Jalan

1.6K 215 6
                                    



---------- Nakamoto Yuta ----------


"Kerja bagus" puji Johnny padaku sambil mengusap pucuk kepalaku setelah selesai presentasi dan berhasil mendapatkan tanda tangan pemilik perusahaan ini yang terkenal dinginnya.

"Lo kok suka banget sih ngusap kepala gue, kepala gue ga bisa keluar jinnya tau"

Johnny terkekeh dan kini berganti mencubit pipiku, "Gemes tau"

"Eyy gue bukan bocah"

"Sekarang Lee Jenni mau kemana? Gue traktir sepuasnya"

"Suka deh gue kalau lo sombongnya udah keluar gini"

Johnny menurutiku untuk jalan-jalan menikmati malam dipulau ini, sekarang kita lagi jalan mengelilingi tempat yang bisa dibilang pasar malam.

"Beli ice cream dulu John" ajakku pada Johnny.

Saking excitednya aku pada ice cream sampai tak sadar bahwa aku menggandeng tangan Johnny bahkan terkesan menggeretnya agar lebih cepat sampai pada penjualnya.

"Kayak anak kecil banget kalau sama ice cream" ucap Johnny saat ngelihat aku menikmati ice cream yang tadi dibeli sama dia.

"Ice cream itu surga dunia tau"

"Apa perlu gue telfonin pemilik pabrik ice cream?"

"Keluar mulu ya sombongnya anak pemilik perusahaan"

Lagi dan lagi Johnny mengusap pucuk kepalaku, lama-lama bisa baper aku kalau Johnny gini terus.

🌹

Yuta melemparkan iPad yang digenggamnya keatas meja yang berada disampingnya. Ia mengusap wajahnya kasar sambil menghembuskan nafas beratnya. Ia berdiri dari duduknya disofa yang ada dikamarnya lalu menghempaskan diri dikasur.

Winwin masuk kedalam kamar kekasihnya itu dan mendapati Yuta yang tengah menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang dilipat diatas dahinya.

"Yang aku mau-"

"Mau apa lagi? Belanja tadi masih kurang?" belum selesai Winwin mengucapkan kalimatnya udah dipotong sama Yuta.

Dengan mata terpejam Yuta meraih dompetnya yang berada dinakas sampingnya. Ia mengambil kartu atm yang berada disitu dan dikasihkan kepada Winwin.

"Nih nih kamu beli sendiri, aku lagi capek"

Winwin menerima kartu itu walaupun sebenarnya bukan itu yang mau ia katakan tadi. Winwin cuma mau menawarkan Yuta soalnya dirinya mau membuat jus dibawah.

🌹

"Kita ga pulang John?" tanyaku pada Johnny yang kini tengah duduk didepanku dan tengah menyantap sarapannya.

Johnny meminum kopinya sebelum menjawab pertanyaanku. "Tiket kita masih besok, hari ini kita jalan-jalan dulu"

"Udah kan lo?" Akupun mengangguk dan segera berdiri dari kursi lalu meninggalkan ruang makan hotel ini.

Bener-bener bukan main pulau ini, pantas banyak orang memilih Jeju sebagai tempat honeymoon mereka. Memang pemandangan disini sangat bagus menurutku dan memang cocok buat pasangan muda.

Jujur selama 25 tahun aku hidup di Korea dan baru kali ini aku menginjakkan kaki dipulau Jeju. Johnny memakai kacamata hitamnya yang sebelumnya ditaruh pada kera kaosnya, hal ini menambah kesan bulenya Johnny semakin keluar.

"Jalan ke pantai depan aja ya" ajak Johnny.

Ia menggandeng tanganku sebelum melangkahkan kakinya, kalau dilihat-lihat selain sering mengusap kepalaku Johnny juga sering menggandeng tanganku, entah apa maksudnya.

Genggaman tangan Johnny semakin erat kala kita menyebrangi jalanan saat mau kearah pantai.

"Lepas kali John, gue bukan anak kecil yang gampang kabur"

Dia menoleh kearahku dan menunduk agar bisa melihat wajahku. "Engga, harus gini"

Suasana pantai terkesan cukup ramai namun tak begitu sesak, hamparan pasir putih menghiasi seluruh pesisir pantai dan pohon kelapa menambah kesan indah pantai ini. Bener-bener bisa menghilangkan stress walaupun hanya duduk dipinggir pantai seperti ini.

Johnny berlari kearah air pantai, aku yang masih digandengnya jadi ikut berlari karena terseret tenaganya yang besar. Saat mau sampai ia berhenti dan menggendongku berniat menceburkanku pada air pantai.

"John turunin gue" rancauku dalam gendongannya.

Kalau sifat jailnya Johnny udah muncul pasti bakal budeg walaupun kita udah meronta-ronta menyuruh dia untuk berhenti.

Byur

Johnny berhasil melemparkanku masuk kedalam air yang ngebuat seluruh pakaianku basah kuyup. Karena aku yang gamau kalah darinya, alhasil aku bangkit dan berlari mengejarnya.

"Yak Johnny Suh, berhenti!"

Karena Johnny yang tinggi besar jadi langkah kakiku kalah dengan langkah kakinya yang lebar. Aku berhenti dan berjongkok, mulai mengambil pasir pantai yang basah dan dikepalkan seperti bola agar mudah saat melempar ke Johnny nanti.

Aku menyembunyikan pasir itu dibelakang badanku sambil berlari kearah Johnny. Saat dekat dengannya aku melemparkan pasir itu dan mengenai punggungnya, alhasil noda pasir tercetak jelas dikaosnya.

"Curang ya" ucapnya lalu bebalik mengejar diriku.

Sekali lagi, karena langkah kakiku yang kecil jadi memudahkan dirinya untuk menangkapku. Ia berhasil menangkapku dengan melingkarkan tangannya diperutku, akhirnya kita berdua tertawa bersama.



TBC

✔ My Husband is Gay | YutaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang