Chapter 14 - Pesantren Again

201 24 19
                                    

***

"Bangun, Mas!"

Samar-samar, aku mendengar suara sosok perempuan yang mengusik telingaku. Pelan-pelan namun pasti, aku membuka mata. Layaknya orang yang baru saja terbangun dari tidur, aku memperhatikan sekeliling. Aku berada di dalam mobil, abah dan ummi berada di depanku. Itu berarti ummi yang membangunkanku.

Kesadaranku sudah kembali. Aku teringat, aku sedang dalam perjalanan kembali ke pesantren. Berdiam di mobil berjam-jam adalah hal yang menyebalkan sekaligus membosankan. Saat perjalanan seperti ini, sengaja ataupun tidak sengaja, aku pasti akan tertidur. Apalagi hari ini jalanan lumayan padat dan macet di beberapa tempat. Aku tidak tahan diam di mobil dalam waktu lama tanpa tidur.

"Sudah sampai, Ummi?" tanyaku.

"Belum, Mas. Sedikit lagi," jawab ummi seperlunya.

Aku mengucek mata untuk menghilangkan rasa kantuk yang tersisa.

"Sisa obatnya dibawa, kan, Mas?" tanya abah.

"Dibawa, Bah."

"Vitaminnya dimakan, ya, Mas! Walaupun kamu sudah merasa sembuh. Obat lainnya dimakan kalau merasa sakit saja."

"Iya, Bah."

Suasana kembali lengang, semua kembali ke pemikiran masing-masing. Kecuali aku. Aku memang tidak sedang memikirkan apa-apa, hanya memikirkan yang ada di depan mata.

Setelah kurang lebih lima menit sisa perjalanan, aku sampai di Ponpes Darussalam. Suasana ponpes tidak terlihat ramai, mungkin lebih banyak orang yang masih berada di sekolah ataupun dalam pembelajaran di pesantren. Seperti biasa, tujuan pertama kami adalah rumah megah ber cat serba putih milik Abah Hasyim dan Ummi Fatimah. Tidak mungkin jika aku seenaknya keluar masuk pesantren tanpa diketahui pemiliknya.

Tok
Tok
Tok

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam." Terdengar suara anak kecil di dalam sana. Aku menebak dia adalah Gus Zahdan.

Clekk

Dugaanku sama sekali tidak meleset.

"Mas Azmiii!!..." Dia memeluk tubuhku. Aku pun berjongkok untuk sedikit menyejajarkan Gus Zahdan yang masih kecil.

"Dek Gus apa kabar?" tanyaku untuk sekedar basa basi.

"Baik. Waktu itu Mas Azmi kenapa? Mas Azmi kok lama banget perginya? Mas Azmi sakit, ya?"

Aku memberinya seulas senyum. "Ngga papa, kok. Waktu itu Mas Azmi langsung pulang ke rumah, jadinya lama. Maaf, ya, waktu itu Mas Azmi ngga bisa ikut main lagi."

"Ngga papa. Mas Azmi mau tinggal disini lagi, kan?"

"Iya, Mas Azmi tinggal disini."

"Lucu sekali dia, Mas," kata abah.

"Lucunya memang selalu membuat orang senyum, Bah...." timpalku sambil mencubit pelan pipi Gus Zahdan.

"Dek Zahdan, abah sama ummi ada dimana?" tanya ummi.

"Ada di dalam. Sebentar, ya, Zahdan mau panggil abah sama ummi."

Because I'm Santri [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang