بسم الله الرمحن الرحيم
Semoga lancar"Apa yang membuatku rapuh hari ini adalah pelajaran tentang bagaimana bisa menjadi pribadi yang kuat di hari esok."
--• Because I'm Santri •--
"Nak, orang yang menuntut ilmu tidak akan pernah bisa mendapatkan ilmu dan mendapatkan kemanfaatan ilmu, kecuali dengan mengagungkan dan menghormati ilmu, guru, dan ahli ilmu dengan penuh kehormatan. Saat kau menuntut ilmu, sama saja kau sedang menjadi budak gurumu, maka lakukanlah apapun itu yang gurumu perintahkan, sekalipun kamu harus tertinggal pelajaran atau aktivitas. Jangan membangkang, jangan sampai gurumu murka kepadamu. Dan berusahalan menjadi orang yang baik, sekalipun kepada orang yang menyakitimu."
Itulah nasehat Abah saat aku baru masuk pesantren. Kata-kata yang selalu terngiang-ngiang di pikiranku.
Aku seorang santriwan di pondok pesantren ini sejak 6 tahun lalu setelah lulus Sekolah Dasar. Sudah bisa dikira sekarang aku menempuh pendidikan apa. Abah menjabat sebagai Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Nageri Kota Malang dan memiliki toko buku besar di Malang, tempat tinggalku. Aku adalah anak sulung dengan seorang adik.
Di pondok pesantren bernama Darussalam ini, aku mulai mengerti tujuan hidupku. Aku mulai mengerti bagaimana caraku menjalani hidup, bagaimana cara mengatasi masalah. Dengan caraku sendiri,dengan perjuanganku, semampuku, dan do'a untuk mengiringi usahaku. Karena aku adalah santri.
"Azmi! Buruan wudhu, kita kan mau ngaji. Malah bengong."
Azmi. Itu adalah namaku. Muhammad Hisyam Ulul Azmi. Nama yang diberikan oleh kedua orang tuaku dengan sejuta harapan agar bisa menjadi pribadi yang bermanfaat bagi siapapun. Mungkin nama yang familiar di dunia Islam.
"Iya sebentar," jawabku pada teman sekamarku. Aku segera mengambil air wudhu, mengambil kitab, lalu melenggang pergi ke saung tempat mengaji bersama teman-temanku.
Kami duduk rapi seperti biasa, menunggu ustadz datang. Sesekali kami mengobrol bahkan sampai tergelak.
Tak lama kemudian, sesosok laki-laki datang menjinjing kitab dan beberapa buku di tangan, lalu berdiri di hadapan kami semua dengan wibawanya.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh."
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh," jawab kami serempak.
Ustadz Yasin namanya. Beliau adalah guru Nahwu Sorof kami. Terkadang aku mengikuti pelajaran Nahwu Sorof tidak sampai selesai waktu pelajaran karena sering sekali aku diberi tugas di dalam jam mengaji. Yang bisa ku lakukan adalah bertanya pada temanku tentang penjelasan hari itu.
"Baiklah, kita mulai pelajaran hari ini dengan membaca Al-Fatihah dan do'a sebelum belajar. Al-Fatihah."
Semua orang tanpa terkecuali menunduk dalam sambil memanjatkan do'a sebelum memulai pembelajaran.
"Sebelum melanjutkan materi berikutnya, ada baiknya kita mengingat kembali materi sebelumnya supaya ilmunya tetap menempel di otak kita. Insyaa Allah." Ustadz Yasin memberi jeda sebentar. Lalu berkata lagi, "Saya akan menanyakan materi sebelumnya kepada kalian. Yang pertama, kalimat itu ada berapa bagian, Fahri?" Ustadz Yasin bertanya pada seorang temanku yang bernama Fahri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I'm Santri [End]
Novela JuvenilApa yang membuatku rapuh hari ini adalah pelajaran tentang bagaimana bisa menjadi pribadi yang kuat di hari esok. *** Muhammad Hisyam Ulul Azmi. Sebuah nama dengan berjuta harapan. Aku sama sekali bukan manusia sempurna, bukan pula manusia yang sela...