BAB 33

561 57 9
                                    

Freya berdiri gelisah di depan pintu ruangan Arion. Jantungnya berdegup kencang, dan keringat dingin keluar membasahi punggung dan telapak tangannya.

Padahal sekertaris Arion sudah menyuruh Freya untuk langsung masuk saja, tetapi Freya masih ragu dan hanya terdiam membatu.

Freya kira, jika suatu saat nanti Freya bertemu kembali dengan Arion, Freya akan merasa baik-baik saja. Tetapi ternyata Freya salah. Bertemu dengan Arion kembali malah membuatnya semakin tersiksa karena Freya masih memiliki perasaan yang begitu besar terhadap Arion.

Perasaan selama 6 tahun ini yang Freya kira sudah berkurang ternyata masih tetap utuh untuk Arion. Rasa tersiksanya bertambah mana kala mengingat Arion sudah jauh dari jangkauannya. Arion sudah bukan miliknya lagi.

"Bu Freya mau saya antar masuk?" Suara sekertaris Arion yang bernama Anis membuat Freya tersadar dari lamunannya.

"Eh, emm.. enggak perlu!" Jawab Freya dengan tersenyum.

Akhirnya dengan memberanikan diri, Freya mengetuk pintu ruangan Arion dan langsung membuka pintu setelahnya.

"PAPA! Itu mainan Eddie! Itu punya Eddie!" Suara teriakan anak laki-laki berusia sekitar 5 tahun dan suara tawa terbahak Arion memenuhi ruangan. Mereka sedang duduk berdua di sofa dengan sebuah mainan mobil berada di tangan Arion yang dijauhkan dari gapaian Eddie. Saat itu Arion menertawakan Eddie yang terlihat kesal.

Melihat pemandangan di depan matanya, membuat hati Freya terasa tersayat-sayat.
"Papa?"
"Ah iya, sudah 6 tahun sejak dia menikah. Tentu aja kak Arion udah punya anak."
"Kak Arion terlihat bahagia. Beda banget sama aku yang sampai saat ini masih belum bisa terlepas dari bayang-bayang masa lalu." Batin Freya sedih.

Melihat kedatangan Freya, tawa Arion memudar.

"Permisi ka... ummm.... Mr. Chaddrick. Maaf saya menganggu waktu anda. Saya ingin membahas tentang proposal untuk event hotel yang akan diadakan bulan depan." Ucap Freya.

"Oke! Silahkan duduk!" Jawab Arion mempersilahkan Freya duduk di depan meja kerjanya.

"Baik sir."

"Eddie, papa lagi ada pekerjaan sebentar. Eddie main sendiri dulu ya!" Ucap Arion pada Eddie.

"Ya papa." Jawab Eddie.

Arion tersenyum pada Eddie, lalu berjalan dan duduk di belakang meja kerjanya, menghadap ke arah Freya.

"Ini, proposalnya sir." Ucap Freya menyerahkan proposalnya setelah Arion duduk dikursinya.

"Hmm!" Jawab Arion hanya dengan deheman, lalu mengambil proposal yang diberikan Freya kemudian membukanya.

Arion membaca halaman per halaman, kemudian fokus Arion terhenti saat seseorang mengetuk pintu dan masuk setelahnya. Arion mendongak lalu menatap si pembuka pintu dan senyum lebar langsung tersungging dibibirnya.

"Mommy!" Teriak Eddie.

Freya ikut menoleh ketika mendengar teriakan Eddie.
Deg! Deg! Deg!
Jantung Freya berdebar dengan kencang. Perasaan sakit menyeruak di dadanya dan hampir membuatnya menangis.

Tapi kenapa wanita itu bukan Angel? Batin Freya bertanya-tanya.

"Oops.. maaf. Aku nggak tau kalo kamu lagi sibuk." Ucap wanita itu.

"Nggak masalah. Duduk aja dulu. Ini cuma sebentar kok." Ucap Arion.

"Nggak deh takut ganggu. Kalo gitu kami pulang duluan. Nanti kamu cepet nyusul aja ya kalo kerjaan kamu udah selesai! Kami nungguin dirumah!"

"Oke!" Jawab Arion dengan tersenyum.

Setelah mengucapkan itu, wanita itu menggandeng tangan Eddie dan mendekat ke arah Arion. Wanita itu lalu memeluk Arion dan mencium pipi kanan dan kirinya. Setelah itu bergantian dengan Eddie yang juga memeluk lalu mencium pipi kanan dan kiri Arion.

My Arion (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang