengan siapa. Dan entah bagaimana.
Sesekali aku mengelap keringat dengan tangan yang sama-sama berkeringat. Ya. Tetap basah. Tapi seperti inilah caraku membuat kenyamanan. Mungkin sama-sama berlumur keringat, tapi berbeda bentuk. Sama seperti kehidupan. Sama-sama hidup, tapi berbeda jalan.
Setelah semua tertata rapi dan bersih seperti semula, aku segera mandi. Air dingin ini sangat menyejukkan badan dan mampu menghilangkan rasa lelah. Rasanya sama seperti baru saja bangun tidur. Fresh.
Selepas salat subuh, tidak lupa kubaca Al-Qur'an dan berdo'a demi kelancaran keberangkatan nanti. Ini memang harapanku, tapi aku tidak menyangka bisa kuliah disana dalam waktu dekat ini. Sayangnya, aku akan berselisih jarak dengan semua keluargaku di Indonesia. Semoga saja mereka mau dan sempat menjumpaiku di Kairo beberapa tahun sekali.
Waktu bergulir sangat cepat. Jam tanganku sudah menunjukkan pukul setengah tujuh lebih. Aku melenggang keluar menuju kamar Reyhan untuk mengajaknya sarapan.
Tok
Tok
Tok"Assalamu'alaikum. Rey!"
"Wa'alaikumsalam." Terdengar sebuah jawaban dari dalam sana.
Tak berselang lama, Reyhan keluar dengan penampilan yang sudah rapi. Memakai pakaian yang sama denganku. Pakaian ini memang seragam yang sudah disediakan oleh panitia yang mengurus calon mahasiswa Al-Azhar.
"Eh, Azmi. Apaan?"
"Katanya mau cari makanan buat sarapan. Kan kamu sendiri yang ngajak aku beli makanan, pagi ini ngga usah masak."
"Oh, iya. Lupa, Mi. Cari yang dekat aja lah, malas jauh-jauh."
"Terserah."
Reyhan menutup pintu kamarnya dengan rapat, lalu segera turun ke lantai dasar.
Tidak perlu berjalan terlalu jauh, kami menghampiri sebuah warung makan yang lumayan besar. Biasanya, warung ini mulai melayani pembeli mulai pukul 05.30, dan biasanya, pukul 07.00 pun sudah habis semua. Karena itu, aku dan Reyhan datang ke tempat ini dengan langkah lebar nan cepat.
Reyhan langsung menuju tempat pemesanan. "Assalamu'alaikum. Bu, nasi uduknya masih?" tanya Reyhan dengan harap-harap cemas. Sedangkan aku hanya duduk di kursi yang tersedia disini
![](https://img.wattpad.com/cover/240897965-288-k182495.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I'm Santri [End]
Teen FictionApa yang membuatku rapuh hari ini adalah pelajaran tentang bagaimana bisa menjadi pribadi yang kuat di hari esok. *** Muhammad Hisyam Ulul Azmi. Sebuah nama dengan berjuta harapan. Aku sama sekali bukan manusia sempurna, bukan pula manusia yang sela...