part 1

140 14 0
                                    

Semilir angin berhembus kencang , sekonyong- konyong menerpa bayangan masa laluku,,
masih teringat jelas dalam memori ku saat pertama kali aku datang di pondok Tarbiyatul Athfal ini tepatnya di pusat kota Rembang,di usiaku yang masih terbilang belia ya' ni 9 tahun ,
pria itu ikut datang menyambut ku dengan suka cita bahkan dengan sangat antusias sekali ia menyanggupi kedua orang tuaku kalau aku akan dibina dalam kelasnya..

sebelumnya memang Gus Ibrahim ini udah dekat dengan keluarga ku karena saat kecil kalau Mbak nahla liburan dari pondok ia sering ikut pulang ke Gresik maklum Mbak nahla kan banyak pesonanya jadi gak heran banyak orang yang tertarik dengannya , termasuk Ibrahim kecil,

Saat aku datang di pondok Tarbiyatul Athfal ini Mbak nahla sudah jadi Roisah pondok , oleh karena itu aba yai menyuruhku untuk menetap di ndalem saja sebagai teman neng awa yang kebetulan sebaya denganku sekaligus agar mudah mengkontrol kegiatan ku. meski pondok pesantren ini milik cucu keponakan dari Kakek ,,ayah selalu mewanti- wantiku agar tak melepas rasa hormat kepada keluarga pesantren ,
sedang keputusan ku untuk mondok sebenarnya di tentang banyak orang apalagi dari guru guru di sekolah ku mereka semua sangat menyayangkan keputusan ku, tapi bagaimana lagi jika keputusan ku tidak di turuti aku bisa sakit ,

terdengar lebay sih tapi ini faktanya sebulan sebelum keberangkatan ku ke pondok saja sudah dua kali aku masuk UGD,,

akhirnya tanpa ada pilihan lagi Nabilah kafabih Putri kesayangan dari ayah Fahrudin harus di pondokan di usia sangat dini , sempat kulihat raut wajah ayah penuh dengan duka melepas kepergian ku walau bagaimanapun aku adalah putri nya yang terlahir prematur bahkan rentan terserang penyakit ,dan disaat kecil pun banyak keluarga yang selalu siaga dengan ku kemana- manapun harus di dampingi orang , bahkan saat di rumah kakek di Jogja kemana-mana harus sama abdi dalem untungnya ayah memilih ikut dengan ibu jadi aku tidak hidup di lingkup pesantren yang semuanya menjadi sorotan , cuma bedanya tipis sih kalau di Gresik lebih dominan Ngurus sekolah jadi paling tidak bisa meminalisir sorotan ,tapi ujung- ujung nya sama aku dan Mbak nahla gak bisa sebebas teman- temanku yang lain, karena bagaimanapun kami harus menjaga nama baik kedua orang tua ku yang telah menjadi public figur yang di segani banyak orang ,
"Kaf hafalan mu wes di lalar maneh tah" tegur Gus Ibrahim pada ku saat langkah kakiku berada di ambang pintu kamar, dengan senyum renyah ala kadarnya ku lontarkan padanya

"ya sudah toh Gus bahkan udah gak sabar pengen dapet hadiah dari jenengan"

" Awas aja kalo besok gak lancar "
Ku julurkan lidah kearahnya

"Wek Wek apaan sih ngancem "

" Biarin biar kamu tambah rajin dan nanti aku bisa tenang ninggalin kamu pas aku mondok di Makkah" deg hati ku saat itu entah mengapa serasa ingin menangis padahal baru satu tahun ini aku mengenalnya,

di katakan cinta pun tak mungkin rasanya aku masih dini sedang dia pria yang telah beranjak dewasa usia nya pun telah memasuki 17 tahun .
Apa mungkin ada cinta saat usia ku masih 10 tahun ? Sedang dia yang dewasa apa mungkin punya rasa dengan ku,

Entah lah seiring berjalannya waktu aku dan Gus Ibrahim terbiasa bersama meski hanya sekedekar bercanda,dan bosa basi menanyakan kabar,,

Sayangnya kebersamaan itu hanya berjalan selama 2 tahun setelah itu dia terbang ke Makkah untuk menuntut ilmu dan dia tak akan pulang sampai 8 tahun kedepan ,
Pertemuan ku dengan nya memang singkat tapi sangatlah membekas, kisah ku dengan nya memang tak seindah orang dewasa pada umumnya tapi namanya berhasil membuka hati ku yang telah beranjak dewasa ,,

aku telah terlanjur menyayanginya lebih dari seorang santri pada Gus nya semua ini karena perhatian kasih sayang dan rasa nyaman yang telah ia ciptakan untuk ku ,,

bahkan ku lihat saat ia pergike Makkah langkah nya begitu berat, ku dengar telah berulang kali ia mengulur waktu pada aba yai namun aba yai tak menyetujuinya, mau tak mau ia pun harus pergi demi rindho orang tua dan ilmu ulama- ulama salaf yang telah menanti.

Nihqob CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang