31

27 4 0
                                    

Kepergian ayah dan ibu kali ini,, sungguh terasa berat sekali,meski sejak kecil aku sudah terbiasa jauh dari mereka tapi kali ini rasanya benar-benar beda,

Ayah masihkah boleh aku mengemis kasih sayangmu,,,
Mengharap sandaran bahumu disaat aku telah diperistri pria lain...
Aku masih kaff yang dulu yah...

Gumamku dalam hati sambil masih menetaskan air mata saat aku dan suami mengiringi kepergiannya..

Hatikuh begitu kalut sekali.seolah rekan adegan pada 13 tahun yang lalu berputar begitu saja..

Perkataan ayah kembali mengiang- ngiang di otakku ....

Rasanya nyeri dan seolah perkataan itu kembali terucap dari mulutnya..

Padahal ayah menekankan kalau beliau kembali sepagi ini,karena nanti siang ada acara seminar yang gak bisa ditunda lagi..

"Hugh.."nafasku tersengal-sengal
" Masuk yuk" tawarnya dengan bijak

Tanpa ragu aku langsung menurut, mengabaikannya dengan beribu kebingungan tentunya..

" Tisu neng"" tawarnya padaku yang sudah duduk di ranjang yang kemudian di susul olehnya yang ikut duduk bersebelahan denganku,namun pastinya kami masih setia menundukkan kepala masing-masing.karena belum terbiasa

Namun entahlah  suara bijaknya dengan sendiri mampu menjadi barington untukku berhenti menangis..

Seketika kedua pelupuk mata terasa haus akan air mata..

Sama seperti dulu saat aku menangis dihadapannya,aku tak pernah  merespon bahkan keheningananpun terjadi diantara kami,tapi beberapa menit kemudian ia angkat bicara dengan nada yang ragu

" Mmaaf neng, jika ini salahku seharusnya aku bisa menolak permintaan habib.." monolognya padaku

Aku mengernyitkan kening pertanda heran dengan ucapannya
" Mengapa jadi minta maaf ""


"Yah mungkin karena perni__"
Belum selesai mengucap sudah aku jeda ,karena aku benci dengan perkataan maaf darinya untuk pernikahan ini,
Apa dia juga terpaksa menikahi ku..
Setidaknya aku berharap dia pria yang tulus mencintaiku...

" Jangan salahkan pernikahan ini, ini takdir Gus,,aku tak menyesalinya""
Jawabku sedikit ketus

"Mengapa harus ada air mata" tanyanya dengan sedikit ragu menatapku

" Aku bahagia" kilahku bohong

" Tidak ada kebahagiaan berselimut penderitaan kan neng"

Aku mengelumun senyum kearanya, memastikan kepadanya kalau aku sungguh bahagia

" Mungkin waktu yang akan membuatku bicara padamu Gus " lirihku dalam hati

Entahlah ide dari mana tanpa permisi ia memelukku,mengelus kepalaku singkat lalu membisikkan sesuatu
" La tahzan harimii"
( Jangan bersedih kekasihku)

Bukanya membalas aku malah tersenyum tak jelas karena ulahnya.

Jujur saja hatiku saat ini deg-degan banget,apalagi perutku, seakan-akan ada kupu-kupu terbang mengitarinya

Ingin ku melepas pelukannya namun rasa nyaman lebih mengalahkan egoku

Mungkin inilah yang dikatakan sebagian ulama' kalau dalam sebuah pernikahan akan menghadirkan sakinah ( tenang ) kentraman yang bisa didapatkan cuma hanya dengan pelukan saja... padahal kalau waktu jomblo dulu pas nangis ada juga sahabat yang memeluk tapi rasanya beda banget loh sama yang ini😆😆

Gak ingin berlarut dalam kesedihan ( lebih tepatnya gengsi berlama-lama dalam dekapannya )tanganku yang sedari tadi masih tegang memegang ujung Khimar,segera ku ulurkan kearah punggungnya untuk  bisa bebas memukulinya..

Nihqob CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang