BAB 20

886 57 2
                                    

Aku nggak bisa. Aku nggak mau menerima Eza karena terpaksa, apalagi buat pelarian karena ingin cepet move on dari kak Arion.

"Umm....." Aku bingung gimana jawabnya. Alasan apa lagi yang harus aku pakai buat nolak dia. Soalnya aku udah kehabisan alasan.

Liat aku kebingungan Eza malah ketawa.

"Santai aja Frey!"
"Oke aku kali ini beneran nyerah deh sama kamu."
"Awalnya aku masih berharap kamu bakalan mau terima aku. Tapi, aku harus terima kenyataan kalau tenyata dari awal aku emang nggak pernah punya kesempatan buat dapetin hati kamu Frey." Ucap Eza setelah tawanya reda.

Fiuuuuuhhh!
"Umm.... maaf ya Za."
"Aku.... Aku cuma nggak mau ngasih harapan ke kamu Za. Karena aku nggak mau ngecewain kamu."

Maaf ya Za, aku nggak mau ngejalanin hubungan yang didasari atas keterpaksaan. Aku nggak mau nanti nyesel belakangan dan hubungan kita malah jadi renggang.

"Iya..iya... aku ngerti kok."
"Haaah!" Eza menghela nafasnya.
"Tapi kita masih bisa temenan kan Frey?"

Aku tersenyum lalu menganggukkan kepalaku.
"Tentu aja." Ucapku kemudian.

"Umm Frey, kalau nemenin aku keliling mall sebentar kamu keberatan nggak?" Tanya Eza ragu-ragu.

Aku tersenyum lalu menggelengkan kepalaku. Okelah untuk sekali ini aja. Habisnya aku nggak enak kalau apa aja aku tolak.
"Ada yang mau kamu beli ya?" Tanyaku.

"Iya." Jawabnya.

"Oh oke, boleh aja." Ucapku.

Setelah itu aku sama Eza keluar dari gerai pizza tempat kami makan tadi, kemudian kami keliling mall mencari barang yang pengen dibeli sama Eza.

Dan ternyata barang yang pengen dibeli Eza itu adalah sebuah gelang. Gelang itu rencananya Eza mau kasih buat aku. Katanya sih buat kenang-kenangan. Tapi langsung aku tolak.

Aku lihat Eza kecewa sih. Tapi sorry Za, kalau aku terima pemberian kamu, itu sama aja kayak aku ngasih harapan ke kamu.

Sebagai ganti dari penolakan aku, Eza minta tolong sama aku buat pilihin hoodie buat dia. Okelah kalau cuman pilihin doang nggak masalah buat aku.

Kira-kira 1 jam aku nemenin Eza keliling mall. Aku udah kepengen banget pulang. Capek.

Kayaknya Eza tau, soalnya habis itu dia nawarin buat nganterin aku pulang. Dari pada banyak drama aku nolak terus dianya maksa, mending ya aku iyain aja langsung biar kelar.

-----

"Makasih ya Za." Ucapku setelah aku turun dari motor Eza.

Kayaknya Eza mau mampir dulu, tapi aku langsung usir dia secara halus.
"Kamu ati-ati dijalan ya Za, sampe ketemu besok!"

Eza keliatan kecewa. Tapi bodo amat deh. Kan tadi aku juga udah nemenin dia jalan-jalan di mall. Kayaknya Eza nggak sungguh-sungguh tadi pas bilang mau nyerah ngejar aku. Buktinya dia masih aja cari-cari kesempatan. 😡

Tiba-tiba kak Arion keluar dari dalam rumah aku dengan marah-marah. Aku dan Eza sampai menengok ke kearahnya karena terkejut.

Kak Arion marah-marah dengan memegang ponsel yang menempel di telinga kanannya dan dengan tangan kirinya menenteng jaket kulit yang biasanya kak Arion pakai kalau dia lagi naik motor. Sambil marah-marah, kak Arion berjalan melewati aku dan Eza kearah motornya yang terparkir.

"BERHENTI NGANCEM AKU PAKAI ALASAN ITU! NGGAK NGARUH LAGI BUAT AKU!"

"......."

"AKU BILANG ENGGAK YA ENGGAK!"

My Arion (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang