06.00

36 6 0
                                    

Kepulangannya  dari Makkah akan segera tiba,  membuat hatiku mulai merisaukannya ,,,
sejak tadi malam sehabis pria itu datang memberikan tinta membuat beban dalam fikiran ku semakin bertambah

Bagaimana tidak bertambah,,
Pemuda itu telah lancang menikmati wajahku yang terurai santai,, sedang wajah ini sudah susah payah ku jaga agar tidak ada pemuda manapun yang bisa menikmatinya,,

Termasuk kekasih ku Gus Ibrahim,,selama aku berhubungan dengannya tak pernah sekalipun aku menghadapkan wajahku kearahnya, komunikasi antara kami hanya lah lewat seuntai surat atau ponsel itupun kalau terdesak,, jika tidak maka kami akan membiarkan rindu itu terombang-ambing oleh hembusan angin,berilusi tanpa mengenal tepi namun berkutat dengan simpulan do'a

Entahlah mengapa semua kejadian yang menimpaku saat ini membuatku  ingin terus menyalahkan pria itu,, aku tau kedatangannya kemarin sore  memang tak sengaja tapi kenapa rasa jengkelku padanya semakin  mendarah daging

"Hufh andai kamu di depan ku pasti akan ku lempar kau dengan bantal ini" umpatku padanya  dengan sendirinya, sambil ku remas-remas bantal sofa yang berada di pangkuanku,.

" Hus gak baik mengumpat orang ,, gimana nanti kalau orangnya datang dari situ" timpal neng Awa padaku sambil menunjuk kearah pintu masuk

Dengan seenaknya ku jawabi perkataanya" kebetulan banget,ku lempar langsung deh bantal ini,( mengambil posisi seakan-akan bantal yang ada di pangkuan akan segera di daratkan kearah pintu masuk) biar puas hatiku'"

Ups hampir saja bantal ini melayang keasal suara yang menghentikan aktivitasku dengan neng awa pagi ini

Karena tiba-tiba obyek pembicaraan kami berdua telah berada di ambang pintu dengan duduk bersimpuh seraya mengucapkan salam ta'dhim  tapi untung saja neng awa menghentikan langkah tanganku

" Kenapa sih dia harus datang kemari"  ucapku ke arahnya supaya dia tahu kalau kehadirannya mengusik

" Aku yang nyuruh mbak" dengan santainya neng awa menjawab

Pekikku dalam hati seneng yah kamu kali ini bisa menang lantaran pembelaan neng Awa

" Kenapa neng" ucapku asal

" Masak mbah lupa,pagi ini kita harus ke Bogor nganterin file "

Dengan wajah yang kebingungan aku menjawab" lah terus apa hubungannya dengan dia"

"Kang kami mau pergi,, terus kami minta tolong pas nanti acara penyambutan mas aim kamu yang nyiapin Yach"

Masih dalam keadaan menundukkan wajah ia berkata" ndereaken njenengan neng, ngapunten yai nopo sampun perso"

Nampaknya neng awa mengambil nafas panjang lantas di buangnya " kalau mengenai putrinya yang satu ini pasti udah jauh-jauh hari minta izin "(memeluk diriku yang duduk mematung di sampingnya)

Aku kebingungan dengan pernyataan itu, kenapa neng Awa bilng seperti itu, oh ya ngapain aku harus toh memang benar kan kita semua putra- putri beliau ,,,

"Aku mau siap-siap dulu" sambil ingin beranjak meninggalkannya, namun langkah ku terhenti sejenak lantaran neng Awa menarik tanganku

"Katanya mau mendaratkan bantal ke mukanya" godanya padaku

"Apaan sih neng, gak usah mulai,,"

" Idih kejem banget atu neng"
" Biarin biar semua orang takut"
Pungkas ku padanya

"Oh yah ada yang perlu di omongin lagi gak,kasihan tuh dianya nunggu,,,"

Sebenarnya sih canggung aku ngomong dengannya tapi bagaimana lagi,inikan kebutuhan ku ,, " tolong kang, nanti cak faris suruh kesini"

" Geh neng,,nopo wonten maleh" tiba-tiba neng awa menyahuti perkataanya

" Wonten kang,,manahe mbg kaff sampian beto ben gk rewel"

Ais apa maksud ucapannya itu " neng gak suka deh"
" Lah sampian itu ngomong sama orang mbokyoho sumeh, jangan di luapkan amarahe"

Ketusku singkat" mumpung obyeknya ada di sini" sambil berlalu meninggalkan mereka, entah lah setelah itu apa yang mereka bicarakan
___________________
Saat kembali ke pondok  mengambil beberapa baju ganti untuk kepergianku nanti ,,...

Hatiku meras tersayat sangat pedih sekali ketika tak sengaja terlintas di telingaku obrolan para santriwati yang sedang menyapu

" Enak iya jadi neng kaff,kalu galau sedikit bisa keluar "
" Huss kamu itu ngomong apa,,sadar derajat dia itu putri angkat yai, sedang kamu hanya santri" timpal salah satu temannya ,, sedang ia masih tak terima mencoba menyangkal
" Tapi kami juga butuh keadilan "
Kata terakhir itu sungguh menyayat perasaanku hatiku semakin kalut di buatnya,,

Hingga langkah kakiku terasa berat menuju kamar yang berada di depan mata

Ya Allah apa memang selama mondok ini aku suka seenaknya sendiri,sampek Mereka yang saya atur merasa tidak mendapatkan keadilan dari saya,,kuremas- remas ujung kerudung sambil mengelus dada,,,
Ighfirli danbii,,,,ya Robb,, atas ketidak Adilan hamba ini,, hamba mohon ampuni kesalahan ini,,

" Mbak kaff ngapain mematung di situ"teriak neng awa pada ku dari balik tirai meja makan saat menemuiku sedang berdiri mematung di depan pintu dapur

Sontak tuturnya itu membuyarkan lamunanku,, jadi tanpa pikir panjang segera ku balik arah menghampirinya ku urungkan niat ku kembali ke pondok biar nanti aku pakek baju ganti seadanya yang ada di kamar neng Awa

" Yuk berangkat, bajunya udah tak siapin". Ajaknya padaku
" Asiapp nengku" cetusku padanya
Kalau saja aku masih bersama kakaknya pasti aku akan berkata
" asyiap iparku yang cantik " tapi sayang nya semua itu hanya tinggal cerita,,

Udah ah aku kan mau move on kok tambah terjebak dalam dekapan masa lalu

Kaff"" ,,, jeritku dalam hati,hidupmu kok gini-gini amat kapan mujurnya"

Tekaktu sudah bulat untuk melupakannya jadi saat ini aku harus mengejar mimpiku

Menjadi seorang penulis adalah keinginan ku semenjak kecil

Tuhan memang selalu memberi jalan untuk setiap keinginan hambanya
Mungkin inilah awal dari impian ku yang sedari dulu ku proposalkan lewat do'a sepertiga malam ku

Akan ku kejar harapan itu,,,

Untuk masalah tadi tak usah ku ceritakan pada neng Awa biar nanti jadi PR buat ku

Toh kapan lagi kesempatan berlian ini datang

Ridhoku ada di yai bukan di santri,aku sudah berupaya yang terbaik untuknya tapi dia masih tidak bisa terima 
Ya sudah ,, aku harus ngapain lagi sesuai berjalannya waktu pasti mereka akan mengetahui apa maksud dari seringnya kepergian ku dari pondok,,

Sudahlah kami segera sarapan lalu setelah itu berangkat deh ...

Oh ia kali ini kepergiaan  kami di sertai cak faris Karena aku yang minta toh dia juga sopir Abuya yang paling di percaya

Cuma kali ini dia tak menemani Abuya Karena jadwal pondok kemarin tidak bisa di tinggal sedang Gus Azril sendirian ngurusin ndalem karena kang Fauzan sebagai santri senior sedang bepergian ke Surabaya

Tapi untungnya pas aku minta tadi bersamaan dengan datangnya kang Fauzan jadi ia bisa nemeni kami pergi..

Di pondok Tarbiyatul Athfal ini semua santri yang jadi pengurus pusat berarti ia juga harus ikut andil di ndalem kesepuhan,, jadi semua abdi ndalem pasti pengurus yang terkenal dengan kecerdasan dan kecakapannya dalam bertindak.

Nihqob CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang